Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 17
"Besok, kita kembali ke Ravenloft."
Apa?
Heros terkejut, bukannya dia tidak senang dengan apa yang diinginkan oleh Loyd. Sangat senang sekali malah, dia memang berharap kalau loyd kembali lebih cepat ke kekaisaran. Namun keinginan Loyd yang tiba-tiba itu tentu saja membuat Heros curiga. Setiap tindakan Loyd tidak ada yang benar-benar mulus. Pasti ada saja yang tidak benar dan ada maksud tersembunyi di balik nya.
"Anda sungguh ingin kembali ke Ravenloft?"
"Iya, kenapa sih kamu tidak percaya."
"Ya aneh saja. Kemarin gencar sekali ingin kemari. Tapi sekarang malah buru-buru ingin kembali."
Loyd memutar bola matanya malas. Dia tentu bisa menebak isi pikiran Heros yang curiga terhadapnya. Sangat terlihat jelas di wajah tangan kanannya itu.
Tapi Loyd tidak peduli. Dia bersikap acuh tak acuh dengan tatapan penuh curigai dari Heros. Saat ini yang penting dirinya harus kembali dan menyusun rencana selanjutnya.
Setelah mendengar cerita tentang Esme dari Paul, Loyd jadi memiliki ide tentang apa yang harus segera dilakukan. Jika Esme ingin membuat sebuah serikat dagang, maka dia akan dengan senang hati untuk membantunya.
Pagi harinya, Loyd benar-benar membuat semua orang orang heboh dengan keputusannya yang tiba-tiba akan pulang. Mereka pikir Loyd akan lebih lama tinggal di County. Namun jika memang dia ingin pergi lebih cepat, itu juga tidak jadi masalah. Hanya saja itu lumayan mendadak.
"Apa ada yang membuat Anda tidak nyaman, Yang Mulia?"tanya Count Elber Coventina. Dia takut jika Loyd tidak merasa senang di sini.
"Oh tidak tidak Tuan Count, aku sungguh merasa senang berada di sini. Bahkan jika boleh dan jika pun bisa aku ingin lebih lama ada di sini. Tapi keadaan membuat aku harus segera kembali. Perdana menteri ku sungguh cerewet, dia akan mengomel jika aku masih terus-terusan pergi. Baiklah aku permisi dulu. Ah iya Lady Coventina, bisa kah kau mengantarku."
Dengan hormat Esme mengikuti Loyd yang sudah berjalan lebih dulu. Dia paham, aoa yang akan dilakukan Loyd. Pria itu pasti ingin membicarakan hal yang penting dengannya.
Sedangkan Heros, dia memilih untuk tetap berada di sana untuk sekedar basa-basi dengan pasangan Count Coventina. Dia juga akan menyiapkan kuda yang akan digunakan untuk perjalanan kembali ke Ravenloft.
"Apa ada yang bisa saya bantu Yang Mulia."
"Tidak, tidak demikian. Ehm, aku hanya ingin bertanya satu hal saja. Aku harap kamu tidak tersinggung, Lady. Jika, ini hanya pengandaian. Andaikan Raja Stefan meminta mu kembali, apakah kau akan kembali padanya?"
Esme mengerutkan alisnya. Dia tidak menyangka Loyd akan bertanya akan hal itu. Bukankan urusan hubungan raja dan ratu bukanlah campur tangan kaisar? Tapi untuk sekedar menghormati pertanyaan Loyd, Esme pun menjawab dengan sopan. Dia tidak ingin dianggap tidak sopan terhadap seorang kaisar.
"Jika saya diminta kembali, sepertinya saya tidak bisa Yang Mulia. Bagi saya bisa keluar dari sana seolah menemukan sebuah kehidupan hidup yang baru."
"Bagus, kau memang tidak harus kembali kepada pria yang tidak bisa menghargai wanitanya. Sekarang nikmatilah waktu liburmu, mungkin saja kau akan semakin sibuk nantinya. Aku permisi dulu. Senang bertemu dengan mu Lady Esme Coventina."
Hiyaaa
Heros datang membawa kuda mereka, dan Loyd langsung naik ke sana. Dia naik dan segera pergi. Sebuah lambaian tangan dilakukan oleh Loyd, yang mana membuat Esme kembali terkejut.
Wanita itu sungguh tidak tahu mengapa Loyd bersikap demikian. Dari rumor yang beredar, Loyd adalah kaisar yang selalu bersikap acuh tak acuh. Maka dari itu dia sangat heran dengan sikap Loyd yang seolah peduli dan ingin tahu tentang dirinya.
"Aah tidak peduli, terserah dia lah mau apa."
Esme mencoba mengabaikan segala hal tentang Loyd, baginya saat adalah melakukan apa yang disukai.
Hiyaaa
Loyd memacu kudanya dengan sangat cepat. Di belakang Heros nampak terengah-engah karena mengikuti kecepatan dari Loyd. Dia tidak berani protes, karena saat ini Loyd tengah berada dalam posisi yang sangat serius.
Di tempat lain, tepatnya di istana Vasilica, Jenna hanya bisa mondar-mandir ke kamar. Dia tidak bisa keluar dari kamar karena perintah dari Stefan. Ya, Jenna tengah mendapat hukuman, dia tidak boleh keluar dari kamarnya selama satu minggu.
Tok tok tok
"Selir Jenna, Tuan Marquis Rosen Arcarito datang."
"Ayaah."
Jenna tersenyum cerah ketika mendengar ayahnya datang. Bagaimana tidak, seolah saat ini Jenna mendapatkan sebuah angin segar.
"Ayo keluar," ucap Marquis Rosen kepada putrinya.
"Tapi Ayah, Baginda Raja tidak memperbolehkan saya melakukan itu,"sahut Jenna dengan lesu. Dia merasa kesal sekaligus marah atas perlakuan Loyd kepadanya. Ia pikir setelah menghiasi malam Stefan, dia akan mendapatkan perlakuan khusus. Tapi ternyata semua itu hanya angan semu nya saja.
"Tidak perlu mengkhawatirkan itu, ayah sudah memohon ampun atas apa yang kamu lakukan."
"Benarkah! Terimakasih Ayah."
Wanita muda itu bersorak. Usianya memang baru 21 tahun, terkadang dia terlihat sangat naif.
Keduanya berjalan menuju ke sebuah taman. Marquis Rosen tidak mengizinkan siapapun untuk ikut bersama mereka.
Ia seperti itu karena ada yang ingin dibicarakan khusus dengan Jenna.
"Aku sebenarnya menyayangkan kejadian ini. Tapi tidak masalah, itu pelajaran buatmu. Besok-besok kalau ingin melakukan apapun, bicarakan dulu dengan Ayah. Jangan bergerak sendiri yang akhirnya membawa kerugian buatmu."
Jenna hanya mengangguk, dia tahu dirinya bersikap terlalu tidak sabaran. Dan itu membuat Stefan tidak mengunjungi selama beberapa hari ini.
"Lalu, apa yang ingin Ayah bicarakan. Ayah menyuruh semua pelayan, dayang dan kesatria untuk tidak mengikuti kita. Pasti ada sesuatu yang penting yang ingin Ayah katakan."
"Benar, kau memang cerdas. Ini soal menghapus pikiran Raja tentang Ratu. Cara satu-satunya adalah kamu harus segera hamil. Jika kamu berhasil hamil dalam waktu dekat, semua perhatian akan tertuju padamu. Hanya saja, itu tidak akan mudah."
Marquis Rosen bicara dengan sangat pelan dan hati-hati. Terlihat sekali dia tidak ingin ada yang mendengar pembicaraan ini.
"Kenapa tidak mudah, Ayah."
Marquis Rosen meminta Jenna untuk mendekat. Dia kemudian berbisik tepat di telinga Jenna. Dan berhasil membuat mata Jenna membelalak.
"Apa?"
TBC
ditunggu kelanjutan dan keseruan kisah cinta dari janda mantan ratu dengan kaisar loyd /Drool/
semangat dan tetap sehat kak 🙏
daku padamu kaisar..sat set /Kiss/