MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Zetta menahan tangan Nyonya Brenda yang hendak menamparnya, lalu menghempaskannya begitu saja. Zetta juga mendorong mantan mertuanya itu dengan segenap tenaganya. Alhasil, tubuh perempuan paruh baya itu pun terhempas dengan cukup keras ke lantai.
Nyonya Brenda memekik kesakitan, lalu menatap ke arah Zetta dengan raut wajah tak percaya. Dia tak menyangka Zetta akan menghalau tamparannya, apalagi sampai mendorongnya seperti ini. Dulu, saat menjadi menantunya, tak sekali pun Zetta berani membantah, bahkan saat mendapatkan kekerasan pun Zetta hanya diam tak melawan. Tapi semenjak bercerai, perempuan ini berubah seratus delapan puluh derajat menjadi sosok yang begitu kasar dan pembangkang.
Sebenarnya sikap Zetta saat ini tidak bisa disebut seperti itu juga, karena yang dilakukannya hanyalah bentuk dari pertahanan diri saja. Hal yang seharusnya dia lakukan sejak dulu agar tak ditindas dengan mudah oleh keluarga Keenan.
"Dasar perempuan kurang ajar!" sergah Nyonya Brenda sambil bangkit dari lantai. Bibirnya tampak agak meringis karena menahan sakit. Sepertinya tadi Zetta mendorongnya terlalu kuat sehingga tubuh tuanya membentur lantai terlalu keras.
"Kau ... kau perempuan kurang ajar tak tahu malu. Berani-beraninya kau menggoda anakku padahal kalian sudah bercerai. Sekarang kau juga berani mendorongku?" tuding Nyonya Brenda.
Zetta tampak menautkan kedua alisnya mendengar tuduhan itu.
"Jangan mencari-cari alasan yang tak masuk akan hanya untuk membuat keributan di kantor saya Nyonya. Memangnya siapa yang menggoda anak Anda? Jangan suka sembarangan bicara kalau Anda tidak ingin mendapatkan masalah," sahut Zetta dengan wajah datar.
"Cih, menjijikkan. Bisa-bisanya kau bersikap seolah tak tahu apa-apa seperti itu. Bukankah kau sengaja mengatur jebakan agar Keenan menggendongmu dan membawamu ke dalam mobil. Kau sengaja berakting supaya dia merasa iba dan menolongmu, kan?"
Zetta semakin mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Lihat ini? Kau sengaja mendekati Keenan, lalu menyuruh Keenan mengambil foto ini dan mengirimkannya pada Helia, kan? Kau tidak senang karena Keenan telah bersanding dengan perempuan yang pantas, jadi berencana untuk menghancurkan hubungan mereka. Iya, kan? Mengaku saja!" Nyonya Brenda terus mencecar Zetta sembari memperlihatkan sebuah foto di layar ponselnya pada perempuan itu.
Untuk sejenak Zetta tertegun melihat foto tersebut. Dia pun langsung mengerti. Ternyata kemarin ada yang mengambil foto dirinya bersama Keenan, lalu mengirimnya kepada Helia. Dan kemungkinan besar perempuan jago akting itu mengadu pada Mak lampir di hadapannya ini sehingga sekarang dia datang membuat kekacauan di kantor Zetta.
"Mohon maaf, Nyonya. Saya dan anak Anda kemarin bertemu secara tidak sengaja saat kondisi tubuh saya sedang kurang sehat. Saya tidak meminta bantuan padanya, tapi dia sendiri yang bersikeras untuk membantu saya," ujar Zetta menjelaskan, meskipun rasa-rasanya agak mustahil mantan mertuanya ini menerima penjelasan darinya.
"Halah, banyak alasan. Bilang saja kalau sebenarnya kau itu sedang berusaha untuk menggoda Keenan lagi agar kembali terjebak denganmu. Kau kan paling pandai menjebak dan memaksa. Sama seperti saat kau memaksa Keenan menikahimu enam tahun yang lalu." Nyonya Brenda malah meracau semakin tak karuan.
Mendengar itu, dada Zetta mulai bergemuruh karena tersulut emosi. Tapi karena saat ini mereka sedang berada di kantornya, dia berusaha setengah mati untuk menahan diri. Rayden yang menyaksikan kelakuan Nyonya Brenda sejak tadi pun akhirnya ikut buka suara.
"Nyonya, kalau ada urusan pribadi, sebaiknya bicarakan lagi saja di tempat lain. Ini kantor, banyak karyawan yang melihat. Lagipula, sepertinya yang Nyonya keluhkan tadi hanya kesalahpahaman saja," ujar Rayden menengahi.
"Kesalahpahaman?" Nyonya Brenda beralih pada Rayden. Dia mengenal lelaki ini karena Rayden juga sebenarnya salah seorang kolega Keenan dan salah satu orang yang termasuk dalam lingkar pertemanan putranya itu.
"Iya. Sepertinya itu hanya kesalahpahaman, jadi lebih sebaiknya dibicarakan secara tenang tanpa emosi. Zetta pasti tidak memiliki maksud apa-apa pada Keenan," ujar Rayden lagi.
"Kesalahpahaman apanya? Jelas-jelas perempuan ini mendekati anakku dan menggodanya, padahal anakku sudah punya tunangan. Kau bisa membelanya seperti ini karena tidak tahu perempuan ini aslinya seperti apa. Dia ini sok polos, tapi sebenarnya licik. Anakku sampai harus terjebak dengannya. selama enam tahun," sahut Nyonya Brenda gi sambil menuding ke arah Zetta.
Nafas Zetta semakin memburu karena emosinya semakin tak tertahankan. Dilihatnya sekelilingnya. saat ini, tampak beberapa karyawannya yang berlalu lalang saling berbisik satu sama lain. menyaksikan apa yang kini sedang terjadi. Beberapa dari mereka bahkan ada yang berhenti sejenak mendengarkan makian Nyonya Brenda pada Zetta.
"Nyonya, jangan seperti ini. Banyak orang yang melihat dan mendengarkan," ujar Rayden kembali mengingatkan.
"Biar saja! Biar semua orang yang ada di sini tahu kalau perempuan ini adalah seorang ******!"
Kata-kata Nyonya Brenda sudah sangat keterlaluan sehingga Zetta tak bisa memakluminya lagi. Diambilnya kopi milik resepsionis kantor, lalu langsung dia siramkan ke wajah perempuan paruh baya itu.
"Awhh!!!" Nyonya Brenda kembali memekik. Wajahnya terlihat kepanasan terkena siraman kopi tersebut sampai kulitnya agak kemerahan. Orang-orang yang menyaksikan hal itu pun tampak terkejut dan tak menyangka Zetta akan melakukan hal itu.
"Dasar perempuan kurang ajar!!! ****** tak tahu diri!!!" maki Nyonya Brenda murka.
"Pergi dari sini. Jangan buat keributan di kantor saya!" tegas Zetta dengan ekspresi mengeras.
Nyonya Brenda tak terima dan masih berusaha untuk mencerca Zetta sesukanya.
"Security!" panggil Zetta lantang. Tak lama kemudian, dua orang lelaki kekar dengan seragam keamanan pun datang.
"Tolong bawa Ibu ini keluar dari sini dan jangan pernah biarkan lagi dia masuk ke sini lagi. Kalau sampai hal itu terjadi, kalian akan langsung saya pecat!" ujar Zetta dengan berang.
Dua orang petugas keamanan itu pun mengiyakan. Mereka langsung membawa Nyonya Brenda pergi dari sana. Tentu saja makian dan sumpah serapah terus keluar dari mulutnya sampai kemudian suaranya menghilang di kejauhan.
Zetta lalu meminta para karyawannya kembali melanjutkan pekerjaan mereka. Sedangkan dia sendiri tampak masih perlu waktu sejenak untuk menenangkan diri. Rayden yang tadi juga ikut terkejut dengan apa yng Zetta lakukan pada Nyonya Brenda, kini mengulas senyuman tipisnya. Lelaki itu menyadari satu hal, Zetta yang dilihatnya sekarang sangat jauh berbeda dengan Zetta yang pernah dilihatnya dulu.
Di masa lalu, Rayden pernah beberapa kali datang ke rumah Keenan karena sebuah urusan. Dia melihat Nyonya Brenda memperlakukan Zetta dengan sangat buruk seolah perempuan itu adalah seorang budak. Tapi anehnya, saat itu Zetta tak protes sedikit pun dan menuruti semuanya begitu saja. Tentu Rayden tak tahu jika Zetta bukannya tak mampu melawan, tapi memang sengaja menahannya.
Dulu Zetta memang begitu naif dan menahan saja semua penderitaan yang dia dapatkan dari keluarga Keenan, terutama perlakuan tak manusiawi dari Nyonya Brenda. Semua itu dia lakukan karena berpikir suatu hari dia bisa menyentuh hati Keenan dan membuat lelaki itu jatuh cinta padanya. Sebuah pemikiran konyol yang saat ini benar-benar Zetta sesali.
Sebuah panggilan telepon yang masuk ke ponsel Rayden sedikit mencairkan suasana yang agak canggung karena kejadian tadi. Lelaki itu pun menerima teleponnya sejenak, lalu setelah selesai, dia langsung pamit undur diri karena baru teringat jika hari ini ada janji makan siang bersama orang lain, sehingga makan siangnya dengan Zetta mesti diundur dulu.
Rayden meninggalkan kantor Zetta dan pergi ke sebuah restoran tempat seseorang telah menunggunya. Dan orang itu tak lain adalah Keenan.
Keenan menyambut teman sekaligus koleganya itu, lalu mereka sama-sama memesan sebuah menu. Keduanya kemudian makan siang dengan santai sembari membicarakan beberapa hal.
"Ah iya, Keenan. Sebenarnya tadi aku dari kantor mantan istrimu," ujar Rayden kemudian.
Keenan tampak menghentikan kunyahannya dan menatap Rayden sejenak.
"Kamu tahu, tadi ibumu datang dan membuat keributan di kantor Zetta. Ibumu memaki-maki Zetta di depan banyak karyawannya. Sepertinya seseorang mengirimkan fotomu yang sedang menggendong Zetta pada ibumu, makanya ibumu menjadi marah."
dr alur dan semuanya ceritanya sama.