menikah sebab perjodohan orang tua. namun setelah hampir delapan tahun belum di karuniai seorang anak.
hingga akhirnya suatu hari sebuah kenyataan membuat hati seorang istri merasa sangat tersakiti.
di antara percaya atau tidak.
simak cerita selengkapnya di cerita ya gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengagum Rahasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29
jam masih menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit. Namun pria dingin nan tampan itu sudah duduk di kursi kebesaran nya. tadi malam ia mendapat telepon dari seseorang yang membuat nya sukar tidur dan akhirnya memutuskan ke perusahaan pagi-pagi sekali.
Pria yang tak lain adalah Raihan itu mengetuk-ngetuk kan pena mahal ke meja kaca miliknya, ketukan itu seirama dengan denting waktu pada jam. Sebentar-sebentar netra tegas nya melihat ke arah jam yang terlihat sangat lambat berjalan. Sedangkan yang di tunggu tak kunjung datang juga.
berbeda dengan Raihan yang sudah rapi dan sudah duduk di kursi miliknya. sang sekretaris yang tak lain adalah Alex sedang sibuk kesana kemari, pria muda itu ketar-ketir ketika bangun tidur jam sudah menunjukkan pukul enam lewat lima sedangkan ia ada janji dengan bos nya pukul setengah tujuh tepat. Sudah bisa di pastikan ia akan tetap terlambat meskipun secepat apa ia bersiap dan melajukan mobil nya.
Pukul enam lewat dua puluh ia sudah di jalan menuju kantor, matanya awas menatap jalan yang beruntung nya masih sedikit lenggang. Ia memacu kendaraan roda empat milik nya dengan kecepatan tinggi agar lekas sampai.
Dan benar saja, pukul enam lewat tiga puluh lima ia sudah sampai di parkiran kantor. Pria itu segera keluar dan berlari menuju lantai paling atas.
Alex terpaku di depan pintu ruangan bos nya. Ia sangat takut dengan kemarahan sang bos, ingin rasanya ia kabur saja. Namun, ia tetap mengetuk pintu dan masuk setelah pintu terbuka.
Aura dingin nan tajam menyambut dirinya yang baru beberapa langkah masuk dalam ruangan itu. Ia hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap seorang bos yang tatapan nya setajam silet.
"apa kau akan berdiam diri saja?" tanya Raihan dingin.
Alex menelan Saliva nya kasar. "ma-maaf tuan saya terlambat" ucap Alex terbata-bata.
"ya, aku maklum karena kau pasti kelelahan setelah melewati malam yang panjang bersama seorang perempuan" balas Raihan santai tapi mampu membuat Alex menjadi pias.
"a-apa mak-sud tuan?"
Raihan tersenyum misterius kemudian menyodorkan selembar foto ke meja, menggeser agar Alex mampu melihat nya. Wajah Alex bertambah pias ketika melihat dengan jelas bahwa itu adalah perempuan yang tadi malam bermalam di apartemen miliknya. Namun, siapa yang sudah melapor kepada CEO nya ini. Ingin bertanya tapi ia tak memiliki keberanian. Ia hanya mampu menangis dalam hati.
"i-ini tidak seperti yang tuan pikirkan" jelas Alex.
"aku tak butuh alasan mu Lex. Sekarang katakan apa yang sudah kau ketahui?" tanya Raihan serius.
"tadi malam salah satu anak buah saya memergoki pak Boby sedang berpacaran dengan Diva. kemudian....."
"lalu apa masalah nya Lex?"
"tolong dengar kan saya dulu tuan"
Raihan menatap tajam mendengar protesan Alex. namun, ia tetap diam, dan Alex melanjutkan pembicaraannya.
"mereka berdua membicarakan tentang nona..... Zaifa"
Raihan langsung mendongak mendengar nama wanita yang sangat di rindukan nya itu di sebut oleh Alex. Tiga tahun sudah ia bersabar, melakukan pencarian pun tak bisa. Dan sekarang Boby, sahabat nya membicarakan tentang kekasih nya. Ada hubungan apa mereka berdua.
"dan mereka berdua berencana......"
****
Malam telah tiba, langit di desa asri itu terlihat mendung. Bintang yang biasanya menghiasi langit malam kini tertutup awan hitam. Rembulan pun hanya terlihat sangat tipis sebab tertutup kabut mendung yang tebal.
Rani duduk di bangku teras rumah nya di temani oleh bik Surti. Di tengah-tengah mereka ada meja yang di atas nya ada roti brownies dengan segelas susu untuk Rani dan segelas kopi untuk bik Surti. Mereka berbincang kecil dan seperti itu lah kebiasaan mereka selama ini.
"duh non, bibik jadi ngga enak kalau duduk disini bareng sama non" ucap bik Surti.
"bik Surti kenapa sih? Kan kita udah sering ngomongin ini. Buk Surti udah seperti orang tua buat Rani"
Bik Surti tersenyum tipis mendengar ucapan itu. Ucapan yang sama seperti saat mereka pertama kali bertemu.
"bibik nggak papa?" tanya seorang gadis yang menggendong sebuah tas dan ransel di tangan nya.
"bibik ngga papa mbak"
Gadis itu membantu wanita setengah baya itu berdiri. Karena baru saja wanita itu hampir menjadi korban tabrak lari. Untung saja gadis itu menarik nya ke bahu jalan sehingga tidak sampai tertabrak.
"bibik ikut aku aja, kebetulan aku mau ke sebuah desa nanti biar bibik sama aku"
Wanita paruh baya itu terhipnotis dengan tutur kata lembut gadis di depannya. Gadis cantik yang memiliki tahi lalat di ujung dagu itu tersenyum manis.
Akhirnya mereka pun berjalan menuju terminal dan menuju ke desa yang sampai saat ini menjadi tempat tinggal mereka.
"bik" panggil Rani menyentuh lembut bahu bik Surti.
Bik Surti mengusap pipi nya kemudian menatap ke arah gadis yang menjadi penyelamat dalam hidupnya.
"bibik cuma berasa bersyukur bisa ketemu sama non Rani. Kalau ngga ketemu sama non bibik ngga tau gimana nasib bibi waktu itu"
"bibik.... Bibi jangan ngomong gitu" ucap Rani sedih.
"Rani juga beruntung ketemu sama bibik. Rani ngga kesepian lagi, Rani jadi ada temennya"
Bik Surti tersenyum hangat, Rani sudah seperti anak kandung nya sendiri. padahal mereka hanya tak sengaja bertemu. Tapi siapa sangka dari ketidaksengajaan menjadi sebuah hubungan yang terjalin hingga saat ini.
"duh non, angin nya kenceng banget. Yuk kita masuk aja, ini juga udah mulai gerimis" ucap bik Surti yang merasakan hawa semakin dingin padahal ia memakai baju lengan panjang.
"cuaca nya sejuk banget bik" seru Rani menatap langit malam tanpa bintang itu.
"aduh non ada-ada aja deh. Yuk masuk, lihat mulai ada petir mungkin akan hujan deras ini non"
Rani melihat ke langit, memang benar kilat sudah mulai menyambar. gerimis pun sudah mulai turun, angin semribit sudah menerpa kulit mulus nya. Namun, ia meras cuaca malam ini sangat sejuk. Entahlah.
"ayok non, nanti masuk angin loh"
"iya-iya. Yuk masuk, kita ngobrol di dalem aja"
Mereka pun beranjak, Rani membawa roti dalam toples sementara bik Surti membawa nampan yang ada dua gelas bekas minuman mereka masing-masing.
saat mereka baru saja duduk di sofa dan asyik memakan roti brownies kering dalam toples itu, benar saja hujan deras di sertai angin dan kilat beserta guntur langsung terdengar suaranya.
"tuh kan bener, kalo masih di luar kita pasti kena air hujan non"
"iya bik"
Mereka pun melanjutkan memakan brownies kering yang lembut dan terasa manis itu. sungguh cocok dan pas sekali di makan disaat cuaca hujan begini. Disaat mereka sedang asyik berbincang dan makan brownies, terdengar ketukan pintu dari luar.
Tok tok tok...
Setelah ketukan itu, terdengar suara tangisan yang membuat mereka saling pandang dengan wajah yang tegang.
samawa....
pnysln mmng sllu dtng trlmbat ,hrsnya mnkmti msa tua brsma kluarga mlh hrs hdp d pnjra...
smga pa bewok bnr2 tobat....