Di jebak oleh sahabat nya sendiri tepat di malam pertunangan nya, membuat Anastasya di tinggalkan oleh calon tunangan nya kerena terpergok di dalam kamar hotel bersama seorang pria yang ternyata adalah Housekeeping di hotel tempat nya menggelar pesta pertunangan.
Pria miskin yang bekerja di bawah suruhan orang, harus menjadi suami nya karena kejadian tersebut.
Seperti apa kisah mereka? Dan bagaimana kelanjutan nya?
Ayo ikuti hanya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menunjukkan Bukti Pada Gio
"Gio.." Gumam lirih Ana.
Mata kedua nya bertemu saat Gio mengangkat pandangan nya, tidak ada ekspresi kaget atau pun tatapan rindu. Yang terlihat hanya wajah tanpa ekspresi dari pria itu saat menatap Ana.
"Espresso satu" Ulang Gio begitu dingin, berbeda dengan sebelum nya.
Melihat ekspresi tidak bersahabat dari Gio, Ana pun menghela napas nya pelan kemudian mengetikkan pesan Gio hingga keluar struk pembelian nya.
"Tiga dolar, tuan"
Gio tak menjawab, melainkan langsung menyerahkan kartu debit nya pada Ana.
Setelah pembayaran selesai Ana pun berbalik tentu dengan rasa sedih karena melihat respon Gio. Namun ia tetap membuatkan pesanan pria itu dengan kunci sepenuh hati.
"Pesanan anda.." Belum sempat Ana melanjutkan perkataan nya tiba-tiba saja Gio merampas cup berisi kopi panas itu yang untung nya tertutup rapat.
"Gio!" Panggil Ana, keluar dari wilayah nya demi mengejar pria yang dulu sangat ia cintai.
Tepat di depan pintu kedai tersebut Ana menarik tangan Gio hingga langkah pria itu terhenti. Dengan cepat Ana berdiri di hadapan nya dengan ekspresi yang sulit untuk di jelaskan.
"Boleh minta waktu nya seben--"
"Saya sibuk" Potong dingin Gio, kembali melangkah bahkan menabrak bahu Ana.
"Aku punya bukti!" Teriak tertahan Ana yang berhasil menghentikan langkah Gio yang berjarak sekitar satu meter dari nya. "Aku punya bukti tentang kejadian malam itu!"
Mata Ana memanas namun sebisa mungkin ia menahan agar tidak berkedip. Sedikit saja kelopak mata nya bergerak maka air mata nya akan jatuh.
"Aku di jebak" Lanjut Ana membuat Gio seketika menoleh ke arah nya.
"Hai kak, dimana barista nya?" Ujar seseorang yang memunculkan kepala nya di balik pintu kedai coffee tersebut.
Ana menoleh lalu memperhatikan ke dalam dimana ada beberapa pelanggan yang sudah mengantri.
"Maaf kak, sebentar saya akan masuk" Jawab sopan Ana yang langsung menatap Gio. "Bisa masuk terlebih dahulu? Aku akan menunjukkan bukti nya" Lanjut nya dengan wajah memohon.
Gio tidak menjawab, tetapi pria itu langsung melangkah memasuki kedai coffee tersebut membuat senyum tipis menghias wajah Ana.
"Maaf menunggu lama" Ana langsung duduk tepat di hadapan Gio yang sejak tadi menunggu nya di salah satu meja di dalam kedai coffee tersebut.
Gio masih tidak bersuara, pria itu hanya menatap wajah lelah Ana tanpa ekspresi.
"Ini.." Ana menyerahkan handphone nya dimana ada sebuah video yang di pause.
Diam sesaat menatap malas handphone tersebut hingga akhirnya sudut bibir Gio terangkat membentuk sebuah seringai kecil di iringi decihan.
"Cih, ingin memfitnah seseorang dengan video editan ini?" Sinis Gio.
Ana menggeleng cepat. "Tidak, ini video asli bukan editan. Aku mendapatkan ini dari hotel itu" Sahut cepat Ana.
Sudut bibir yang terangkat itu kini kembali mendatar seiring dengan mata tajam nya yang melihat ke layar handphone Ana.
"Permisi, dimana barista nya?" Ujar seorang wanita yang saat ini berdiri di depan meja kasir itu.
"Iya sebentar kak" Sahut Ana seraya kembali berdiri. "Lihat lah, ini asli dan jika kamu masih belum percaya silahkan datang ke hotel itu"
Setelah mengucapkan kalimat tersebut Ana langsung bergegas memasuki wilayah tempat nya menjadi barista part time.
"Selamat datang, maaf harus menunggu. Ingin memesan apa?" Ujar ramah Ana dengan senyum nya.
"Satu Latte dan satu Cold Brew, dine in di meja nomor sepuluh ya kak"
"Baik, satu latte dan satu cold brew" Ulang ana yang langsung mendapat anggukan dari wanita muda itu. "Ada yang lain?" Tanya Ana memastikan.
"Emm,, sama Croissant nya deh dua" Tambah wanita muda itu yang memilik sebuah bakery untuk menemani minum kopi nya.
"Baik kak, total nya jadi delapan belas lima ratus dolar"
Wanita muda itu langsung menyerahkan uang nya pada Ana, membayar pesanan nya kemudian kembali duduk di meja yang telah ia sebut kan tadi.
Sedangkan Ana, tanpa menunggu lama langsung membuatkan pesanan tersebut seraya menyiapkan dua roti yang telah di pesan.
Di sisi lain, Gio yang melihat kesibukan Ana perlahan meraih handphone wanita itu, layar nya masih menyala dengan sekali sentuhan video yang sempat di pause itu kini kembali berputar.
Gio menggeser nya, mengulang dari awal video tersebut dan memperhatikan nya dengan begitu serius.
"Priscillia?" Gumam kaget dan tak menyangka Gio. Seketika saja tangan nya mengepal menekan emosi nya saat melihat rekaman berwarna abu-abu di dalam kamar mandi hotel itu.
Tk.
Ana menaruh piring berisi dua Pretzel, kue asal Jerman yang bentuknya seperti simpul tali itu ke hadapan Gio.
Gio menaikkan sebelah alis nya tanda bertanya, pasal nya ia tidak memesan kue tersebut.
"Aku mentraktir mu sebagai ucapan terima kasih karena mau menonton video itu dan ini kue kesukaan mu" Terang Ana kembali duduk.
Gio terdiam, menatap kue berbentuk simpul tali yang semenjak berpisah dengan Ana tidak lagi ia makan.
"Kue ini sangat laris jadi ini yang terakhir. Ayo makan lah" Ana tersenyum, tidak ada raut kecewa dari wajah wanita itu.
Padahal sebelum nya Gio sudah pernah mempermalukan nya di tempat umum bersama wanita rubah itu.
Perlahan, entah dorongan dari mana tangan Gio pun mengambil kue tersebut dengan garpu yang di sediakan lalu memakan nya dengan mata terpejam dalam.
"Sekali lagi aku cuma mau bilang kalau video yang barusan kamu tonton itu video asli, jika kamu masih belum percaya kamu bisa memeriksa nya langsung"
Gio tak menyahut, mulut pria itu terus menguyah perlahan kue yang ada di mulut nya. Semua kenangan nya bersama Ana kembali memenuhi pikiran nya.
Di saat kedua nya larut dalam keterdiaman, tiba-tiba saja handphone Ana berbunyi dimana ada sebuah notifikasi pesan yang masuk dan suara itu pun berhasil membuat kelopak mata Gio kembali terbuka.
Menatap Ana yang terlihat tersenyum seraya membaca pesan itu, lalu ibu jari nya dengan lincah membalas pesan tersebut.
"Dari siapa?" Tanya Gio.
Ana langsung mengangkat pandangan nya, menatap sejenak ekspresi Gio yang terlihat seperti dahulu. Dimana pria itu terlihat tidak senang saat mendengar handphone Ana berbunyi kala mereka tengah berdua.
"Ah ini.." Ana menggantung kalimat nya dan menatap kembali layar handphone nya.
'Hari ini aku pulang jam empat, dan aku dengar hari ini ada Karnaval tidak jauh dari rumah kita. Kamu siap-siap ya nanti aku ajak kamu ke sana'
Seperti itu lah pesan yang baru saja Ana dapat, tentu nya dari Luca. Suami menyebalkan yang terus menggoda nya tadi pagi.
"Siapa?" Ulang Gio begitu penasaran bercampur kesal.
"Suami ku"
...****************...