Pernikahan Rocky dan Brigita rupanya menjadi awal munculnya banyak konflik di hidup mereka. Brigita adalah bawahan Rocky di tempat kerja. Mereka harus menikah karena satu alasan tertentu.
Statusnya sebagai seorang janda yang mendapatkan suami perjaka kaya raya membuat gunjingan banyak orang.
"Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku kali ini,"
Apa dia berhasil mempertahankan rumah tangganya atau justru lebih baik berpisah untuk kedua kalinya?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Kehidupan Sera
"Karena kalian berteman sejak kuliah?" sahut Dyandra cepat.
Rocky menggeleng.
Titi menatap Dyandra sekilas kemudian memalingkan pandangannya lurus ke depan. "Event bulan lalu, Dyandra melakukan kecurangan pada biaya keseluruhan seperti yang tertera pada laptop Pak Rocky."
"APAAA?" teriak Dyandra tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Itulah alasannya mengapa Lena tidak di perbolehkan memegang keuangan event karena Dyandra sudah merencanakan semuanya. Bukan hanya event ini tapi seluruh event yang ia tangani," terang Titi.
"Ta... tapi kita melakukan nya berdua, Ti?"
Titi mendekat ke arah Rocky dan memasang wajah memelas. "Aku terpaksa melakukan nya karena Dyandra selalu mengancam. Bahkan dia tidak pernah meminta persetujuanku terlebih dahulu."
Brigita hanya mendengarkan sambil melipat kedua tangannya di dada. Berbeda dengan Lena yang sangat terkejut.
Dia paling kecil tapi selalu menjadi bulan-bulanan sahabat lainnya.
Dyandra keluar dengan perasaan kesal, marah dan tidak terima. Akhirnya ia pun memilih untuk tidak melanjutkan pekerjaan nya di sana.
Saat turun ke bawah dia berpapasan dengan Sera yang akan pulang.
"Aku pamit, ya. Ini semua memang salahku, kamu dan teman-teman lainnya baik-baik di sini. Jaga pekerjaan kalian. Zaman sekarang sulit mencari kerja," ucapnya, lalu pergi begitu saja membereskan tasnya.
Sera belum sempat berbicara apa-apa.
.
Sera merasakan tempat kerjanya menjadi tidak nyaman setelah adanya kejadian ini. Dia duduk termenung di taman belakang tempat karyawan beristirahat.
Sambil menyalakan rokoknya dia menatap kosong ke arah langit.
"Lima tahun aku bekerja di sini, sedangkan Dyandra sudah delapan tahun. Dengan mudahnya dia hancurkan hanya karena seorang pria," gumam nya.
Kring!
Kring!
Ponselnya berdering. Nama yang terpampang di sana adalah Ibu.
"Halo, Bu. Ada apa?"
^^^"Sera, ini Bapak. Cepat pulang Ibumu pingsan lagi, sekarang akan di bawa ke rumah sakit,"^^^
Wanita berambut keriting nan cantik ini bingung bagaimana caranya izin di tengah kegaduhan yang sedang terjadi di kantornya.
"Pak, kabari aku di mana rumah sakit Ibu. Aku harus izin terlebih dahulu,"
Panggilan tersebut terputus.
Dengan langkah tak beraturan dan cepat dia mencari Zoel selaku manager di sana.
"Pak, izinkan aku pulang. Ibuku sakit lagi, sekarang sedang di bawa ke rumah sakit. Aku tidak ingin sampai terjadi apa-apa!" ucapnya terengah-engah.
"Ya sudah sana, nanti biar saya bantu buatkan izinnya," Zoel menyetujui permintaan Sera.
.
.
Sesampainya di rumah sakit dia segera mencari ruangan Ibunya. Keringat yang bercucuran di pelipisnya semakin banyak.
"Ruang Alfa Lantai 3... Ruang Alfa Langai 3," ucapnya seraya mempercepat langkah kaki.
"Ibu..."
Sera melihat Ibunya yang terkujur lemas di ranjang rumah sakit. Tangannya sudah terpasang jarum infus dan oksigen yang ada di hidung Ibunya.
"Sera," lirih suara wanita paruh baya itu memanggil.
"Ya, Ibu. Sera ada di sini,"
Di sana hanya ada Ayahnya dan Adik perempuan Sera.
"Besok Ibu ingin di temani kamu seharian, jangan bekerja terus." pinta Ibunya sambil mengusap lengan Sera.
Ia hanya tertunduk sedih, menahan air mata nya agar tidak turun. Menarik napasnya dalam-dalam untuk mulai memberikan penjelasan pada Ibunya.
"Ibu, kan ada adik di sini. Sera harus kerja, cari uang buat pengobatan Ibu. Buat bayar kontrakan kita juga, buat makan sehari-hari,"
"Apa harus tunggu Ibu mati biar kamu libur kerja?!" pekik Ibunya.
Sera menatap adiknya—Sania yang usianya hanya berbeda dua tahun darinya tapi belum kunjung dapat kerja.
"Iya Ibu, kan ada Sania. Biar Kak Sera kerja,"
Wanita paruh baya itu membuang muka karena kecewa atas jawaban Sera.
"Ya sudah Ibu, jangan marah begitu nanti badan nya tambah sakit nggak sembuh-sembuh. Iya, Sera akan libur hari ini dan besok untuk temani Ibu di sini," ungkapnya. Langsung mendapat senyuman dari sang Ibu.
"Tapi syaratnya harus sembuh, ya?"
.
Kabar sakitnya orang tua Sera sudah menyebar di seluruh karyawan kantor.
"Len, ayo kita gerakan teman-teman lainnya untuk menjenguk Ibunda Sera. Bukankah sudah sering kali Ibu nya keluar masuk rumah sakit?" papar Brigita selaku sahabat Sera.
Lena mengangguk, sedangkan Brigita melanjutkan rencana nya untuk izin pada Rocky menjenguk Ibunda Sera di rumah sakit.
"Sayang, aku dan beberapa teman lainnya akan ke rumah sakit menjenguk Ibunda Sera yang sedang di rawat di sana. Kamu mau ikut?"
"Sakit apa orang tuanya?"
"Jantung, sudah akut. Dia juga tulang punggung keluarga makanya kerjanya mati-matian. Aku kasihan padanya, sekali-kali kita berikan perhatian lebih," Brigita berharap Rocky bisa mengizinkan mereka.
"Baiklah aku ikut,"
Berangkatlah mereka ke rumah sakit. Rocky, Brigita, Lena dan Zoel. Perwakilan dari tempat kerja Sera.
Menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk mereka sampai di sana. Rumah sakit pilihan keluarga Sera juga bukan rumah sakit yang bagus, fasilitasnya juga tidak lengkap. Pertimbangan nya adalah dekat dari rumah Sera.
"Bapak... " Sera terperanjat saat melihat Rocky turut masuk ke dalam ruangan.
Dia merasa segan. "Maaf, Pak. Saya merepotkan sehingga membuat kalian meluangkan waktu ke sini."
"Kamu karyawan yang rajin, wajar jika kami juga harus peduli dengan kondisimu,"
Saking terharunya Sera tidak bisa berkata apa-apa lagi selain ucapan terima kasih. Dia memang sering izin semenjak Ibunya sakit.
Brigita dan Lena berusaha menghibur juga menguatkan Ibunda Sera agar segera sembuh. Melihat kedekatan mereka seolah tak ingin mengganggu Rocky keluar dari ruangan untuk merokok.
Sera mengikutinya.
"Pak," panggil Sera.
Rocky berbalik badan melihat Sera yang berlari kecil ke arahnya.
"Saya mau mengucapkan terima kasih sekali lagi,"
"Apa benar kamu tulang punggung?" Rocky bertanya tanpa menjawab ucapan terima kasih dari Sera.
Sera mengangguk.
"Biaya keluargamu pasti cukup banyak, apa adikmu itu tidak bekerja? Rupanya di zaman modern seperti saat ini masih ada ya generasi sandwich seperti kamu," ucapnya tanpa ekspresi.
"Tapi saya ikhlas menjalaninya, Pak. Saya menganggap ini sebagai bakti saya ke orang tua sebagai anak. Mereka juga pasti dulu membesarkan saya dengan susah payah,"
Rocky menyalakan rokoknya di tempat yang sudah di sediakan di sana. Menghembuskan rokoknya dengan pandangan lurus. Sekilas ia melihat penampilan Sera yang menggunakan kaos putih polos dan celana panjang.
Rocky berdehem.
"Kalau begitu saya izin masuk kembali ke dalam ruangan ya, Pak. Saya cuma ingin menyampaikan rasa terima kasih saja." Sera mulai melangkah ke arah ruangan Ibu nya tadi.
Baru sekitar satu meter dia berjalan, Rocky memanggilnya.
"Seraaaa... "
Wanita itu membalikkan badannya kembali ke arah Rocky yang masih berdiri di sana dengan rokok yang terselip di antara jari-jarinya.
"Kamu butuh uang?"
geli banget celap celup gitu kali
eeuyuh...ogah banget🤑
gretet aku ☺️☺️