Perjalanan (Kereta Hantu - Rumah Horor)

Urusan diluar telah selesai, jam 14.35 kami baru saja sampai di kantor dan ternyata ada pak Andi yang asik memainkan ponsel sambil duduk dengan kaki diatas meja diruang tunggu.

Wow, bossy sekali. Gumam ku pelan melihat tingkah pak Andi

"Dari mana?" tanya pak Andi

"Tuh beli barang-barang" jawab bu Zahra santai duduk di samping suaminya

"Bu ini mau disimpan dimana?" tanya Ratna yang membantu aku membawa barang belanjaan

"Bawa aja ke atas supaya Prita bisa susun, kalian juga bantuin ya pasang lemari dan lain-lain" jawab bu Zahra

"Asiappp bu" jawab serempak

"Belanja apa lagi sih, mah" ucap pak Andi kesal, karena aku masih bolak balik melewati ruang tunggu jadi bisa mendengarkan obrolan pasutri itu

"Kebutuhan kantor, yang penting mama nggak minta sama papa" jawab bu Zahra

"Hemat dikit dong, jangan langsung beli ini itu. Di atas aja masih pemasangan pintu kaca, wallpaper sama rumput sintetis. Udah habis berapa banyak uang itu, ruangan ini juga mau dipasang kaca" ucap pak Andi marah

"Pah, selama mama nggak mengusik apa yang papa punya dan nggak merugikan papa juga lebih baik papa dukung aja dulu deh. Bantuin doa kalau memang nggak mau bantuin materi. Jangan ngajak debat terus, ini itu kantor bukan rumah yang bisa seenaknya masalah dicampur aduk disini" jawab bu Zahra kesal meninggalkan pak Andi

Bu Zahra naik ke atas untuk melihat perkembangan kesiapan ruangan untuk dipakai.

"Masih bau lem ya" ucap bu Zahra

"Pasti bu, ini semua barang akan disimpan disini?" tanya Toto

"Kalian susun deh suka-suka, itu kenapa AC mati?" jawab bu Zahra

"Tadi nyala, bapak cek ke atas disuruh matiin. Lihat aja tuh bu, yang kerja berkeringat semua" pancing Toto

"Nyalain aja To. Kalau bapa nyuruh abc selagi merugikan kita nggak perlu di denger. Orang kerja kok disuruh panas-panasan" ucap bu Zahra

"Hemat bu" ledek Ratna

"Kalau udah hemat dia yang isi token oke aja. Ini masih ibu sama aja bohong" jawab bu Zahra

Mia segera menyalakan AC.

"Ada yang kurang nggak, Ta?" tanya bu Zahra pada ku

"Belum tau bu, inshaallah kalau sudah rapih bisa terlihat apa yang kurang. Setidaknya kita harus segera merapihkan terlebih dahulu. Supaya bisa bikin program wisata" jawab ku yakin

"Iya. Setelah ruangan ini selesai besok atau lusa baru kita bahas kerjaan sedikit biar bisa di promosikan dengan jangka waktu 3 bulan ya" ucap bu Zahra

"Nanti bikin program, buat flayer langsung promosiin di medsos. Siapa tau ada yang nyangkut" jawab ku

"Nunggu izin lama juga ternyata" ucap bu Zahra

"Ibu buka kantor cabang perusahaan yang sudah punya nama aja. yang benar-benar sudah memiliki izin lengkap. Dari program wisata hingga yang sudah punya PPIU" jawab ku

"Kamu ada link?" tanya bu Zahra serius melihat ke arah ku

"Coba tanya pak ketum, pasti dapat rekomendasi yang terbaik dari yang baik" jawab ku tidak mau langsung memberitahukan sekarang ini

"Benar juga, habis ashar deh ibu telepon ketum" ucap bu Zahra

"Itung-itung ibu punya dua perusahaan, yang satu kantor cabang lalu satunya lagi perusahaan sendiri. Itung-itung nama perusahaan baru ibu ngikut di perusahaan yang sudah punya nama besar" jawab ku

"Bener juga ya, urusan begini pasti si bapa ngelarang deh" ucap bu Zahra

"Apapun di larang" sahut Toto

"Paham banget kamu, To" ucap bu Zahra ketawa

"MAM" teriak pak Andi

"Mulai" lirik Ratna dan Mia

"Ibu ke bawah dulu ya, kalian fokus aja dengan ini jangan mikir yang macem-macem" ucap bu Zahra menemui suaminya

"Udah kaya hutan nih kantor, teriak mulu dari pas ibu pergi" sahut Toto

"Jangan aneh To, kamu kan udah biasa mendengar suasana hutan" sahut Mia

Kami lanjut membenahi barang-barang yang baru di beli serta merapihkan sampah-sampah bekas tukang kaca dan lain-lain

Dari atas aja masih terdengar pak Andi dan bu Zahra berdebat. untung saja Ratna punya ide menyalakan musik dengan volume keras.

"Apa nggak dimarah mendengarkan musik sekeras ini?" tanya ku pada Ratna dan menatap ke arah mereka

"Tinggal jawab aja kalau di omelin, bilang makanya bapak sama ibu jangan berantem disini kuping kita ternodai" jawab Mia tertawa

"Benar tuh" sahut Toto

Apa pak Andi nggak punya urat malu ya, dia dengan percaya diri merendahkan istrinya di depan orang luar seperti kita. Kasihan ibu pasti dia malu kalau direndahkan pak Andi depan orang lain. Harga diri hancur seketika punya suami seperti itu. Batin ku

Toto menepuk pelan bahu ku. "Teh, ini nanti cara bersihkannya bagaimana?" tanya Toto mengenai lantai pakai rumput sintesis yang sangat lembut

"Nah loh, saya juga nggak paham, cari cara aja di aplikasi online, cara membersihkan rumput sintetis dari noda dan debu, hehehe" jawab ku jujur memang nggak pernah tau

"Mashaallah nikmat banget To, kerjaan mu" sahut Toto pada dirinya sendiri

"Tanya bu Zahra aja" ucap Ratna

"Nanti deh saya chat aja" jawab Toto

"Orangnya ada disini kenapa chat?" tanya ku bingung

"Mereka kalau lagi berantem bisa seharian tuh, pulang kerumahnya juga akan berlanjut bisa jadi main pukul-pukulan" jawab Toto

"Hah, pukul? Kekerasan dalam rumah tangga dong" ucap ku terkejut

"Ya kami sih udah biasa lihat adegan begitu, kami hanya bisa diam-diam video in disuruh bu Risma yang dijakarta" jawab Mia

"Pukul-pukulan pake apa?" tanya ku

"Kadang pakai tangan masing-masing, kadang juga pakai sapu. Tapi ibu selalu membalas kalau di pukul" jawab Ratna

Ah gila ini, masa masih mau bertahan rumah tangga nggak sehat begitu. Apa yang dipikiran bu Zahra sebenarnya sih mempertahan pak Andi. Gumam ku dalam hati nggak habis pikir dengan kehidupan rumah tangga bu Zahra

"Kalian diam aja gitu?" tanya ku lagi

"Kami hanya pekerja nggak bisa melakukan lebih, kecuali bapak membabiii buta mukulin ibu baru kami bertindak. Ini kan ibu selalu membalas perbuatan bapak yang lebih kejam jadi kami cukup melihat serial drama live aja" jawab Toto

"Tapi kami pernah banting piring saat mereka ribut dirumah bapak. Maksudnya debat di meja makan gitu. Kami kan kesal tuh si Mia banting piring dua. Nggak lama suara bapak dan ibu sepi" sahut Ratna

"Piringnya disuruh ganti nggak, secara kan kata kalian bapak pelit banget" ucap ku

"Mia pura-pura lemes mau pingsan saat ibu cek ke dapur. Jadi mereka nggak curiga kalau kami sengaja membanting piring" jawab Ratna tertawa bersama