NovelToon NovelToon
Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:954
Nilai: 5
Nama Author: Santika Rahayu

Ketika cinta datang dari arah yang salah, tiga hati harus memilih siapa yang harus bahagia dan siapa yang harus terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santika Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

Aghhh ..

Prang ....

Prabotan terlempar, foto, jam alarm, buku-buku, bahkan lampu tidur, semuanya pecah berserakan di lantai.

Sementara di sudut ruangan, Sagara terduduk dengan ekspresi berantakan, wajahnya dipenuhi keringat, rambutnya acak-acakan, pakaiannya juga sudah tidak berbentuk lagi.

Dari luar terdengar suara wanita paruh baya yang khawatir, wanita itu tak lain adalah Bu Sofi.

“Sa.., Sagara, kamu kenapa nak..??, kamu kambuh lagi??” Tanyanya sembari menggedor-gedor pintu–khawatir.

Hening..

Sagara tidak menjawab.

“Sagara buka pintunya, jangan bikin Mama khawatir sayang..” teriak bu Sofi lagi.

Hening kembali menyelimuti, Bu Sofi benar-benar khawatir, terjadi apa-apa pada putra semata wayangnya itu.

 BRAKK....

Dengan bantuan satpam di rumah itu–Pak Rudy, pintu akhirnya terbuka, mereka terkejut melihat keadaan kamar yang begitu berantakan. Namun Bu Sofi lebih terkejut lagi melihat keadaan putranya.

“Sagara..”

Mata pemuda itu merah, wajahnya penuh keringat, tubuhnya gemetar, tangannya terkepal kuat seolah menahan amarah. Ketika ibunya mendekat, Sagara langsung mendorongnya menjauh, “Brengs*k!!” Sentakannya membuat wanita itu sontak menjauh.

“Ambil obatnya..” suruh sang ibu pada pak Rudy yang berdiri di belakangnya.

Pak Rudy mengangguk.

“Sagara tenang.., ini mama nak..” Bu Sofi kembali menenangkan putranya.

“Pergi..., pergi!!” Teriak Sagara lagi.

Bu Sofi tak menjauh, ia justru mendekap erat tubuh putranya. Dengan kelembutan seorang ibu, tangannya mengelus lembut rambut Sagara, namun hal itu tak mampu menghilangkan kekacauan di kepala pemuda itu.

Pak Rudy kembali dengan membawa obat dan jarum suntik, Bu Sofi langsung mengambil alih jarum suntik tersebut, mengisinya dengan obat penenang sesuai takaran. Dengan hati-hati dan cekatan, wanita itu menyuntikkan obat tersebut pada lengan putranya.

Perlahan obat itu mulai bereaksi, Sagara perlahan kembali tenang, hingga akhirnya tertidur dalam dekapan sang ibu.

“Bantu angkat pak..”

Pak Rudy langsung sigap, mengangkat tubuh tinggi tegap itu dan membaringkannya di atas kasur. “Dr. Ardi udah saya panggil Bu, bentar lagi dia sampai.” ujar pak Rudy yang dibalas anggukan oleh sang majikan.

“Kalau begitu saya permisi ya bu.” izin pak Rudy.

Setelah pak Rudy pergi, kini tersisa Bu Sofi dan Sagara di dalam kamar. Bu Sofi menatap sedih ke wajah putranya yang tertidur lelap, sudah berbagi cara ia coba untuk menyembuhkan bipolar yang diidap Sagara, tak terhitung lagi berapa psikolog yang sudah dia temui, namun penyakit itu tak kunjung sembuh total.

Karena bipolar inilah, Sagara beberapa kali dikeluarkan dari sekolah. Karena tak mampu mengontrol emosinya yang meledak-ledak, Sagara sering sekali terlibat perkelahian, hingga berakhir lawannya masuk rumah sakit.

Pintu masih terbuka, saat Dr. Ardi tiba, sang dokter psikolog yang sudah lama menangani Sagara. Bu Sofi langsung bangkit dari sisi Sagara, membiarkan Dr. Ardi melakukan tugasnya–memeriksa Sagara.

“Akhir-akhir ini dia sering banget kumat.., saya gak tau harus gimana lagi.” lirih Bu Sofi, lelah.

Dr. Ardi tetap fokus pada pekerjaannya, tapi tetap mendengarkan penuturan Bu Sofi. “Kita tahu, banyak sekali trauma yang Sagara alami, dari masa kecilnya sampai sekarang.” Dr. Ardi menghela nafas, menoleh ke arah Bu Sofi. “Akhir-akhir ini kayaknya banyak banget yang bikin Sagara teringat sama traumanya, karena itu, bipolar yang dia alami jadi sering kambuh.” Jelasnya.

“Harus bagaimana lagi sekarang dok?” Tanya Bu Sofi, menatap putranya penuh prihatin.

“Sebaiknya, beberapa hari ini Sagara istirahat, biar dia lakuin apa yang dia mau, bikin dia tenang dulu.”

“Baik, terimakasih dok..”

...****************...

Sagara duduk tenang di atas kasurnya, ruangan yang tadinya berantakan kini sudah kembali tertata, karena saat Sagara masih tertidur art di kediaman itu sudah membersihkannya.

Tangan Sagara menggenggam foto seorang gadis kecil dengan mata teduh dan senyum yang menenangkan. Mata elangnya nampak lebih lembut saat menatap foto itu.

“Dimana Lo sekarang??” ujarnya masih dengan mata yang tertuju pada selembar foto di tangannya.

“Lo tau ga?, sekarang gue berantakan lagi.” tutur Sagara seolah foto itu bisa menyahut.

“Hehe, bodoh banget gue, masa ada orang temenan gak nanya nama..” Sagara terkekeh sendiri, mengingat hingga sekarang dia tidak tahu siapa nama gadis kecil di foto itu.

Flashback...

Jakarta Beberapa Tahun Yang Lalu..

“Papa udahhh...., jangan pukul mama .., jangan paaa...” Tangis seorang pria kecil yang berusaha melindungi ibunya dari pukulan dan tendangan yang dilayangkan ayahnya.

Saat itu, Sagara baru berusia empat tahun, ketika anak seusianya seharusnya sedang disayang-sayang oleh kedua orang tuanya. Sagara justru berbeda, setiap hari rumahnya dipenuhi perabotan pecah, pukulan, dan tangisan.

Dengan tangan mungilnya, Sagara kecil berusaha menghentikan ayahnya yang tengah memukuli sang ibu, hanya karena masakannya kelebihan garam.

Hal itu tidak hanya terjadi sekali, tapi setiap hari. Ayahnya yang seorang peminum dan penjudi, selalu marah hanya karena hal-hal sepele, tidak hanya sang ibu yang dipukuli, Sagara juga sering dihukum– dipukul, ditendang, tidak diberi makan, bahkan dikurung di gudang oleh pria brengs*k yang merupakan ayahnya.

Hingga saat Sagara berusia lima tahun, dalam pertengkaran hebat, sang ayah mendorong sang ibu dari tangga. Bu Sofi jatuh terguling ke bawah hingga kepalanya membentur keramik, darah mengucur dari dahinya.

Saat itu, Bu Sofi sempat kritis hingga tak sadarkan diri selama tiga hari. Sagara kecil meringkuk di depan kamar inap ibunya, tubuhnya lemas karena belum makan sejak pagi.

Pria kecil itu terlalu larut dalam kesedihan, matanya merah memancarkan kebencian dan dendam kepada ayahnya sendiri, namun detik berikutnya tangan mungil seorang gadis menyodorkan roti di hadapan Sagara. Sagara langsung mengangkat pandangannya, melihat siapa pemilik tangan itu. Namun karena terlalu lama menangis, matanya menjadi buram, cahaya dari lampu rumah sakit juga membuat mata Sagara silau, seolah gadis itu muncul dengan cahaya harapan di belakangnya.

“Nih buat kamu, kata mama aku, kalo kita sedih terus, berarti kita lapar..” ujar gadis itu dengan polosnya.

Sagara bangkit, melihat wajah itu dengan lebih jelas, mata bulat teduh, first impression yang Sagara rasakan ketika melihat gadis itu. “Tapi Sagara sedih bukan karena lapar..” balasnya.

“Terus kenapa?”

“Mama Sagara dipukul papa, terus didorong dari tangga, kepalanya berdarah, kata dokter sekarang masih kritis..” tutur Sagara kecil dengan nada sendu.

“Kok papa kamu jahat sihh??” raut gadis itu berubah tajam.

“Dia udah bukan papa Sagara lagi, Sagara benci sama dia, kalau udah besar, Sagara akan lindungi Mama..” Mata pria kecil itu penuh tekad.

“Kalau gitu kamu harus makan, biar cepat gede, dan kuat lindungi mama kamu..” gadis kecil itu kembali menyodorkan rotinya.

Kali ini Sagara tersenyum, dia menghapus air matanya dan langsung menanggapi roti yang diberikan gadis yang belum dia ketahui namanya itu.

Begitulah semesta mempertemukan kedua malaikat kecil itu, sejak hari itu keduanya mulai lebih akrab. Selama di rumah sakit mereka sering bertemu, Sagara menjaga ibunya yang tengah kritis, sementara gadis itu sering ke rumah sakit mencari mamanya yang bekerja sebagai perawat.

Namun meskipun sering bertemu, Sagara tidak pernah menanyakan nama gadis itu, dan hal itulah yang dia sesali hingga saat ini. Tepat di hari ibunya keluar rumah sakit, gadis itu juga berpamitan karena kedua orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta karena urusan bisnis.

Pada pertemuan terakhir itu, si gadis kecil bermata teduh itu memberikan selembar foto dirinya pada Sagara, “Ini buat kamu, biar nanti tetap ingat aku, kalau udah gede kita ketemu lagi ya..” ujar si gadis dengan senyum manisnya.

“Iyaa, kita harus ketemu lagi, Sagara akan cari kamu..” ujar Sagara.

Hari itu menjadi hari terakhir mereka bertemu, tapi bukan selamat tinggal, lebih tepatnya sampai jumpa.

Setelah kejadian jatuh dari tangga, Bu Sofi dengan tegas memutuskan untuk menggugat cerai suaminya, serta melaporkannya atas kasus KDRT, hak asuh Sagara juga jatuh sepenuhnya ke tangannya.

Sejak kedua orang tuanya bercerai di usia Sagara yang baru berusia lima tahun. Sagara sangat sering mendapat bullyan dari anak-anak komplek, entah dikatai anak haram atau anak pembawa sial, tak jarang Sagara juga dikeroyok oleh anak-anak di kompleknya.

Anak haram?, memang benar adalah anak diluar nikah, pernikahan Bu Sofi dan suaminya diadakan dalam keadaan Bu Sofi yang tengah mengandung Sagara. Dan hal itu menjadi penyesalan terbesar Bu Sofi sepanjang hidupnya, dia bahkan dibuang oleh keluarganya sendiri saat mengetahui dirinya hamil, hal itu membuatnya tidak memiliki tempat berlindung setelah cerai dengan suaminya. Namun beruntung saat itu Bu Sofi sudah memiliki bisnis yang sedang berkembang, sehingga tidak terlalu sulit untuk menghidupi putranya seorang diri.

Sungguh kasihan, Sagara kecil yang tidak berdosa harus tumbuh dengan trauma. Ketika Sagara masuk SD, dia sering mendapatkan bullying. Saat kelas dua SD, untuk pertama kalinya, Sagara berani melawan para pembully itu. Sagara memukuli mereka satu-persatu, hingga dua orang diantaranya harus masuk rumah sakit.

Sejak kejadian itu, emosi Sagara sering meledak-ledak, dia menjadi mudah tersinggung dan sering mengamuk tanpa alasan. Terpaksa, Sagara harus homeschooling selama masa SD-nya.

Entah sudah berapa psikolog yang mereka temui, hingga sekarang Sagara selalu hidup berdampingan dengan obat penenang, setiap kali dia kehilangan kendali, ibunya akan selalu ada untuk menyuntikkan obat itu di lengannya.

Namun Tuhan berbaik hati, memberikan Sagara masa tenang saat SMP. Bipolar yang dideritanya sangat jarang kumat, Sagara akhirnya bisa masuk ke sekolah seperti anak pada umumnya, apalagi ketika Sagara bermain basket– dia merasa sangat tenang dan bahagia, namun sebuah kecelakaan membuatnya tak lagi berani menyentuh bola basket, dan satu-satunya hal yang membuat hidupnya lebih tenang–bermain basket, tidak pernah dilakukan Sagara lagi.

Memasuki masa SMA, keadaan Sagara semakin memburuk. Berkelahi menjadi rutinitasnya, hal itu membuat Sagara harus pindah-pindah sekolah karena di-DO. Hingga akhirnya Bu Sofi memutuskan untuk membawa Sagara pindah ke Yogyakarta, dengan harapan, Sagara akan jauh dari orang-orang dan tempat-tempat yang membuat traumanya kembali.

Flashback Off..

Sagara berbaring menatap langit-langit, tangannya menaruh foto itu di dadanya. Andai saja semesta berbaik hati, dia sangat ingin dipertemukan kembali dengan gadis kecil yang tidak dia ketahui namanya itu.

Termenung, wajah seorang gadis remaja tiba-tiba terlintas dalam benak Sagara, gadis pendek, bermata teduh dengan senyum yang menghangatkan, apa itu beneran dia??.

Bersambung...

-Semoga kelak semesta benar-benar berbaik hati,

lekas mempertemukan kita kembali, dimanapun kamu berada, semoga dalam keadaan baik-baik saja:)-

~ Sagara Kelana Biantara ~

1
Lilis N Andini
sagara alleta 😍
Fathur Rosi
asik akhirnya up lagi
butterfly
lanjuttttt💪💪💪💪
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
mantap
Lilis N Andini
lanjut /Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Sant.ikaa
Kalian tim Tristan Alleta OR Sagara Alleta
Sant.ikaa
Yang mau lanjut absen dongg
butterfly
lanjut thor 💪💪
Sant.ikaa: sudah nihh
total 1 replies
Fathur Rosi
asik ceritanya...... gassssss
Siti Nina
Oke ceritanya Thor 👍👍👍
Lilis N Andini
ceritanya bagus,dengan latar sekolah yang menggemaskan seakan bernostalgia ketika masa putih abu
Sant.ikaa: terimakasih dukungannya😊
total 1 replies
Lilis N Andini
ditunggu upnya kak/Heart/🙏
Lilis N Andini
Aku mampir kak....semangat/Rose//Rose/
kalea rizuky
lanjut banyak thor nanti q ksih hadiah
kalea rizuky
aduh km knp Tristan
kalea rizuky
yaaa sad boy donk tristan
kalea rizuky
kasian Tristan jd Ubi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!