Raeesha gadis dingin ,pendiam badgirl ,urakan dan juga ahli beladiri .
Anak pertama yang di asingkan bahkan di anggap sampah oleh keluarganya , gadis penuh luka yang mencoba menutup lukanya sendiri.
Sayangnya dia harus meregang nyawa di tangan ayah kandungnya sendiri hanya karena adik tirinya yang tidak suka akan keberadaannya di rumah mereka , Raeesha yang mengira akan masuk ke akhirat ternyata memasuki tubuh seorang wanita yang menjalani kehidupan pahit dalam bilik rumah tangga , wanita yang terobsesi dengan suaminya sendiri tanpa perduli dengan kebencian dari suaminya.
akan kah Raeesha mampu mempertahankan kehidupan keduanya ? dan menemukan kebahagiaannya ?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
...Berusaha lah sampai tuhan berkata 'Cukup' dan mengajakmu untuk pulang....
...~Unknown~...
.......
.......
...✨✨✨...
Angin berhembus menerpa wajah seorang pemuda yang sedang melamun di balkon kamarnya, pemuda yang tak lain adalah Zaen Arfian.
Pikirannya melanglang jauh pada kejadian beberapa hari yang lalu, dia yang mabuk parah di club merasakan kehadiran sosok perempuan yang sangat mirip dengan sahabatnya dulu.
''Siapa dia? Kenapa dia seperti Raeesha, apa gue hanya halusinasi?'' gumam Zaen.
Saat dia sadar, mamahnya langsung menceritakan jika dia pulang menggunakan taksi, namun Zaen tidak ingat sama sekali dengan kejadian setelah di club bahkan dia tidak ingat jika dia memesan taksi.
''Gue ingin ketemu sama perempuan itu lagi, tapi gue nggak tau dia siapa,''
Di tengah lamunannya, dering ponsel miliknya berbunyi membuat Zaen berhenti melamun, dia mengambil ponselnya dan melihat nama ibu Naomi tertera di sana.
Tanpa menunggu lama, Zaen menggeser tombol icon berwarna hijau hingga sambungan telfon tersambung.
''Halo, Mah.'' Sapa Zaen saat sambungan telfon telah terhubung.
''Halo Zaen, *M*amah mau nanya, apa Naomi punya kakak kelas yang namanya Ruby,''
''Setahu aku nggak, Mah. aku kenal semua teman Naomi tapi nggak ada satu pun yang namanya Ruby,'' jawab Zaen.
"Beberapa hari yang lalu ada gadis yang kesini bilangnya kakak kelas Naomi, dia bahkan baru tau kalo Naomi udah pergi tapi dari raut wajahnya dia terlihat sangat sedih, mamah kira kamu juga kenal dengan gadis itu .''
''Coba nanti aku cari tau siapa gadis itu, Mah. mungkin dia kenalan Naomi yang belum aku tau,'' sahut Zaen.
Setelah mendapat jawaban dari ibu Naomi, Zaen langsung mematikan telfon itu dia menjadi termenung sebentar, dia penasaran dengan sosok tersebut dan apa hubungannya dengan Naomi.
''Gue harus cari tau siapa gadis itu, apa mungkin dia orang yang sama yang ada di club waktu itu,'' gumam Zaen pelan.
...-----------------...
Waktu terus berganti tanpa terasa tiga bulan telah berlalu semenjak pertemuan terakhir Ruby dengan Ardelio, dan masa iddah Ruby pun telah selesai.
Saat ini kediaman Zamora terlihat sangat ramai setelah kedatangan Ardelio dan para sahabatnya, di sana tak hanya ada mereka melainkan ada Jean yang senantiasa mendampingi Ruby.
Ruby menatap Ardelio dan para sahabatnya dengan tatapan rumit, di sana ada Seno yang masih menjabat sebagai asisten Lucas membuat Ruby bertanya-tanya tentang hubungan mereka bertiga.
"Bisa kalian jelaskan apa yang terjadi di sini? Kenapa Seno bisa bersama kamu, Ar?"
Ruby heran dengan kedatangan ketiga pemuda ke rumahnya tanpa mengabari lebih dulu.
Ardelio mengangguk, dia mulai menjelaskan hubungannya dengan Seno dan mengapa dia bisa menjadi asisten Lucas.
Mendengar penjelasan tersebut Ruby baru paham jika Seno merupakan orang kepercayaan Ardelio, hingga tiba-tiba Ruby teringat sesuatu.
"Jangan bilang, kamu menempatkan Seno untuk memata-matai ku?" tuduh Ruby cepat.
Ardelio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia tersenyum kikuk terhadap Ruby.
"Eum nggak salah sih tapi nggak benar juga, aku nggak memintanya untuk memata-matai kamu, By, aku cuma nanyain kabar tentang kamu dan apa yang kamu lakukan selama ini."
Ardelio berkata jujur, dan langsung mendapat tatapan tajam dari Ruby.
"Apa bedanya dengan itu hm? Kamu sama saja menyuruhnya untuk mengawasi ku," sinis Ruby.
Ardelio menggeleng cepat,."Nggak, By. serius aku cuma khawatir kamu masih di ganggu sama Lucas, selebihnya aku anggap bonus."
Ardelio lebih suka memanggil Ruby dengan nama By, baginya lebih singkat dan gampang.
Satria menabok punggung Ardelio jengkel, dia merasa Ardelio menjadi bodoh sejak tadi
"Lo gimana sih, Ar, bukannya narik simpati Ruby yang ada lo bikin ilfil anjir," tukas Satria.
Ardelio menoleh ke samping dimana Satria duduk, "Apa salahnya berkata jujur, lagian ucapan aku nggak ada yang bohong. aku cuma minta beberapa laporan dari Seno selebihnya aku anggap bonus."
Pletak.
Satria menjitak kepala Ardelio kesal, "Otak lo ketinggalan dimana, Ar? bisa-bisa lo ngomong kaya gitu di depan orangnya."
Ardelio menatap tajam pada Satria, "Kenapa kamu menjitak kepalaku, Sat? Apa kamu sudah bosan hidup."
'Glek' Satria menelan ludahnya kasar, dia reflek mundur dari tempat duduknya dan menjauh dari Ardelio.
"S-sory, Ar. gue reflek tadi abisnya lo ngeselin banget kaya orang bego," sahut Satria lirih di akhir kalimat agar Ardelio tidak mendengarnya.
Seno terkekeh kecil, dia yang mendengar kalimat Satria kini kembali memprovokasi suasana.
"Bang Ar, masa tadi bang Sat bilang kalo abang bego," adu Seno pada Ardelio.
Satria gelagapan saat melihat raut wajah Ardelio berubah gelap, dia semakin memundurkan tubuhnya agar tidak di jangkau oleh Ardelio.
"Ar, jangan percaya ucapan bocil kematian, lo nggak bego kok cuma sedikit bodoh," ucap Satria tanpa sadar.
"Kamu benar-benar sudah bosan hidup ternyata, sepertinya latihan dariku masih kurang untuk mendisiplinkan kamu hm," ujar Ardelio penuh penekanan.
Satria mengangkat kedua tangannya di depan dada, "Aelah sory, Ar. gue nggak bermaksud bikin lo marah, gue ngaku salah deh."
Ardelio mendengus sebal, dia memalingkan wajahnya kembali ke arah Ruby yang kini sedang menatapnya malas.
"Sudah selesai bercandanya hm," sindir Ruby pada Ardelio dan para sahabatnya.
"Sudah, Nona," sahut Seno polos.
Jean terkekeh pelan di samping Ruby, dia baru pertama kali melihat mansion Zamora seramai sekarang setelah kepergian kedua orang tua Ruby.
Mereka kembali pada mode serius, Ardelio mulai mengutarakan maksud kedatangannya ke mansion Zamora.
''Aku kesini ingin membahas tentang pernikahan kita yang akan di lakukan satu minggu lagi,'' ujar Ardelio membuat Ruby dan Jean terkejut.
"Apa kamu serius?'' Ruby merasa ragu dengan pernyataan Ardelio.
''Aku serius, dari awal aku sudah mengatakan bahwa aku akan mempersunting mu bagaimana pun caranya.''
Ruby meremas kedua tangan pelan, dia bimbang namun di sisi lain itu merupakan kesempatan yang bagus sebab dia bisa mendapat keamanan dari Cruelest Devil tanpa perlu memberi bayaran.
Melihat keterdiaman Ruby, semua orang menjadi was-was terlebih Ardelio mengajak menikah seperti mengajak Ruby beli bakso tidak romantis dan terkesan buru-buru.
''Jangan-jangan Ruby bakal nolak nih,'' bisik Satria pada Seno.
''Bisa jadi, lihat aja wajahnya nona dia kaya enggan sama tawaran, bang Ar,'' sahut Seno ikut berbisik.
Namun dugaan mereka berdua salah, Ruby akhirnya menyetujui ajakan Ardelio.
''Oke aku akan mengikuti rencanamu, satu minggu lagi kita akan menikah dan aku ingin pernikahannya jangan terlalu mewah,'' ujar Ruby mengutarakan keinginannya.
Ardelio mengangguk patuh, ''Aku setuju, tapi kenapa kamu tidak ingin pernikahan yang mewah? Bukankah bagus jika dua pemilik perusahaan raksasa menikah dengan glamour?''
Ruby terdiam sesaat, dia menatap tepat pada kedua netra Ardelio.
'Aku hanya tidak yakin jika pernikahan kali ini akan bertahan lama,' batin Ruby.
''Ruby,'' panggil Ardelio.
Ruby tersadar dari lamunannya, dia menggeleng pelan berusaha menghilangkan pikirannya barusan.
''Tidak ada alasan khusus, aku hanya tidak mau terlalu mewah itu saja, lagian tidak perlu menunjukan kemewahan kita pada mereka. toh mereka juga akan tau kalau aku menikah denganmu,'' sahut Ruby apa adanya.
Jawaban tersebut mampu membuat Satria dan Seno tersenyum cerah, mereka mulai merasa jika Ruby tidak akan menjadi perempuan manja yang bergantung pada Ardelio.
Sayangnya di balik rencana itu semua ada rahasia besar yang bisa menjadi bom waktu, bagi mereka semua dan mungkin hal itu akan menjadi goresan luka terbesar dalam hidup seseorang.
Diam-diam di antara mereka ada seseorang yang menarik salah satu ujung bibirnya ke atas tanpa sepengetahuan siapa pun, berbagai rencana licik telah tersusun rapi di dalam otaknya untuk membuat bencana yang akan segera dia laksanakan.
bener bener ya kasian banget GK ada bahagia nya sama sekali..
nyesek amat thor 😭😭
percuma transmigrasi v ujung nya meninggoy juga...