Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 Khawatir.
Arvin yang kembali membuang nafas perlahan ke depan, dia tampak benar-benar lega. Arvin yang melangkah dengan pelan sampai suara sepatunya tidak terdengar. Dengan sangat hati-hati Arvin mengambil Mahira dari atas tubuh Vanisa.
Ternyata hal itu mampu mengejutkan Vanisa dengan matanya yang terbuka cepat dan Mahira yang sudah berada di gendongan Arvin yang masih tetap tidur.
"Aku tidak bermaksud untuk membangunkanmu," ucap Arvin.
"Aku hanya mengambil Vanisa," lanjutnya dengan suara dingin.
Vanisa menegakkan posisi duduknya.
"Ini sudah malam. Mitha minta tolong untuk Mahira di antarkan pulang. Karena dia sedang ada urusan. Aku yang akan mengantarkannya pulang. Kamu lanjut lah beristirahat," ucap Arvin yang sejak tadi tidak direspon Vanisa.
Arvin pun langsung membawa keponakannya itu dan Vanisa yang melihat kepergian itu sampai sudah kembali keluar dari Apartemen.
"Bagaimana caranya aku memulai untuk membahas perceraian dengannya?" gumam Vanisa yang ternyata sampai saat ini masih saja kepikiran tentang rencana perpisahan yang sudah ada di dalam benaknya.
"Ini sudah terlalu lama dan tidak ada ujungnya pernikahan ini. Dari pada nanti kak Angela kembali dan aku belum sempat melakukan apa-apa yang membuatku sendiri akan kesulitan. Lebih baik sekarang berpisah. Tapi apa alasan yang kuat agar pihak pengadilan menerima perceraian kami," Dia terus saja bergerutu sembari memijat kepalanya.
"Semua yang diucapkan Kak Mitha, sama sekali tidak pernah terjadi di dalam hidup kami. Bagaimana mungkin ada pertengkaran terus-menerus sementara berbicara saja hanya beberapa kalimat," ucapnya dengan menghela nafas kasar.
Niat Vanisa memang benar-benar sudah bulat yang tidak memiliki alasan untuk mempertahankan pernikahan itu dan apalagi dia juga mendapatkan tekanan dari banyak sisi.
**
Arvin yang akhirnya sampai juga di kediaman kakaknya.
"Terima kasih Arvin kamu sudah mengantarkan Mahira. Aku benar-benar minta maaf yang tidak sempat menjemput Mahira. Aku baru saja selesai melakukan sidan. Maaf sekali aku merepotkan kamu," ucap Mitha yang sudah menyerahkan putri kecilnya kepada pembantu rumah tangga untuk dibawa ke kamar.
"Permintaan maaf itu sampaikan saja kepada Vanisa. Karena dia yang menjaga Mahira," ucap Arvin.
"Iya. Nanti aku akan menelpon nya. Aku benar-benar merasa tidak enak pada Vanisa. Aku selalu merepotkan dia dalam urusan Mahira," sahut Mitha.
"Aku tidak melihat Mohan. Apa dia belum kembali dari Jepang?" tanya Arvin.
"Seharusnya hari ini kembali. Tetapi masih ada yang harus diurus dan kemungkinan besok baru kembali," jawab Mitha.
"Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu," ucap Arvin pamit.
Mitha menganggukkan kepala dan saat Arvin ingin pergi tiba-tiba saja Mitha menahan lengan pria itu.
"Ada apa?" tanya Arvin.
"Apa hubungan kamu dan Vanisa baik-baik saja?" tanya Mitha.
"Maksudnya?" tanya Arvin.
"Aku tidak tahu ini hanya perasaanku saja atau bagaimana. Tetapi aku seorang pengacara dan sudah sering menghadapi kasus-kasus perpisahan. Tiba-tiba saja Vanisa seperti berkonsultasi masalah hukum denganku," ucap Mitha.
"Maksud kamu?" tanya Arvin bingung.
"Vanisa tiba-tiba membahas masalah perceraian dan aku tidak tahu apakah semua itu bersangkutan dengan hubungan kalian berdua apa itu hanya kebetulan saja," jawab Mitha.
Mata Arvin terbelalak kaget yang pasti shock mendengar pernyataan dari iparnya itu. Mitha juga sepertinya tidak ingin hanya diam saja yang harus memberitahu secara langsung kepada Arvin.
"Aku hanya berharap ini perasaanku saja dan ini sama sekali tidak bersangkutan dengan hubungan kalian berdua. Aku yakin sebesar apapun masalah yang kalian hadapi pasti akan bisa diselesaikan dengan baik dan bukan perpisahan sebagai jalan keluarnya," ucap Mitha yang memberikan pesan.
Arvin tidak mengatakan apa-apa yang pasti masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan dengan pemikiran istrinya yang tiba-tiba mengarah pada hal perpisahan.
"Aku permisi!" Arvin yang kembali pamit. Mitha menghela nafas dan kembali memasuki rumah.
**
Setelah mengantarkan keponakannya pulang. Arvin yang kembali ke rumah. Arvin memasuki rumah dengan tangannya yang memegang kantong plastik. Arvin melihat Vanisa yang berada di dapur yang membuat jus.
Arvin cukup lama menatap aktivitas istrinya itu dengan lintasan kata-kata dari kakak iparnya mengenai pembicaraan tentang Vanisa. Vanisa mengerutkan dahi yang menyadari seperti ada yang melihat dirinya membuat Vanisa langsung menoleh ke arah Arvin yang membuat Arvin sedikit kaget dan langsung salah tingkah.
"Ini tadi saat ingin masuk rumah, aku bertemu dengan go food yang katanya kamu memesan makanan ini," ucap Arvin yang langsung mengalihkan suasana kecanggungan itu dengan meletakkan makanan di dalam kantong plastik itu di atas meja.
Vanisa yang tidak mengatakan apa-apa mengambil makanan itu yang pasti posisinya sedikit berdekatan dengan Arvin. Vanisa yang membuka isi makanan itu dan mata Arvin juga melihat makanan yang dipesan istrinya.
"Mama tadi mengatakan kalian makan bersama. Lalu kenapa masih makan?" tanya Arvin.
Vanisa mengangkat kepalanya yang melihat suaminya berbicara, "apa dia melarangku untuk makan?" batin Vanisa.
"Kalian bertemu membahas apa?" tanya Arvin penasaran.
"Mama menyuruhku untuk berhenti mengajar," jawab Vanisa.
"Apa ini yang membuat Vanisa tiba-tiba kepikiran untuk berpisah? Dia sangat menyukai pekerjaan itu ada mungkin saja dia sangat tidak nyaman dengan perintah itu," batin Arvin.
"Tidak perlu mendengarkan jika tidak menyukainya," ucap Arvin yang berlalu menuju wastafel dengan mencuci tangannya.
Vanisa menoleh ke belakang, dia cukup heran mendengar tanggapan suaminya dan sepertinya ini pembicaraan pasangan suami istri itu yang cukup berbalas dan sedikit lebih lama.
"Jika kamu tidak nyaman Mitha terus-menerus menitipkan Mahira bersama kamu. Kamu bisa langsung mengatakan kepada Mitha dan jangan merasa tidak enak," lanjut Arvin.
Mungkin saja Arvin berpikir istrinya yang tiba-tiba ingin berpisah semua berkaitan dengan aktivitas Vanisa yang memang keseringan lebih mengasuh keponakannya dibandingkan melakukan hal-hal yang lain, belum lagi dengan orang tuanya yang melarangnya untuk ini dan itu.
"Ada apa dengannya kenapa tiba-tiba dia malah membawa nama Mahira. Siapa juga yang tidak nyaman," batin Vanisa kebingungan.
Arvin yang tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung pergi dari dapur menuju kamar. Vanisa yang masih saja memperhatikan suaminya itu sampai sudah tidak terlihat lagi.
Vanisa menggelengkan kepala yang kebingungan sendiri dan setelah jus yang dia buat selesai Vanisa duduk yang mulai menikmati makanannya.
"Bagaimana aku tidak memesan makanan. Jika sejak tadi aku lupa makan. Aku diundang makan siang hanya untuk membicarakan semua itu dan juga mendapatkan perintah ini dan itu," ucapnya dengan mulutnya yang begitu penuh mengunyah makanan.
Vanisa benar-benar sangat kelaparan yang terlalu banyak masalah terjadi hari ini membuatnya tidak sempat mengisi perut dan dia juga heran dengan tingkah laku Arvin.
Sementara Arvin yang baru saja masuk kedalam kamarnya. Dia terlihat begitu frustasi yang mengusap wajahnya dengan ke-2 tangannya.
"Apa maksud pria itu mengatakan hal seperti itu?"
"Sebenernya siapa yang dia lihat, Vanisa atau Angela?"
"Lalu hari ini Vanisa yang tiba-tiba membahas perpisahan. Apa maksudnya?"
Arvin menuju pintu kamar yang membuka pintu itu sedikit. Arvin yang melihat Vanisa masih makan yang sangat lahap seperti tidak pernah makan. Tumben-tumbennya Arvin seperti tidak memiliki pekerjaan selain menonton orang makan. Entahlah apa yang sekarang ada di dalam pikiran Arvin.
Bersambung.......
lalu siapa orang yg mengingunkan alvin jatuh ya?
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku