Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.
Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.
Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.
Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Cinta Pertamaku
Aditya duduk di belakang meja kerjanya, pria itu terlihat fokus dengan lembaran-lembaran berkas yang ada di hadapannya. Namun, tak seorang pun tahu, jika hatinya tak setenang yang terlihat. Ada gelisah yang terus menghantuinya.
Pria itu masih memikirkan kejadian tadi malam, tentang ucapannya yang menyakiti Nayra, tentang tangisan Nayra dan tentang Nayra yang terlihat acuh padanya pagi ini.
Aditya binggung harus berbuat apa, dalam hati pria itu sangat menyesal dengan apa yang telah ia lakukan pada Nayra. Tapi eganya menolak untuk meminta maaf.
Saat Aditya masih fokus dengan pemikirannya yang rumit, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dari Luar. Disana, ia bisa melihat sosok Ayahnya melangkah masuk dengan tatapan tegas. Apa kiranya yang membuat Ayahnya datang ke ruangannya sepagi ini? dan dengan raut wajah yang menahan amarah.
"Papa ingin bicara sesuatu yang penting denganmu, Aditya." ucap Papa Indra masih dengan raut wajah tegas.
"Ada apa, Pa? Apa Papa ingin membicarakan tentang proyek kita yang ada di Kalimantan?" tanya Aditya.
"Papa sedang tidak ingin membicarakan tentang pekerjaan, Aditya. Ini masalah kamu dan Nayra."
Aditya mengernyitkan dahinya mendengar pernyataan Ayahnya, "Masalah apa yang Papa maksud, aku dan Nayra baik-baik saja." jelasnya dengan kebohongan. Aditya hanya tidak ingin ada pihak luar yang ikut campur urusan rumah tangganya.
"Baik-baik saja? Kalau kalian baik-baik saja kenapa Nayra meminta izin kepada Papa dan Mama untuk pisah kamar denganmu?"
Aditya sedikit terkejut mengetahui ternyata Nayra benar-benar melakukan apa yang ia katakan tadi malam. Dia tidak pernah berpikir jika gadis itu begitu nekad.
"Mungkin Nayra butuh waktu untuk menyesuaikan diri, Pa. Papa dengan jelas tahu jika pernikahan ini bukanlah sesuatu yang mudah. Akupun masih butuh waktu untuk menerima semua ini, Pa." jawab Aditya dengan setenang mungkin.
"Papa tahu ini berat bagi kalian berdua, Nak. Tapi cobalah menerima dan bersikap baik pada Nayra. Meskipun Nayra mengatakan bahwa kamu tidak menyakitinya, tapi Papa jelas tahu itu adalah kebohongan. Papa sangat mengenal kamu, Aditya. Kamu pasti mengatakan atau melakukan hal buruk pada Nayra, Kan?" tanya Papa Indra dengan nada menuntut.
Aditya binggung harus menjawab apa, "Pa, ini adalah urusan rumah tangga kami. Bukankah Papa sudah berjanji padaku tidak akan lagi ikut campur urusanku lagi, jika aku menerima pernikahan ini kemarin. Kami hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan ini, Pa. Papa tidak perlu khawatir. Alu tidak akan melakukan hal buruk pada Nayra."
Papa Indra menghela nafas mendengar jawaban Aditya, ia tentu sangat hafal dengan watak Aditya. Putranya itu keras kepala dan teguh pada pendiriannya. Ia tak akan senang jika ada orang lain yang ikut campur pada urusannya, sekalipun itu orang tuanya sendiri. Dalam hati, Papa Indra bersyukur karena meskipun keras kepala, Aditya masih mau menuruti perintahnya untuk menikahi Nayra. Mungkin itu karena putranya itu terlampau malu karena salah dalam memilih pasangan.
"Baiklah, Papa tidak akan ikut campur urusanmu lagi Aditya. Tapi Papa harap kamu bisa memperlakukan Nayra dengan baik. Bukan hanya kamu yang merasakan semua ini berat Aditya, Nayra tentunya juga merasakan hal yang sama. Tapi lihatlah, dia berusaha sangat keras untuk bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga kita. Dan satu hal lagi, Papa dan Mama menolak permintaannya untuk pisah kamar denganmu. Jadi Papa harap kamu memperlakukannya dengan baik. Atau Papa dan Mama sendiri yang akan membantu Nayra keluar dari kamarmu jika saja kamu menyakitinya."
Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Papa Indra keluar dari ruangan Aditya. Peringatan dari Papa Indra tentu membuat Aditya terbebani. Bukan karena ia tidak bisa berbuat baik kepada Nayra, tapi Aditya takut kalau sampai melewati batasannya.
Aditya tidak bisa memungkiri jika istrinya itu merupakan sosok yang sangat luar biasa. Selain parasnya yang cantik, Nayra memiliki sifat yang baik. Gadis yang dulunya ia anggap sebagai adik kecil seperti Arsyila, entah mengapa kini berubah menjadi sosok wanita yang begitu menawan.
Pembawaan Nayra yang tenang membuat Aditya mengagumi Nayra, gadis itu bahkan mampu mengimbangi emosinya yang mudah naik. Berbeda dengan Natasya yang akan menaggapi emosinya dengan berapi-api, maka Nayra akan memilih mengungkapkan argumennya dengan tenang.
Aditya bahkan masih sangat ingat, dirinya tak bisa memalingkan wajahnya saat melihat penampilan Nayra setelah beberapa tahun tak bertemu, kemarin. Aditya bahkan tidak sadar, ia dengan reflek mengecup kening Nayra setelah ia selesai memanjatkan doa untuk istrinya itu setelah akad. Ia bahkan tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya.
Aditya segera menyadarkan diri dari lamunannya, ia memutuskan untuk mengabaikan apa yang ia rasakan dan melanjutkan pekerjaannya.
Sementara itu di waktu yang sama, ditempat yang berbeda. Nayra sudah lebih tenang dan memutuskan untuk melakukan pekerjaannya.
Nayra mencoba untuk mengabaikan semua yang sudah terjadi, biarlah semua berjalan mengikuti arus. Nayra hanya berharap, jika Rafael benar-benar datang menemuinya, semua akan baik-baik saja.
"Oh iya, Ra. Reyhan tadi pagi mengirim pesan. Dia bilang tidak bisa datang hari ini karena harus mengantar ayahnya berobat ke luar negeri." ucap Nadira seraya menutup buku agendanya.
Nayra mengangguk pelan, "Oh baiklah. Semoga perjalanan mereka lancar dan Ayahnya di berikan kesembuhan." jawabnya sambil terus memeriksa desain yang ada di meja.
Namun, Nadira justru menatapnya lekat-lekat, seolah menimbang sesuatu sebelum berujar. "Nayra, apa kamu tahu? Selama ini aku selalu berfikir jika bukan dengan Rafael kamu pasti akan menikah dengan Reyhan. Tapi bagaimana bisa tiba-tiba kamu menikah dengan Aditya yang tidak pernah dekat denganmu sama sekali."
Nayra menghela nafas kecil, "Mbak, jangan mulai. Bagaiman bisa kamu masih berkata seperti itu, setelah aku baru saja mengatakan padamu kalau aku sudah menikah. Kamu masih saja menjodoh-jodohkan aku dengan Mas Reyhan." katanya dengan nada setengah jengah.
"Tapi aku serius , Ra." Nadira bersikeras dengan argumennya. "Kamu hanya dekat dengan mereka berdua, sementara dengan Aditya? Aku tentu tahu kalau dia adalah teman kakakmu, tapi aku tidak pernah menyangka kamu akan menikah dengannya. Padahal setahuku kalian tidak dekat sama sekali." lanjut Nadira lagi mengungkapkan semua pendapatnya.
Tapi, Ra. Apa kamu serius tidak sadar jika laki-laki itu menyimpan perasaan padamu?" tanya Nadira serius.
"Mbak, kamu tahu kan aku mengangapnya seperti kakakku sendiri. Sama seperti Kak Nathan. Dan satu hal lagi, sepertinya kamu lupa kalau aku pernah menceritakan Mas Aditya padamu." ucapan Nayra membuat Nadira binggung. seingatnya, Nayra tidak pernah menyebut nama Aditya di hadapannya.
"Kapan, Ra? Aku sama sekali tidak ingat kamu pernah menceritakan tentang suamimu itu. Aku bahkan hanya tahu kalau dia adalah seorang pengusaha muda yang sukses, dan sedang menjalin kasih dengan seorang model ternama." menyadari apa yang sudah ia katakan, Nadira reflek menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Oppss,, maaf Ra. Aku nggak bermaksud mengatakan itu."
Nayra tersenyum menanggapi permintaan maaf Nadira, "Tidak apa-apa, Mbak. Itu memang kenyataannya kan." sahutnya masih dengan senyum tipisnya.
Nadira mengangguk, ia bersyukur Nayra tidak mempermasalahkan ucapannya. "Sekarang katakan padaku, apa yang sudah kamu ceritakan tentang Aditya padaku?"
"Dia adalah cinta pertamaku, Mbak."
Izin yaa