🏆Novel Legendaris🏆
Kisah seorang gadis berusia 17 tahun yang dipaksa menikah untuk menggantikan adik kandungnya yang di lamar oleh keluarga Van Rogh Costel III tetapi adiknya, yang bernama Jingmi menolak lamaran keluarga bangsawan tersebut yang mengakibatkan kemarahan keluarga Van Rogh Costel III.
Untuk meredakan amarah keluarga Van Rogh Costel III maka Jia Li yang merupakan anak kedua keluarga imigran bermarga Kwee yang sukses itu terpaksa di nikahkan dengan anak pertama Van Rogh Costel III yaitu Van Costel IV anak laki-laki keluarga bangsawan di Rumania.
Sayangnya Van Costel IV yang akan dinikahkan dengan Jia Li, dia bukanlah manusia...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Heng menjadi Hantu
Heng menatap tajam saat wanita berjubah kuning itu berdiri dihadapannya sambil tertawa mengerikan.
Siluman Air mengalir, namun batu tetap berdiri itu menyeringai ke arah Heng kejam.
"Katakanlah padaku pilihan mana yang membuatmu suka, Heng !", ucap siluman Air.
"Maksudmu perkataanmu ?", tanya Heng bingung.
"Pilihlah, aku menyembuhkanmu, namun kamu harus menjadi hantu atau terbaring disini selamanya dan mati membusuk, Heng !", ucap Air.
"Menyembuhkanku ? Apa kamu pikir aku tidak waras begitu ?", sahut Heng kesal.
"Ehk !?", ucap siluman Air kaget.
"Jika kamu tidak ingin menyembuhkanku, tidak apa-apa, itu lebih baik daripada aku harus menjadi santapanmu", sahut Heng.
Heng menatap tajam siluman Air mengalir, namun batu tetap berdiri itu sambil tertawa mengejek.
"Aku tidak takut padamu, siluman", ucap Heng.
"Kamu benar-benar bodoh dan menyebalkan, Heng ! Apa kamu tidak ingin menerima tawaranku ini agar kamu terbebas dari belenggu derita yang menimpamu itu, Heng ?", lanjut Air.
Wajah wanita berjubah kuning itu terlihat merah adam saat melihat ke arah Heng yang terbaring lemah dengan tangan gemetaran.
"Aku tidak bodoh, wahai siluman ! Karena aku pintar untuk memberikan nyawaku secara cuma-cuma pada siluman konyol sepertimu !", sahut Heng.
Siluman air semakin marah saat mendengar ucapan Heng yang menyebutnya konyol.
"Kamu !", ucap Air menahan amarahnya.
"Aku lebih baik mati membusuk ketimbang menjadi abdi siluman, karena aku punya Tuhan dalam hatiku dan aku percaya keteguhan hatiku sangatlah kuat daripada nyawaku ini !", sahut Heng.
Raut wajah Heng yang mulai membiru karena menahan rasa sakit di kakinya semakin kentara.
Keringat mengucur deras dari kening Heng yang terbaring bersandar di batu besar.
"Tapi pada akhirnya kamu akan mati juga, Heng", ucap siluman air.
"Aku tahu itu..., tapi kematianku lebih mulia dengan pengorbanan tanpa harus menjadi abdi siluman...", sahut Heng tersenyum tipis.
"Kamu benar-benar bodoh, Heng ! Maka terimalah ini !", ucap Air.
Siluman wanita berjubah kuning itu lalu mengarahkan kedua tangannya ke depan, terlihat cahaya terang merah keluar dari dalam telapak tangan siluman air.
WUSH... WUSH... WUSH...
Semburan air mengalir deras dari kedua telapak tangan wanita berjubah kuning itu. Dan mengarah lurus menuju Heng.
"Ahk !", teriak Heng.
Heng memalingkan wajahnya sambil menahan gempuran air yang deras mengarah kepadanya.
"Maafkan aku, Heng ! Aku terpaksa melakukannya karena aku tidak tega melihatmu kesakitan seperti itu, Heng !", ucap Air.
Tampak wajah siluman air menyesal harus memaksa memilih Heng menjadi hantu agar Heng tidak lagi menderita.
"Maafkan aku, Heng !", teriak Air sesal.
Air yang mengalir dari telapak tangan siluman wanita berjubah kuning itu berputar mengelilingi tubuh Heng sehingga membuat pelayan pria itu terbang ke atas.
Tubuh Heng berangsur-angsur menghilang dari pandangan.
Wanita berjubah kuning itu lalu menghentikan aliran air dari telapak tangannya saat tubuh Heng menghilang.
"Heng...", ucap siluman Air.
Siluman Air mengalir, namun batu tetap berdiri itu kemudian memutar badannya dan menghilang.
Suasana di dasar jurang hutan Hoia Baciu terlihat lenggang.
Tidak ada lagi keberadaan Heng yang berbaring bersandar di batu besar lagi maupun kehadiran siluman wanita berjubah kuning itu lagi disana.
Hanya suasana sunyi yang kini tertinggal di dasar jurang.
Tiba-tiba muncul Heng di suatu tempat asing yang dia sendiri tidak mengetahuinya.
"Dimana ini ?", ucap Heng.
Heng berjalan kebingungan sambil memutar tubuhnya berulangkali serta menolehkan kepalanya ke arah kanan dan kiri.
"Apakah aku sudah mati ? Dan menjadi hantu seperti keinginan siluman air itu ?", tanya Heng.
Heng mempercepat langkah kakinya dan terus berjalan.
Pria yang memakai topi sincianya itu terus bergerak dan setengah berlari.
Dia melihat sekelilingnya adalah jurang.
"Kenapa aku dari tadi melihat jurang terus menerus ?", tanya Heng.
Heng melihat dirinya tengah terbang melayang di atas jurang hutan Hoia Baciu dan dia baru menyadari jika tangannya tembus pandang.
"Astaga... tubuhku transparan !?", bisik Heng.
Heng sangat terkejut saat melihat seluruh tubuhnya menjadi transparan bahkan kedua kakinya tidak berpijak pada tanah.
"Apakah aku hantu sekarang ?", tanya Heng.
Heng melihat dirinya terus terbang ke arah istana oranye tanpa hentinya.
Tiba-tiba muncul disampingnya siluman Air mengalir, namun batu tetap berdiri tengah terbang melayang bersama dengan dirinya.
Heng menoleh ke arah siluman Air tanpa berkedip.
Dia terpana akan kecantikan siluman air yang telah membuatnya menjadi hantu.
"Apakah kau telah membuat ku seperti ini ?", tanya Heng bersikap bodoh.
"Tidak", sahut siluman air.
"Tapi kenapa aku bisa transaparan seperti ini jika bukan ulah mu yang membuat ku mati", lanjut Heng.
Heng mengerutkan keningnya sambil memperhatikan kedua tangannya yang tembus pandang.
"Kau mengajukan pertanyaan yang sangat bodoh dan aku tahu mengapa kamu punya nama seperti itu, Heng", sahut siluman air.
Wanita berjubah kuning itu menatap Heng dengan tatapan sayu.
Keduanya saling berpandangan saat mereka terbang melintasi area bawah istana oranye.
"Kau tahu, Heng...", ucap siluman air.
"Apa ?", sahut Heng lirih.
Siluman air meraba wajah Heng dengan penuh perasaan.
"Aku terpikat akan kegagahan mu, Heng... Dan mungkin aku akan menjadikan dirimu tidak hanya santapan ku tetapi suami ku, Heng...", ucap siluman air.
"Kau akan memakanku setelah mengambil keperjakaan ku atau kau menyantapku setelah aku mati ?", tanya Heng berbisik pelan.
"Kau sudah menjadi hantu sekarang dan tidak mungkin bisa mati lagi kecuali jiwa mu musnah, Heng", sahut siluman air.
Wanita cantik itu tersenyum lembut sambil memandangi Heng dengan teduhnya.
"Sama saja, toh, pada dasarnya aku sudah mati dan tidak perlu harus memusnahkan jiwa ku", kata Heng.
"Kau memang bodoh, tidak bisa membedakan perasaan cinta dengan kesukaan", ucap siluman air.
"Aku rela jika kau ingin menyantap jiwa ku karena bagi ku sudah tidak ada artinya aku ada di dunia sekarang", sahut Heng.
"Kenapa kau berkata seperti itu ?", tanya siluman air.
"Bukankah aku sudah tiada ? Lalu untuk apa aku ada ? Sama halnya aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi di kehidupan ini...", sahut Heng.
"Dasar bodoh !", ucap siluman air.
Keduanya mendarat di atas sebuah bangunan istana oranye sambil melihat ke arah bawah istana.
"Itu saudara mu ?", tanya siluman air.
"Bagaimana kau bisa mengetahuinya ?", tanya balik Heng.
"Dari cara berpakaian kalian berdua yang memiliki ciri khas yang sama", sahut siluman air.
Siluman cantik itu tersenyum sambil menoleh ke arah Heng yang tengah memperhatikan Ho masuk ke area istana oranye tempat Dalca II bersemayam.
"Benar, dia saudara ku, namanya Ho", kata Heng.
"Tampaknya dia lebih bodoh dari mu, Heng", ucap siluman air.
"Apakah kau akan memakannya ?", tanya Heng.
Siluman Air mengalir, Namun batu tetap berdiri itu hanya tertawa pelan mendengar pertanyaan Heng kepadanya.
lom ada endingnya
diasaat Antolin memohon mohon lo aja hati u aja membatu. giliran itu baru so soan. aku bantuin karena dia ga tau apa apa.
Heh Kalau mau nolongin orang dengan tulus gak mungkin lo itu masih berbelit dengan masakelam yang lo alami. kesannya gak ikhlas nolonginnya. Katanya GURU kok kelakuan tak mencerminkan seorang Guru/Pooh-pooh/.
disaat Dimitri Peka ,Masonn gak peka.
di saat mason bicara ambigu disitulah Dimitri bertanya kemudian disaat dimitri berbicara ambigu disitulah mason juga bertanya tanya./Shame//NosePick//Pooh-pooh/
Teruslah kalian berdua planga plongo
terus kami yang baca juga ikut bertanya tanya dengan percakapan kalian yang ambigu/Shame/
wahai wanita...
cintailah aku...