Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati Adam Gelisah
Baru kembali dari pekerjaan, Adam melihat rumah yang begitu sepi, hanya ada pelayan dan beberapa pekerja lain nya yang ada di dalam rumah Xavier.
Tidak ada lagi suara teriakan Malvin, yang biasa nya sangat menganggu pendengaran Adam, ternyata Adam sangat merindukan anak nya.
"Tuan, anda kembali? tadi Nyonya berpesan, hari ini Nyonya akan pulang terlambat, di rumah Tuan Muda Alvaro, ada acara perayaan kepulangan Tuan muda"
"Eemm, perayaan ? kenapa keluarga Alvaro tidak memberi undangan untuk ku?" gumam Adam, tapi masih bisa di dengar oleh Rosna.
"Oh, iya. Tuan, undangan memang di kirim oleh keluarga Alvaro untuk anda. Namun, Nyonya besar memutuskan untuk pergi kesana bersama dengan Nyonya muda dan Tuan muda Malvin. Kata Nyonya besar, anda sibuk, tidak ingin pergi" jelas Rosna, langsung saja Adam membulatkan mata nya.
"Mama, apa - apaan sih, pergi kesana tapi tidak memberitahu aku" gumam Adam, yang berlalu dari hadapan Rosna, Adam kembali ke kamar nya.
Rosna sendiri melanjutkan pekerjaan nya yang barusan sempat tertunda, tak lama kemudian, Adam turun kembali ke lantai dasar, dengan pakaian yang berbeda, kali ini terlihat cukup tampan dan berkharisma, siapapun yang melihat akan terpesona oleh aura tampan sang duda ini.
"Bi, tidak perlu menyiapkan makan malam, kami semua tidak akan pulang untuk makan" tukas Adam.
"Baik Tuan" Rosna menunduk, Adam pun pergi meninggalkan rumah. Adam tidak memberitahu Rosna kemana tujuan nya, namun melihat pakaian yang di kenakan Adam, seperti nya dia akan pergi ke sebuah perjamuan mewah.
Kediaman keluarga Alvaro...
Najwa dan Melda, serta Malvin baru saja tiba di kediaman mereka. Namun, terlihat Najwa yang begitu canggung, apalagi penampilan nya sedikit mewah, Najwa tidak terbiasa.
"Ibu, apa penampilan ku, tidak berlebihan?" tanya Najwa, yang belum turun dari mobil.
"Tidak sayang, ini baju berasal dari butik ibu, sangat pantas untuk mu, dan terlihat begitu tampan" ujar Melda, yang tersenyum.
'Teringat Ku, gaun yang di kenakan Najwa sangat serasi dengan jas Adam yang ia belikan satu Minggu lalu, semoga saja setelah mendengar kami pergi dari Rosna dia akan menyusul ke sini' batin Melda yang senyum - senyum sendiri.
"Oma, hari ini Mommy sangat cantik. Malvin akan menjadi pasangan Mommy di perayaan keluarga Tuan muda Alvaro" tukas Malvin, yang sangat kagum pada penampilan Najwa.
"Makasih sayang, kamu juga sangat tampan, kamu seperti pangeran" ujar Najwa, mencubit pipi Malvin .
"Banyak yang bilang, Malvin mirip Papa waktu muda, padahal Malvin, lebih tampan dari Papa. Benar 'kan Mommy?"
"Iya sayang" jawab Najwa, tanpa ragu lalu mereka bertiga turun dari mobil, dan berjalan ke arah pintu utama.
Banyak pelayan pria dan wanita yang berdiri di depan rumah Alvaro, menyambut para tamu undangan.
"Selamat datang, tolong perlihatkan undangan kalian?" pinta pelayan wanita tersebut, yang berdiri di meja tamu.
Melda, langsung mengeluarkan kartu undangan milik keluarga nya, dan benar saja tanpa pemeriksaan apapun mereka langsung diantar ke dalam untuk bertemu dengan Tuan rumah.
"Jeng, akhirnya anda datang juga" sapa wanita dewasa, yang lebih muda dari Melda.
"Iya Jeng, maaf sedikit terlambat, tadi aku pergi menjemput menantu ku, dan cucu ku" ujar Melda, dan memeluk wanita itu, dan mereka berdua berpelukan satu sama lain.
"Menantu? bukan nya istri Adam sudah meninggal?" tanya wanita itu,
"Ini istri ke dua nya"
"Oh, Istri kedua" ujar wanita itu, lalu mencari tahu, yang mana istri kedua Adam.
"Tunggu disini, jeng. Aku akan memanggil menantu ku"
Melda pun memanggil Najwa dan Malvin, yang berdiri tak jauh dari tempat mereka.
"Najwa, kenalkan ini Nyonya Mawar, Mama nya Tuan muda Alvaro, yang punya acara. Beliau ini pemilik toko perhiasan paling besar di kota ini" puji Melda, Mawar tersenyum, Najwa pun menyapa Mawar dengan ramah.
"Mawar.."
"Najwa, Tante"
"Boleh panggil saya mama. Saya sudah kepingin ada mantu, siapa tahu, dengan kamu memanggil ku mama, nanti aku segera dapat mantu" pungkas Mawar, menggoda Najwa, mereka tersenyum menanggapi ucapan Mawar ibu Alvaro.
"Jeng, kamu bisa saja" Melda pun ikut tersenyum.
"Kamu beruntung sekali mendapatkan menantu yang begitu cantik dan sangat sholehah, aku juga kepengin Jeng" tukas Mawar.
"Terimakasih jeng, ngomong - ngomong dimana Alvaro?" tanya Melda, yang tak melihat Alvaro ada disana.
"Oh iya, sebentar saya panggilkan" Mawar pergi mencari Alvaro, Melda dan Najwa duduk di sofa tamu, banyak tamu yang berdatangan kesana, karena hampir seluruh perusahaan di kota tersebut mendapat undangan.
"Jeng, ini Alvaro, yang dulu sering main ke tempat jeng, sekarang liat lah, sudah sebesar ini, tapi masih belum punya pasangan" ujar Mawar, Melda tersenyum menanggapi ucapan Mawar.
"Hallo Tante, apa kabar ?" Alvaro, memeluk Melda, menyapa nya begitu hangat, lalu Alvaro menyapa Malvin, dan juga Najwa. Namun, Najwa hanya menangkup ke dua tangan nya saja, membuat Alvaro mengerti.
"Kalian sudah makan? apa mau saya temani?" tawar Alvaro, bicara nya cukup sopan, bahkan Alvaro terlihat begitu menjaga pandangan nya dengan Najwa, karena tidak ingin membuat Najwa merasa canggung.
"Tidak usah, Tante mau mengobrol dengan Mama mu dulu. Kalau kamu enggak keberatan, tolong bawa cucu Tante berkeliling tempat ini ya, sekalian ajak Najwa, dia baru pertama kali datang ke tempat seperti ini" ujar Melda. Alvaro mengangguk dengan sopan.
"Baiklah, mari ikut saya" ajak Alvaro yang memimpin jalan, Najwa dan Malvin mengikuti nya dari belakang.
"Mommy, aku boleh makan cake ?" tanya Malvin,
"Boleh saya, biar Mommy ambil 'kan"
"Tidak perlu, saya bantu ambilkan" tukas Alvaro, yang berjalan ke arah meja yang penuh dengan cake.
"Duduk lah disini, kalau disini mungkin kalian berdua akan merasa sedikit lebih aman" saran Alvaro, Najwa mengangguk nya, lalu membawa Malvin bersama.
Ada beberapa tamu yang datang menyapa Alvaro, sehingga membuat pria itu begitu sibuk. Selain tampan, dan kaya. Alvaro termasuk pria yang sopan, meskipun lama tinggal di Amerika.
Acara keluarga Alvaro sedikit privat, sehingga tidak memperbolehkan media mana pun boleh meliput acara yang mereka adakan. Karena mereka tidak suka hal privasi mereka di umbar dan di jadikan berita, oleh media mana pun.
"Selamat atas perayaan nya , Tuan muda Alvaro" ucap seseorang yang mengulurkan tangan ke arah Alvaro.
"Terimakasih, Tuan Adam. saya pikir anda tidak akan datang. Seperti nya saya lebih cocok memanggil anda Paman Adam, bagaimana pun Anda lebih tua dari saya" tukas Alvaro. Langsung raut wajah Adam berubah menjadi masam.
"Tapi, saya tidak terlihat tua bukan, saya masih sangat tampan seperti umur 25 tahun" ujar Adam dengan bangga, Alvaro tersenyum mendengar ucapan Adam, dan Alvaro hanya mangut - mangut saja .
Dari jauh, Adam melihat Najwa dan Malvin, yang sedang menikmati cake, Malvin terlihat begitu senang menghabiskan cake yang ada di tangan Najwa.