JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gede Gengsi
Setelah setengah hari berkeliling mencari pekerjaan, sekarang Nala sudah mendapatkannya. Menjadi kasir di sebuah toko roti.
Nala tidak sabar untuk memberitahu Jimin kalau dirinya sudah mendapatkan pekerjaan.
****
Walau sudah berhari-hari tidak melihat Nala tak membuat Dhev berhenti memikirkannya karena Seisi rumah terus menyebut namanya.
"Nala, Nala, Nala, Nalaaaa terus setiap hari!" gerutu Dhev dalam hati, pria itu baru saja mengambil air minumnya dan sekarang kembali ke kamar dengan menutup pintu sedikit keras.
Dhev yang sedang kesal itu mengabaikan ponselnya yang berdering. Tetapi lama kelamaan Dhev meraihnya juga, melihat siapa yang memanggilnya dan itu adalah Jimin.
"Brekele ngapain sih, malam-malam gini ribut! Mau banggain cewek itu lagi?"
Akhirnya, Dhev menerima panggilan dari Jim tetapi yang terdengar adalah suara seorang wanita.
"Hallo, Dhev. Ini gue Monica, gue boleh minta tolong nggak? Tolong jemput Jimin. Dia mabok di apartemen gue!"
"Astaga, kenapa gue? Kan maboknya di apartemen lo! Suruh aja tidur di situ dulu!" jawab Dhev dengan ketusnya.
"Dhev. Apartemen gue udah penuh, banyak orang. Gue habis adain party, masa Jimin gue taro di jalanan. Kalian kan soulmate!" Setelah mengatakan itu Monica memutuskan sambungan teleponnya.
Dhev mengambil sweaternya di lemari, pria itu menyambar kunci mobil yang ada di atas nakas, malam ini Dhev berbaik hati pada Jimin yang dianggapnya sebagai sahabat.
"Kok tumben Jimin segala mabok?" tanya Dhev dalam hati.
Di perjalanan, Dhev seperti melihat Nala yang sedang beradu mulut dengan Ririn.
Dhev pun menghampiri untuk memastikan.
Semakin dekat semakin terlihat jelas, Dhev yang ingin membuktikan pada Ririn kalau dirinya bukan sugar Dady itu menurunkan kaca mobilnya.
"Kalian, dari pada adu mulut mending adu jotos!" kata Dhev seraya tersenyum mengejek.
Nala dan Ririn sama-sama melihat kearah sumber suara dan sama-sama berteriak, "Diam!" Setelah itu Nala dan Ririn kembali bertengkar.
Ririn dengan kekehnya masih menuduh Nala dan seolah ingin mencabik wajah Nala yang dilihatnya semakin glowing.
Sementara hidupnya sekarang berbanding terbalik, ada rasa iri di hati Ririn melihat Nala terlihat kehidupannya sudah membaik.
Dhev hanya mengangkat bahunya, kemudian pergi meninggalkan yang sedang bertengkar.
****
Sesampainya di apartemen Monica, Dhev menekan bel. Teman Monica yang membukakan pintu untuk Dhev.
Terlihat Jimin sedang tidak sadarkan diri, Jimin tergeletak di lantai begitu saja.
"Maaf, Dhev. Tadi udah gue pindahin ke sofa tapi dia maunya di lantai," jelas Monica seraya menatap Jimin.
"Ya udah, bantu gue bawa dia ke mobil!" kata Dhev seraya berjalan mendekati Jimin, Dhev mulai mengangkat lengan Jimin.
"Gila, berat banget nih brekele!" gumam Dhev dalam hati.
Dengan susah payah, Dhev dan Monica memapah Jimin.
Di sela kerepotannya itu, Monica bertanya tentang Dhev yang menjadi sugar daddy.
"Fitnah!" jawab Dhev singkat.
"Kalau begitu, ada kesempatan buat gue nggak, Dhev?" lirih Monica seraya melirik Dhev.
"Kesempatan apa?"
"Buat isi hati lo."
"Maaf, hati gue udah penuh!"
"Isshh, biar kata Ana udah nggak ada tetep aja susah saingan sama dia!" gerutu Monica dalam hati.
Sudah dibantu oleh Monica, Dhev bahkan tidak mengucapkan terimakasih membuat Monica mengerucutkan bibirnya. Monica menutup pintu mobil Dhev dengan sedikit keras.
Dhev hanya memperhatikannya dari kaca spion. Setelah itu Dhev menekan klakson kemudian melajukan mobilnya.
Sesampainya di parkiran apartemen Jimin, Dhev meminta bantuan pada satpam yang sedang berjaga, Dhev merasa berat kalau harus menyeret orang mabuk sendirian.
"Terimakasih," ucap Dhev pada satpam tersebut.
"Sama-sama," jawab satpam, setelah sampai di depan pintu, satpam pun pergi dari sana.
Dhev yang tidak mengetahui sandi apartemen Jimin itu teringat kalau Jimin sekarang tidak sendirian. Dhev menekan bel dan tidak lama kemudian Nala membukanya.
Seperti Nala dan tidak percaya dengan apa yang dilihat, Dhev kembali menutup apartemen itu.
"Kenapa semua terlihat seperti Nala?" batin Dhev.
"Kenapa ada om?" tanya Nala dari balik pintu.
Pintu kembali terbuka dan masih Nala yang berada di sana.
"Kamu?" Dhev menatap Nala tanpa berkedip.
Setelah itu, Dhev tersadar dan menerobos Nala yang masih menghalangi pintu.
"Jadi... Nala yang selalu dibanggakan Jim?" batin Dhev seraya menyeret Jimin ke kamar.
"Om, itu kamar Nala," kata Nala yang mengikuti Dhev dari belakang.
"Bilang dong dari tadi!" protes Dhev seraya menjatuhkan Jimin ke lantai. Dhev merasa pegal di bahunya lalu merenggangkan ototnya.
"Om nggak nanya," jawab Nala yang kemudian berjalan ke arah kamar Jimin yang berada di depan kamarnya.
Sementara itu, Jimin yang masih tergeletak di lantai memuntahkan sisa isi perutnya.
"Ueeee," Nala menutup mulutnya merasa jijik melihat Jimin.
"Astaga!"
Begitu juga dengan Dhev yang memalingkan wajahnya.
Dhev menggoyangkan lengan Jimin menggunakan kaki kanannya.
"Bangun woi!"
Bukannya bangun tetapi Jimin tertawa, entah apa yang membuat dirinya tertawa seperti itu.
Dengan perasaan jiiiknya, Nala membersihkan lantai yang terkena muntahan Jimin.
"Kamu nggak jijik?" tanya Dhev yang memperhatikan Nala.
"Memangnya siapa lagi yang akan membersihkan? Om mau?" tanya Nala seraya mendongakkan kepala menatap Dhev.
"Ogah!" jawab Dhev yang kemudian duduk di sofa panjang ruang keluarga.
Setelah membereskan kotoran itu, Nala menyeret kedua lengan Jimin, membawanya masuk ke kamar.
Melihat itu Dhev menghentikannya.
"Ngapain kamu masuk-masuk kamar Jim?"
"Kasian kalau Om Jim tidur di lantai," jawab Nala dengan terus berusaha menyeret lengan Jim.
Pikiran Dhev sudah melayang jauh, merasa khawatir kalau Jimin tiba-tiba berbuat yang tidak-tidak pada Nala.
Dhev bangun dari duduk dan merebut lengan Jimin dari tangan Nala.
"Awas!" Dhev menyeret lalu melemparkan Jimin ke ranjang.
Setelah itu Nala bertanya, "Om, kenapa masih di sini?"
"Kenapa? Kamu keberatan? " ketus Dhev seraya mendaratkan tubuhnya di sofa panjang depan televisi yang berada di ruang tengah.
"Ya enggak, ya udah kalau gitu, malam!" Nala meninggalkan Dhev, masuk ke kamarnya tidak lupa mengunci pintu.
****
Keesokan paginya, Dhev membuka mata saat mencium wangi masakan dan wangi kopi hitam yang sudah tersaji di meja makan.
Dhev membuka mata dan merubah posisinya menjadi duduk. Matanya melirik pada pintu kamar Jimin yang terbuka, terlihat Jimin sedang mengeringkan rambut brekelenya menggunakan handuk kecil.
Jimin yang masih menggunakan kolor dan kaos dalam itu keluar dengan membuka mulutnya lebar. Kemudian Jimin yang melihat sosok pria duduk di sofa pun melirik ke sana.
"Aaaaa!" Jimin terkejut melihat wajah datar Dhev.
"Sejak kapan lo di sini?" tanya Jimin seraya melemparkan handuk kecil ke arah Dhev.
"Lo tu ngerepotin orang!" jawab Dhev yang kemudian bangun dari duduk. Dhev merasa ingin buang air kecil. Setelah itu, Dhev pamit pada Jimin yang sudah duduk di kursi meja makan.
"Makan aja dulu, Dhev!"
"Melihat bihun goreng dan omelet telur membuat Dhev bergidik seolah mengejek pada Nala yang telah memasaknya.
Nala pun menaikan sudut bibirnya melihat Dhev yang terlihat tak menyukainya.
" Udah, biarin aja, duduk. Paling nggak lama, baru keluar dari pintu udah balik lagi, percaya aja, dia itu gede gengsi doang!" kata Jimin yang meraih piringnya.
Bersambung.
Benarkah yang dikatakan Jimin kalau Dhev gede gengsi?
Jangan lupa like, komen dan difavoritkan, ya. Sampai jumpa di episode selanjutnya.