NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: SariAdja

#Saquel : Gairah Sang Konglomerat

Baca dulu Gairah Sang Konglomerat !!

Tentang Dirga yang hatinya untuk Rosalin tetapi tubuhnya menginginkan Tiara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariAdja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Dirga tiba di IGD. Ia segera menemui perawat yang bertugas malam ini.

“Dimana korban tabrak lari, sekitar dua jam yang lalu suster?” tanya Dirga. Ia benar-benar khawatir jika apa yang diinformasikan Tomi itu benar.

“Korban masih dalam penanganan dokter, ada luka di bagian kepalanya,” jelas wanita yang berprofesi sebagai perawat itu.

“Boleh saya melihatnya?” tanya Dirga.

“Tentu, mari saya antar.” Sang perawat beranjak dari duduknya dan mengantarkan Dirga ke bilik yang berada paling ujung.

Pria itu mengamati dari jauh. Memperhatikan dokter yang sedang menjahit luka di bagian kening pasien. Meski ragu, Dirga berjalan mendekat.

“Permisi dokter?” ucap Dirga seraya mendekat.

“Iya,” jawab sang dokter berbalik. “Anda keluarganya?”

Saat itu Dirga bisa melihat wajah pasien, ternyata bukan Tiara. “Maaf bukan!” sahut Dirga.

Dirga keluar dari ruang IGD dan ternyata ada Tomi di sana.

“Bagaimana Tuan? Apa Nona Tiara di dalam?” tanya Tomi khawatir.

“Bukan, korban kecelakaan itu bukan Tiara.” Dirga menunduk lebih dalam. Ada yang aneh jika Tiara tiba-tiba menghilang. Ke mana dia?

“Aku akan memperluas pencarian!” usul Tomi. Jika Tiara menghilang, bukan hanya Dirga yang sedih. Nyonya Rani dan Pak Seno yang sudah ia anggap seperti orang tua sendiri. Juga akan ikut sedih.

“Apa kamu sudah bertemu Vida?” tanya Dirga. Jika bukan Ferdinand, maka Vida yang akan menolongnya.

“Sampai detik ini Vida juga belum bisa ditemui, hanya Pak Arman yang ada di rumah tadi pagi,” sahut Tomi.

“Aku akan ke sana sekarang!” Dirga melirik ke arah arloji, tidak peduli hamper tengah malam tetap ingin ke rumah Vida saat ini juga.

* * *

Satu minggu kemudian.

Dirga tengah duduk di kursi kerjanya. Melihat keluar kaca. Tepat satu minggu Tiara menghilang. Sang istri tidak ada di rumah Vida. Tidak pula ke Singapura, Dirga sudah menyuruh orang untuk memeriksanya di tempat tinggal Ferdinand yang ada di Singapura.

“Menurutmu Tiara pergi ke mana?” tanya Dirga pada Tomi yang masih sibuk memeriksa laporan keuangan dari cabang perusahaan.

“Kita pasti akan menemukannya Tuan, apalagi saya sudah menambah beberapa orang di lapangan, segera menemukannya Tuan!” jawab Tomi yakin.

“Ini bukan hanya demi aku, tapi juga untuk mama dan Bu Susi! Aku sungguh pusing sudah satu minggu ini setiap malamnya mama terus saja menanyakan di mana keberadaan Tiara. Pun begitu dengan Bu Susi, tidak pernah absen mengirim pesan padaku untuk mengetahui di mana keberadaan Tiara!” jelas Dirga. Ia sendiri juga khawatir dengan keberadaan sang istri.

“Aku rasa Anda juga merindukannya, Tuan!” imbuh Tomi, tak sekalipun memalingkan netranya dari layar laptop. Beberapa kali ia mendapati Dirga diam-diam mengamati foto sang istri yang ada di layar ponselnya.

Dirga memalingkan wajah. Ia berdehem dan menghindari senyum ejekan dari sekretarisnya.

“Sebenarnya selama satu minggu ini, saya menyuruh orang untuk memata-matai Vida, dan tadi Vida pergi ke suatu tempat yang jarang sekali di kunjungi, Ronald masih terus memantau meski belum tahu apakah Vida pergi menemui Tiara atau tidak!” ujar Tomi. Ia hanya tidak ingin memberikan harapan palsu pada sang bos.

Bukan hanya susah tidur, Tomi juga tahu kalau Dirga juga melewatkan sarapan pagi dan makan siang. Ia hanya focus dengan layar ponsel untuk selalu update dimana keberadaan sang istri.

“Antarkan aku ke tempat itu!” titah Dirga tidak sabar. Mendapat satu petunjuk saja ia akan segera bergerak. Agar secepatnya bertemu dengan Tiara.

“Sekarang?”

“Tentu!”

Dirga menjawab dengan lantang. Ia berdiri dari duduknya. Berharap segera bertemu dengan Tiara. Segera menemukannya.

Tomi menutup layar laptop. Merenggangkan jemari tangan. “Baik,” jawabnya. “Tapi Tuan, apa Anda sudah jatuh hati pada Nona Tiara?” selidik Tomi, ia sungguh ingin mendengar pengakuan dari Dirga.

Sang Bos, memilih untuk pura-pura tidak mendengar. Pergi meninggalkan ruang kerjanya lebih dahulu. Pria itu masih saja membisu hingga mereka tiba di area parker yang berada di basement.

Tomi berjalan lebih dahulu dan membuka pintu untuk Dirga. Kemudian, ia duduk di belakang kemudi dan mulai mejalankan kendaraan roda empatnya membelah jalanan kota menuju ke alamat yang diberikan oleh Ronald.

* * *

“Apa tidak ada yang mengetahui kedatanganmu ke sini?” tanya Tiara. Ia duduk di sebelah Vida.

“Tidak ada tenang saja, aman!” sahutnya melebarkan sudut bibir membentuk senyuman.

“Aku sangat berhati-hati, meski selama satu minggu ini beberapa orang suruhan Tuan Dirga datang ke rumah dan papa di kantor juga ditanyai oleh sekretarisnya itu, tapi aku yakin tidak ada yang mengetahui keberadaan mu!’ jawab Vida meyakinkan.

“Terima kasih!” Tiara bisa bernafas lega. Cukup lega karena Dirga belum menemukan tempat persembunyiannya.

“Sebenarnya, ada yang ingin aku tanyakan!” Vida menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ada yang belum ia pahami dari apa yang dilakukan Tiara saat ini.

“Tanyakan saja, aku akan menjawabnya!”

“Aku masih belum paham, kenapa kamu tidak ikut Ferdinand ke Singapura kalau di sini kamu juga bersembunyi dari Tuan Dirga!” Vida benar-benar ingin tahu apa alasannya.

“Aku tidak ingin merepotkan Ferdinand! Kalau pun aku keluar dari rumah Tuan Dirga, aku tidak ingin membebani siapapun. Ferdinand, Bu Susi, dan kamu!” jawab Tiara.

“Apa hanya itu?” selidik Tiara. “Apa kamu tidak memiliki perasaan apapun pada Tuan Dirga! Tiara!” desaknya.

Degh.

Tiara terdiam. Sampai saat ini, ia sendiri belum tahu mengenai perasaannya terhadap Dirga. Ya, dia belum menerima kenyataan bahwa ia telah jatuh hati pada pria yang telah merenggut kehormatannya secara paksa.

“Aku mendengar rumor yang beredar kalau Tuan Dirga pergi ke Bali bersama Rosalin apa itu benar?” tanya Vida. Ia hanya ingin memastikan apa yang terjadi sebenarnya.

Tiara bergeming. Ia tidak berani membayangkannya, mengingat Rosalin keluar dari kamar Dirga saja ia tidak bisa. Sakit!

“Jangan diam saja! Aku hanya ingin tahu, hari pertama kamu di Bali kamu terlihat sangat bahagia bersama Tuan Dirga, aku juga menerima banyak fotomu, tapi kenapa kamu pulang bersama Ferdinand da nada rumor buruk yang beredar!” cerca Vida. Ia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Tiara.

Tiara tidak menjawab. Bibirnya mengatup rapat dengan bulir-bulir air mata yang nyaris lolos membasahi pipi.

“Tiara,” lirih Vida memperhatikan dengan saksama wajah sahabatnya. “Tiara, kamu tidak apa-apa kan?" desaknya.

Bibir Tiara bergetar. Bendungan besar di kelopak matanya, roboh dihantam air mata. Tetes-tetes bening, menganak sungai membasahi pipi Tiara.

“Aku—.” Tiara menelan ludah, berusaha menguasai diri.

“Kenapa?"

Dengan lembut, Vida mengusap airmata Tiara. Ia tidak pernah melihat Tiara sampai menangis. Meski Tiara belum mengatakannya, Vida yakin jika Ferdinand mengajak Vida pulang terlebih dahulu karena sesuatu! Bukan hanya karena keegoisannya semata.

Setelah sepersekian menit, Tiara berhasil menguasai diri menghentikan tangisannya. “Aku akan menceritakannya,” ujarnya dengan tatapan sayu.

Vida menggenggam tangan Tiara. Raut wajah sahabatnya, menampakkan kesedihan. Belum pernah ia melihat Tiara terlihat sangat sedih. Bahkan senyum yang terlukis di bibir menyiratkan perih yang ia rasakan.

“Aku melihat Rosalin keluar dari kamar Tuan Dirga, pagi buta! Mereka sudah melewati malam bersama!” Tiara menunduk semakin dalam. Sakit sekali yang ia rasakan, merasa di bodohi! Dirga yang saat ini sudah sembuh pasti tengah berbahagia! Berbanding terbalik dengan dirinya yang terjebak dalam perasaan dan pernikahannya yang mengerikan. Menyedihakan!

Vida meraih Tiara dalam pelukan. Untung saja suasana cafe masih sepi karena belum jadwal makan siang.

Dari kejauhan dua pasang mata tengah mengamati Vida dan Tiara sejak tadi. Dua orang itu ialah Dirga dan Tomi.

“Siapa pemilik cafenya?” tanya Dirga.

Tomi mengeluarakan tabletnya, lalu mulai mencari tahu mengenai ADC cafe.

“Beli kafenya!” titah Dirga dan mulai merencanakan sesuatu untuk membawa Tiara pulang ke rumah.

1
SariAdja
Ayok di baca
dika edsel
bagus thor..aku suka ceritanya, gk berbelit-belit sat set das des..!! tiara yg lemah lembut baik hati vs dirga yg kaya raya dan gengsinya selangit..,sukses ya thor semangat..!!!
dika edsel
yasalam..,semoga perkataan mu yg terakhir itu didengar oleh tiara..heran gk jelas nih abang2 kyk bunglon ye kelakuannya..., setelah ini apakah dirga akan menyanyi kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga..
Laila Isabella
ngaku aja deh tuan dirga kalau udh jatuh cinta..😍😍
dika edsel
hadeeeh abang dirga ini sok2an dingin ye pdhl dia ingin...?? namanya juga diam2 cinta ya gengsi dong mau ngungkapin bner gk bang?? yok lebih digedein lagi gengsinya bang..
Laila Isabella
sudah mampir di sini thor..🤭🤭
SariAdja: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!