JAGOAN YANG TERSEMBUNYI

Tangan kasarnya dengan lembut membelai kaki Stella yang sangat halus, meski dia bertemu dengan banyak wanita cantik diluar negri dia belum pernah melihat wanita yang memiliki kaki yang begitu sempurna.

Dengan pelan Calvin meletakan kaki Stella diatas baskom berisi air hangat, suhu yang nyaman membuat Stella semakin terlelap dalam tidurnya. Dia tidak tahu apa yang dilakukan Calvin padanya.

Dia merasakan sensasi kesemutan yang menyenangkan dibagian bawa kakinya, saat Calvin perlahan memijat titik refleksi dibagian kakinya. Perlahan rasa sakit dan lelahnya menghilang.

Calvin merasa sedih saat melihat guratan kelelahan yang terlukis di wajahnya. Tak peduli seberapa kuat dia berdiri, dia tetaplah seorang wanita.

Dia sangat lelah dengan semua yang terjadi disekitarnya baru-baru ini.

Calvin memijat kakinya selama setengah jam sehingga tangannya menjadi keriput. Orang normal pasti akan menderita setelah berjongkok selama setengah jam. Namun Calvin tidak merasakan apa selama melakukannya.

Para pemimpin besar diluar negeri akan terkejut jika mereka melihat apa yang telah dilakukan oleh Calvin .

Tak terbayangkan bahwa sang dewa pembantai yang sadis dan brutal akan rela berlutut dan mengunakan teknik pijat yang telah lama hilang untuk seorang pengusaha wanita biasa.

Beberapa pusat medis terbesar dan terkenal diluar negri pernah bergabung dan memohon kepada dewa pembantai untuk menunjukan teknik pijatnya kepada mereka. Sayangnya mereka gagal untuk mendapatkannya.

Kelelahan Stella berangsur-angsur menghilang. Mendengar hembusan nafasnya yang lembut, Calvin perlahan mengangkat kaki indah itu dari baskom yang berisi air hangat lalu mengeringkannya.

Kemudian dia mengendong dan membawanya menuju kamar pribadi milik Stella.

Pada saat Calvin kembali kebawah, malam sudah sangat larut, tiba-tiba saja dia mendengar suara gemuruh, sebuah BMW hitam dari kejauhan terlihat mendekati rumah besar milik Stella dan berhenti tepat didepan gerbang masuk.

Pintu mobil terbuka dan Addie keluar dari mobil itu. Dia berlari menuju pintu dengan keringat dingin menetes didahinya karena menahan rasa sakit. Bawahan Addie mengeluarkan beberapa hadiah mahal dari bagasi mobil dan mengikuti Addie dari belakang.

Addie bergegas menghampiri pintu dan segera menekan bel pintu. Suara bel menggema didalam rumah.

Calvin yang belum tidur mendengarnya lalu berseru, "Siapa itu?"

Addie gemetar ketika mendengar suara Calvin. Dia menghentikan tindakan gilanya dengan berhenti menekan bel pintu yang berulang-ulang dia lakukan kemudian dia memanggil Calvin dengan sopan, "Pak Calvin saya disini untuk mendiskusikan kerja sama dengan Stella."

"Sudah terlambat, nona Stella sudah tidur, kamu bisa kembali besok!" kata Calvin yang masih berada didalam rumah dan tidak berniat membukakan pintu.

Addie menjadi cemas mendengar kata-kata itu, lalu berkata, "Pak Calvin, saya sudah menyiapkan beberapa hadiah sederhana untuk anda, saya harap anda akan menyukainya."

"Kamu tidak perlu melakukannya, kamu cukup menyerahkannya kepada istri saya besok!" kata Calvin dengan nada datar. Dia tau Addie sedang berusaha meminta pengampunan darinya, namun dia tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu.

"Kalau begitu, saya pamit ... Dan saya minta maaf atas kelancangan yang saya lakukan beberapa waktu yang lalu, saya mohon maafkan saya, saya harusnya mengetahui lebih baik tentang anda!" wajah Addie berubah pucat, karena Calvin menolak untuk bertemu dengannya.

Meski begitu, dia tidak berani menunjukkan kemarahannya pada Calvin. Jika dia adalah orang yang berada dibalik insiden di markas mereka diluar negri, Addie tidak berdaya untuk melawan kekuatan Calvin.

Dia juga bahkan tidak berani mempertanyakan apa yang dikatakan Calvin sebelumnya.

Dengan kemampuan Calvin, Addie tahu, bahwa dia benar-benar Mempu menghancurkan Blessed Capital jika dia menginginkannya.

Kendati dia masih ragu tentang sosok Calvin, dia tidak mau mengambil resiko. Lagi pula, dia akan kehilangan ayah dan markas mereka jika dia salah langkah.

Setelah meminta maaf pada Calvin , Addie kembali masuk kedalam mobilnya dan berkata, "Kita kerumah sakit!" kemudian mobil BMW itu pergi meninggalkan kediaman Stella.

Dari dalam rumah, Calvin berdiri didekat jendela dan melihat kepergian BMW berangsur-angsur menghilang dari pandangannya. Senyum muncul diwajahnya lalu mengambil ponselnya dan menelpon seseorang, "Kamu bisa berhenti sekarang. Mereka telah membayar perbuatan mereka!"

"Pak Calvin, apakah Addie akan menyerah begitu saja? Blessed Capital adalah perusahaan berpengaruh diluar negri, dan aku khawatir, dia akan terus menganggu nona Stella." kata Richie cemas.

"Aku memberinya kesempatan karena aku tahu, Blessed Capital melakukan banyak kegiatan amal diluar negri!" kilatan kekejaman tersirat Dimata Calvin kemudian melanjutkan, "Jika ini terjadi lagi, tidak ada ampun untuk mereka!"

Keesokan harinya di menara Valentines corporation, dikantor CEO.

Sekertaris Vivian tiba-tiba membuka pintu dan berkata, "Nona Stella, tuan Ginza ada disini dan ingin menemui anda!"

Stella mendongakkan kepalanya dan berkata, "Biarkan dia masuk!"

Segera, Addie masuk kedalam kantornya dan melengkungkan bibirnya saat melihat sosok anggun nan rupawan itu. Dia melambaikan tangannya, "Nona Stella, ini ada beberapa hadiah untuk anda, saya harap anda menyukainya."

Stella tercengang, saat melihat hadiah-hadiah dari Addie yang diletakan oleh bawahannya dibelakang addie "Addie apa yang kamu lakukan?" tanya Stella.

"Ini sebagai tanda permintaan maaf saya, saya bersalah karena mengabaikan detail keamanan dan menempatkan anda dalam situasi yang berbahaya semalam. Saya disini untuk meminta maaf dan mengusulkan kolaborasi dengan perusahaan anda."

Setelah mengadakan rapat dengan Addie dan menandatangani kontrak kerja sama, Stella mengantar Addie pergi ketika dia beranjak keluar meninggalkan kantor Stella.

"Addie, saya senang bisa berkolaborasi dengan Blessed Capital!" kata Stella dengan senyum menawan diwajah cantiknya.

Addie tentu belum bisa melupakan peringatan yang diterimanya tadi malam, dia hanya tersenyum simpul sambil menjawab, "Nona Stella, ada orang lain yang perlu kita ucapkan terima kasih dalam kolaborasi kita kali ini!"

"Ada Orang lain?" Stella mengerutkan keningnya karena bingung.

"Tanpa dia, Blessed Capital tidak akan menyetujui kolaborasi ini begitu cepat." setelah mengatakan itu, Addie pergi meninggalkan menara Valentines corporation dengan mobil BMW nya.

"Dia?" Stella terkejut, dia tidak tahu bahwa ada pihak ketiga yang membantu kolaborasi antara Blessed Capital dan Valentines corporation.

Mungkinkah pria misterius itu lagi? Stella berpikir dalam hatinya, pria misterius itu selalu membantunya secara rahasia.

"Nona Stella!" suara tiba-tiba terdengar dari sampingnya. Stella berbalik dan melihat Cassie berdiri disamping.

"Ada apa? Stella bertanya dengan tenang.

"Saya telah menemukan beberapa petunjuk tentang masalah yang anda minta untuk saya selidiki.

Ekspresi Stella langsung berubah saat dia mendengar apa yang dikatakan Cassie.

Meskipun dia telah membuat laporan polisi kemarin, dia memahami efisiensi polisi Astana dengan baik. Karena itu, dia meminta Cassie untuk menyelidiki masalah ini.

Tanpa diduga, Cassie kembali dengan beberapa informasi dipagi ini.

Stella duduk setelah mereka kembali dikantor CEO. Ekspresi serius terlihat diwajahnya.

"Kamu boleh mulai!" perintah Stella.

"Nona Stella, apakah suami anda tiba-tiba menghilang saat penyerangan pertama?" tanya Cassie.

"Ya ..." Stella mengangguk.

"Dan juga terlambat, ketika anda disergap kemarin malam dan tidak memberitahu anda alasan dia berada disana." lanjut Cassie.

"Apakah kamu mencoba mengatakan bahwa dia adalah dalang dibalik semua itu?" Stella mengerut alisnya.

"Itu tidak mustahil, lagi pula dia tidak punya alibi." jawab Cassie.

Kamu bisa mengecualikan dia. Dia tidak mungkin menjadi dalang yang merencanakan semua ini!" Stella terkekeh dan membela Calvin.

Setelah menikah dengannya selama beberapa bulan, aku yakin bisa mengatakan bahwa dia tak ubahnya pelayan yang melayaniku. Dengan kemampuannya yang hampir tidak dia miliki, dia tidak mungkin menjadi dalang dari semua ini.

Cassie hanya mengangguk ketika dia mengingat tatapan patuh Calvin sejak tadi malam.

"Baiklah! namun, nona Stella saya mungkin harus tinggal dirumah anda untuk memastikan keselamatan setiap jam sepanjang hari. Kamu juga harus mempekerjakan beberapa pengawal untuk melindungi anda!" kata Cassie.

"Tidak masalah, ada banyak kamar kosong dirumah. Jika kamu melihat jumlah pekerjaan yang dia lakukan dirumah, kamu akan tahu bahwa dia tidak mampu merencanakan penyergapan seperti itu!"

Kata Stella sambil mengangguk setuju dengan usulan Cassie.

**********