Damien De Santis merupakan pembuat senjata dengan spesifikasi luar biasa. Dia jadi pemasok beberapa organisasi mafia Italia. Namun, dirinya dibuat jengkel, saat berurusan dengan Patrizio Mazza. Damien yang hilang kesabaran memutuskan menghabisinya, kemudian membawa pergi adik tiri pria itu yang bernama Crystal Guida Mazza.
Crystal dijadikan tawanan, hingga rahasia besar tentang gadis itu mulai terkuak. Damien bahkan rela melindungi, setelah mengetahui jati diri Crystal yang ternyata akan sangat menguntungkannya.
Siapakah sosok Crystal? Mengapa dia jadi incaran mafia lain? Lalu, apa alasan Damien mati-matian melindungi gadis itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senjata Ampuh
Emanuele bermaksud menghampiri Crystal. Namun, saat dia hampir mendekat, keempat anjing yang Crystal bawa berlari keluar dari mobil. Mereka bagaikan pagar betis, yang langsung melindungi tuannya.
“Ow. Kau membawa pengawal pribadi rupanya,” ucap Emanuele, seraya mundur beberapa langkah.
Crystal tak segera menanggapi. Dia hanya menatap pria paruh baya tersebut. Sesaat kemudian, gadis itu tersadar, lalu menyunggingkan senyuman kecil. “Mereka teman-temanku, Tuan,” ucapnya.
“Masuklah,” suruh Damien, yang baru kembali setelah mengandangkan Cyrus.
Crystal mengangguk tanpa banyak membantah. Namun, sebelum berlalu dari sana, dia sempat menurunkan sedikit tubuhnya di hadapan Emanuele. “Permisi, Tuan."
Emanuele tidak menanggapi. Pria paruh baya itu hanya menggumam pelan, sambil memperhatikan langkah anggun Crystal yang berlalu bersama Damien.
Sepeninggal Damien dan Crystal, Emanuele mengalihkan perhatian pada Santiago yang langsung menghampirinya. Dia menatap penuh isyarat.
“Namanya Crystal, Tuan. Dia adalah asisten pribadi Tuan Damien,” terang Santiago tenang dan terdengar sangat meyakinkan.
Namun, Emanuele terlihat kurang percaya dengan apa yang Santiago katakan. Pria itu menautkan alis, sambil menatap aneh sang ajudan. "Sejak kapan putraku memakai jasa asisten pribadi? Terlebih, seorang gadis cantik."
"Sejak beberapa hari yang lalu, Tuan," jawab Santiago, kemudian mengulum senyum. "Seharusnya Anda senang karena Tuan Damien tidak salah memilih orang, yang dijadikan sebagai asisten pribadi."
Emanuele menggumam pelan, kemudian manggut-manggut pelan. "Kau benar," ucapnya setuju. "Aku ingin mengajak Damien makan siang bersama."
"Akan kusampaikan pada asisten Tuan Damien," balas Santiago, seraya mengikuti langkah tegap sang majikan, yang kembali ke dalam rumah.
Selagi Santiago menemui Crystal, Damien asyik di kamar yang telah lama ditinggalkan. Semua yang ada di sana, masih tersimpan di tempatnya. Begitu juga dengan foto mendiang sang ibunda.
Damien menatap beberapa saat, wanita cantik berambut cokelat gelap dalam foto itu. Dia mengusap perlahan, sebelum kembali meletakkannya di meja dekat tempat tidur karena mendengar ketukan di pintu.
"Boleh masuk?" Suara lembut Crystal membuat Damien langsung menoleh.
"Masuklah," balasnya datar. Sikap yang sudah dirasa biasa oleh gadis itu.
Crystal berjalan mendekat, sambil mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan. "Kamarmu sangat luas dan bagus. Berapa lama kau meninggalkan tempat senyaman ini?" tanyanya.
"Cukup lama," jawab Damien singkat, tanpa menoleh karena tengah sibuk melakukan hal lain.
"Apa kau yang memilih warna dinding dan segala hal yang ___"
"Iya," sela Damien, sebelum Crystal sempat menyelesaikan pertanyaannya. "Dibantu mendiang ibuku," ucap pria tampan berambut gelap itu, sesaat kemudian.
Crystal manggut-manggut pelan, lalu mengalihkan perhatian pada foto yang tadi Damien amati. "Apakah itu mendiang ibumu?" tanyanya.
Damien menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh. "Kau kemari untuk menginterogasiku tentang banyak hal."
Bukannya tersinggung, Crystal justru tertawa renyah. "Astaga. Kau benar-benar tidak menyenangkan, Tuan De Santis."
"Aku bukan badut penghibur," balas Damien.
"Ya. Tak ada badut setampan dirimu." Crystal mengarahkan perhatian sepenuhnya pada Damien, kemudian mendekat. "Tuan Santiago mengatakan bahwa aku adalah asisten pribadimu."
Sontak, Damien menoleh dan menatap tajam Crystal. Namun, makin lama sorot matanya kian melunak.
"Ayahmu percaya bahwa aku memang asisten pribadi yang kau pekerjakan. Kurasa, itu bukan sesuatu yang melanggar hukum. Lagi pula, aku bisa kau andalkan dalam segala hal. Kau sudah tahu dan merasakannya."
Damien terdiam, lalu membalikkan badan. Dia menatap Crystal yang menatap dengan sorot penuh makna. "Kuharap, kau menyukai apa yang kuberikan. Anggap saja sebagai bayaran atas perlindunganmu untukku, meskipun aku tak menganggap itu sebagai timbal balik."
"Jangan menggodaku." Damien menunjukkan sikap dingin dan terkesan menolak Crystal.
"Aku tidak menggodamu. Kau sendiri yang berpikir demikian," bantah Crystal. "Lagi pula, aku kemari karena harus menyampaikan sesuatu." Nada bicara gadis itu terdengar sedikit berbeda.
Damien tak menanggapi. Dia hanya menatap Crystal.
"Tuan Santiago mengatakan bahwa Tuan Emanuele ingin makan siang denganmu. Katanya, aku bisa meyakinkan agar kau bersedia bergabung di meja makan."
"Kenapa Santiago berpikir begitu?" gumam Damien tak mengerti.
Crystal hanya mengangkat bahu.
"Kau tidak mengatakan apa pun padanya tentang yang terjadi di antara kita?" selidik Damien.
Crystal tersenyum manis. "Kenapa aku harus memberitahunya?" Gadis cantik bermata biru itu makin mendekat. "Ayahmu terlihat sangat baik dan berwibawa. Dia pasti figur idaman yang ___"
"Aku sudah terlalu besar untuk memiliki ibu tiri."
Crystal memutar bola matanya, menanggapi ucapan Damien. "Jangan khawatir. Aku tidak tertarik dengan pria yang berusia jauh di atasku."
Crystal mengalihkan perhatian pada foto mendiang ibunda Damien. "Ibumu sangat cantik. Pasti sulit melupakan pasangan seperti dia."
"Kau pikir itu jadi patokan?"
"Bisa saja."
"Keluarlah jika kau tak memiliki topik pembahasan penting. Aku sedang sibuk," usir Damien pelan.
"Lalu, apa jawabanmu?"
"Jangan ganggu aku."
"Damien ...." Crystal menatap pria itu penuh arti, sebelum makin mendekat. Disentuhnya lengan kokoh yang sebagian tertutupi T-shirt hitam, kemudian dikecup lembut.
Rabaan penuh perasaan menjalar dari dada ke perut, lalu naik ke leher. Crystal meraih rahang Damien, membalikkan wajah pria itu agar menghadap padanya. Sentuhan lembut di bibir Damien, seakan jadi senjata ampuh dalam meluluhkan pria tampan tersebut.
Pertautan manis tadi berlangsung hingga beberapa saat. Tanpa mengubah posisi berdiri, keduanya terlihat sangat menikmati apa yang sedang dilakukan.
"Iya. Baiklah," ucap Damien pelan, memberikan jawabannya.