Susah payah Rico mengumpulkan kepingan hatinya yang berserakan karena dua kali penolakan dari gadis yang merupakan cinta pertamanya.
Disaat dirinya sudah mulai kembali menata hidup tanpa lagi memikirkan cinta.
Hidupnya yang tenang kembali harus jungkir balik setelah secara terpaksa harus memenuhi permintaan sang mama untuk menikahi seorang gadis yang masih sangat belia.
Tak mampu menolak hingga pada akhirnya Rico memilih untuk mengajukan syarat.
"Aku tak akan mendua apalagi sampai menikah lagi, tapi bukan berarti kau berhak atas diriku. Jangan pernah mencintaiku karena cinta bagiku adalah sebuah kemunafikan belaka. Kau bebas dengan hidupmu dan aku dengan kehidupan ku meski kita terikat pernikahan." .... Rico Aditama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Jika ada yang mengatakan jodoh adalah cerminan diri. Terkadang ada benarnya, entah itu sifat, karakter ataupun jalan kehidupan yang telah dilaluinya.
Begitupun yang terjadi pada Roy dan Jessica. Tak ada yang menyangka jika kasus yang menimpa Jennie pada akhirnya membawa pemuda paling jenius yang disayangi Javier tersebut menemukan jodohnya.
Keduanya jarang berinteraksi apalagi bertemu. Pertemuan mereka berawal dari pengintaian yang dilakukan oleh Roy.
Entah apa yang terjadi pada pemuda itu hingga pada akhirnya pertemuan itu intens dilakukannya disaat Jessi sudah mendekam di balik jeruji besi. Roy jugalah orang yang memiliki andil terbanyak untuk kesembuhan gadis itu dari ketergantungan alkohol juga rokok.
Bahkan dengan telaten pemuda itu datang dan mendampingi, selalu memberi semangat dan juga suport hingga benih-benih cinta itu perlahan tumbuh dihati keduanya.
Pencabutan tuntutan pada Jessi yang dilakukan oleh Jocelyn menjadi puncak kebahagiaan keduanya. Meski sudah menerima mandat untuk menjaga dan mendampingi Rico di kota B namun Roy punya cara tersendiri untuk melakukan keduanya tanpa meninggalkan kewajibannya.
Hingga di bulan ke enam setelah pernikahan Rayyan dan Jennie, Roy memilih mengakhiri masa lajangnya dan mempersunting Jessica menjadi istrinya.
Disaat orang-orang masih sedikit kesusahan manakala membandingkan siapa yang Jessica dan siapa Jocelyn, maka Roy dan Raja adalah orang pertama yang mampu melakukan hal itu.
"Yang, sudah siap??" Jessica menghampiri sang suami dengan senyum mengembang, wajah cantiknya nampak semakin berseri dengan make-up yang menghiasinya.
Kedua matanya bersinar terang saat kedua matanya hanya terkunci pada sosok tampan yang senantiasa mengulurkan tangannya untuk digenggam.
"Apa boleh secantik ini hanya untuk bertemu keluarga, hem??"
"Aku hanya tak ingin membuatmu malu, jika wajahku pucat dan jelek mereka pasti akan menuduhmu tak becus menjagaku." Jessi mengerlingkan matanya membuat Roy gemas.
Dikecup nya pipi itu lembut, sambil membisikkan kata cinta. Cinta yang semakin dalam dirasakannya pada sang istri. Meski keduanya menjalani hubungan jarak jauh, namun tak sedikitpun terbesit dalam hati Roy untuk menghianati sang istri. Beruntung dia mendapat tugas menjaga seorang laki-laki yang memilih anti pada perempuan hingga dirinya pun berhasil menghindari makluk yang bernama perempuan selalu berkeliaran disekelilingnya.
Akan tetapi berbeda untuk saat ini. Roy bisa melihat, keberadaan Deviana sedikit banyak berpengaruh pada Rico. Lelaki itu yakin jika pada akhirnya nanti keduanya akan bisa berjalan seirama.
Untuk mengantisipasinya, Roy meminta sang istri untuk turut mendampinginya.
************
Perusahaan Darou.
Senyum mengembang masih terpatri dari wajah pasutri yang melangkah menuju kantor Raja yang berada di lantai 7.
Banyak perubahan yang terjadi di kantor tersebut. Banyak hal yang telah dirombak termasuk penempatan ruangan, tata cara kerja pun dengan orang-orang nya telah banyak terganti.
Tuan besar Darou, Kenneth benar-benar memilih menepi meski tak seratus persen lepas tangan namun lelaki baya tersebut lebih banyak menghabiskan waktunya menemani cucunya, anak dari Jennie dan Rayyan yang tahun ini baru menginjak usia satu tahun.
Keduanya membalas sapaan para karyawan dengan ramah. Tak adalagi Jessica yang arogan, tak ada lagi Jessica yang angkuh juga kasar. Wanita itu benar-benar merubah jati dirinya menjadi lebih baik.
Roy mengelus kepala sang istri lembut, kecupan hangat bertubi-tubi dilayangkan nya. Hatinya membuncah melihat bagaimana usaha sang istri untuk benar-benar berubah.
"Kenapa??" Gadis itu mendongak, menatap manik hitam yang menatapnya lekat.
"Kamu cantik."
"Ih, kalau itu aku tahu. Kalau nggak cantik mana mungkin kamu mau sama aku." Roy tergelak melihat sang istri yang mengedip ngedipkan matanya sambil tersenyum manis.
Dunia Roy memang terasa jungkir balik jika sedang bersama dengan wanita itu. Semua terasa indah dan membahagiakan. Roy yang memang terkenal ramah namun selalu serius saat melakukan tugasnya merasa hidupnya sangat berarti saat ini.
Tak seperti tahun tahun sebelumnya yang ada dalam pikirannya adalah membalas budi pada Javier yang telah merubah hidupnya menjadi lebih berarti. Namun sekarang, Jessi telah berhasil menepis keinginan itu, menjadikan tujuan hidupnya lebih berarti seperti yang pernah Javier tekankan padanya.
Di dalam ruangan. Jocelyn nampak menatap layar komputer miliknya dengan serius. Gadis yang dulunya sangat anti dengan segala hal yang berbau kantor sekarang telah berubah.
Semenjak mandat Jennie turunkan padanya juga Jessica, mau tak mau Jocelyn harus melakukan tugasnya. Bukan hanya demi mendapat upah namun juga demi rasa tanggungjawab dan juga sebagai salah satu cara membalas kebaikan Jennie yang dengan kesadaran penuh membuka kedua tangannya untuk merangkulnya bersama Jessi.
Kebaikan Jennie tak bisa digantikan oleh apapun, mengingat bagaimana keluarganya terutama sang mama yang berniat untuk melenyapkan nya Jennie masih mau memaafkan bahkan menganggapnya sebagai bagian dari keluarga.
"Jessi belum datang?" Raja mendekat dengan secangkir teh ditangannya.
Meletakkan teh tersebut diatas meja kerja Jocelyn dan mendudukkan diri di meja kerja gadis itu.
"Belum, kak. Biarkan saja, mungkin mereka ingin menghabiskan waktu berdua." Jawabnya disertai senyum yang terpatri di bibirnya.
"Kau benar. Sangat sulit menjalani hubungan jarak jauh seperti mereka."
"Ya mau bagaimana lagi, Jessi sendiri yang belum mau pergi mengikuti suaminya. Padahal aku sudah menyarankannya untuk itu tapi dia masih keras kepala."
Raja tersenyum tipis, dia tahu kekhawatiran terbesar yang menahan seorang Jessica untuk tetap tinggal di ibukota dan memilih jauh dari suaminya adalah sang kakak.
Kondisi Jocelyn yang belum leluasa untuk pergi jauh karena masih harus menggunakan kursi roda adalah salah satu alasannya. Jocelyn bisa bergerak bebas tanpa kursi roda jika berada di dalam ruangannya atau di rumah. Kondisi kakinya yang tak memungkinkan untuk diajak jalan cepat dan tergesa adalah faktor utamanya.
"Joe, ayo kita menikah?" Suara Raja pelan namun penuh dengan penekanan.
Bertahun lamanya lelaki itu berpikir dan berpikir, pada akhirnya menemukan titik temu dimana dirinya selalu ingin berada di dekat gadis yang sejak kecil telah dianggapnya sebagai adik itu.
Rasa khawatir yang dia rasakan terhadapnya sangat berbeda dengan rasa khawatir nya pada Jennie ataupun sang daddy. Lelaki berusia 35 tahun tersebut pada akhirnya memahami keinginan hatinya. Bahkan sang adik, Jennie telah lebih dulu memberikan dukungan padanya.
"Kak, kakak bercanda." Jujur saja, ungkapan yang keluar dari bibir Raja membuat jantung Jocelyn bekerja tak normal. Tapi sebisa mungkin gadis itu menguasai dirinya. Cintanya hanya dia yang tahu, Jocelyn selalu berusaha menutupi hal itu.
"Kakak nggak sedang bercanda, Joe. Kakak serius akan menikahimu. Apa kau meragukan kakak?" Raja menatap lembut, mencoba meyakinkan ucapannya lewat sorot matanya.
"Tapi kak, kita..?"
"Kita saudara begitukan? tapi dalam diri kita tak ada ikatan darah yang mengalir sama Joe, kakak sudah lama memikirkan ini dan hingga saat ini tak ada hal lain selain menikahimu, menjagamu sebagai pasanganku bukan lagi sebagai kakak yang menjaga adiknya. Aku juga sudah meminta restu dari ayahmu, daddy juga Jennie. Joe, maukah kamu menjadi istri kakak dan menemani kakak hingga tua nanti??" Raja meraih jemari Jocelyn dan menggenggamnya lembut.
"Kak aku.."
"Selamat pagi??"
Sapaan disertai pintu yang terbuka membuat keduanya langsung beralih menatap pintu dan melihat siapa yang masuk.
Jocelyn melirik tak enak pada Raja, sementara Raja membuang nafasnya berat karena momennya telah dirusak oleh dua orang yang malah tersenyum didepan sana.
"Oups, apa kedatangan kami menganggu? atau tidak tepat waktu?" tatapan polos di berikan oleh Jessi sambil menyunggingkan senyum. Sementara Roy hanya menggeleng dengan kelakuan sang istri.
astaga pantes aja Rico jadi trauma, disaat dia bner" mencintai seorang gadis tpi mlaah dikhiannati bahkan sampai berbadan dua
Segala hal