Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 34
Sesampainya di kosan dinda, raffael segera turun dari mobilnya dan membukakan pintu, untuk dinda.
Dinda tersenyum. "Terima kasih, raf." ucapnya tersenyum.
Raffael pun, tersenyum tipis. "Sama-sama, dinda." balasnya lembut.
Inces yang masih berada di dalam mobil, tersenyum melihat tingkah dinda dan raffael. "Hei, pintu eike enggak di bukain sekalian?" sahutnya, mengalihkan perhatian raffael yang menatap dinda, tanpa berkedip.
Raffael seketika tersentak, melihat inces memasang wajah datarnya.
"Buka aja sendiri. Kamu kan, punya tangan." balas raffael acuh, kembali menatap dinda yang tersenyum melihat tingkah, mereka berdua.
Setelah itu pun, dinda keluar dari mobil raffael. "Terima kasih, raf."
Raffael pun mengangguk, sebagai jawaban. begitu pun dengan inces yang keluar dari mobil, dan langsung pamit untuk masuk ke kosannya.
Kini tinggal dinda dan raffael, yang terlihat canggung satu sama lain.
"Kamu mau mampir dulu, raf?"
Raffael nampak berpikir. "Tidak, Terima kasih atas tawarannya. Aku masih banyak pekerjaan, yang harus di selesaikan." tolaknya sopan.
Dinda pun mengangguk, kemudian pamit pada raffael untuk masuk ke dalam kosannya.
Namun sebelum dinda masuk, tiba-tiba saja raffael bersuara. "Din, besok lusa, aku akan membawa mu dan Vano ke jakarta, untuk bertemu dengan orang tua ku."
Langkah dinda terhenti, seketika jantungnya berdebar kencang saat mendengar kabar itu.
"Kenapa secepat itu, raf? Bukannya, kamu ingin menyelesaikan pembangunan villa dulu?" tanya dinda heran.
Raffael tersenyum, dan berjalan mendekati dinda. "Awalnya seperti itu, din. Tapi mamah dan papah, ingin secepatnya bertemu dengan kamu dan Vano." jawabnya serius.
Dinda terdiam, jika sudah begini apa boleh buat, lebih cepat lebih baik. dinda pun tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, jika itu keinginan om dan tante. Aku ikut saja."
Raffael tersenyum senang, karena dinda menyetujuinya. dia berharap, bisa untuk segera menikahi dinda agar dapat secepatnya, membahagiakan wanita yang sudah melahirkan darah dagingnya itu.
Setelah menyampaikan maksudnya, Raffael pun pamit pada dinda untuk kembali ke penginapan.
Dinda tersenyum dan melambaikan tangan, saat mobil Raffael melaju meninggalkan kosannya.
"Duh neng dinda, kenapa baru kelihatan? Kemana aja neng dinda, teh?" Seorang ibu paruh baya, menghampiri dinda yang memang baru kembali, ke rumahnya.
Dinda pun tersenyum, kemudian memberitahu atas kejadian yang menimpa, dirinya dan gevano.
Ibu paruh baya itu pun terkejut, dengan kabar itu. dia benar-benar tidak menyangka, jika orang sebaik aditya akan berbuat hal jahat, seperti itu.
"Yang sabar, ya neng dinda. Ibu do'akan semoga neng dinda dapat jodoh yang. baik,tampan dan juga sayang sama anaknya." ujar ibu itu, mendoakan dinda dengan tulus.
Dinda tersenyum tipis, sambil mengaminkan doa untuknya dari ibu itu.
Tak lama kemudian ibu paruh baya itu pun pergi dari sana, sementara dinda memilih masuk ke kosannya.
Dinda melihat ke sekeliling kosan yang terlihat sepi, sebab gevano tidak ada di sana.
Dinda pun seketika membayangkan, jika dirinya hidup tanpa gevano yang selama ini selalu menemaninya. seketika dia merasa rindu pada gevano, yang baru saja dia tinggal beberapa jam, di penginapan raffael.
Dia pun tersenyum tipis, menyadari sikapnya yang terlihat lebay saat merindukan, sosok gevano.
Untuk mengalihkan perasaannya, dinda pun memutuskan untuk membersihkan kosannya yang terlihat kotor. sebab beberapa hari ini, dia tinggalkan dan tidak terurus.
Dinda terlihat bersemangat membersihkan kosannya, menyibukkan diri supaya tidak teringat, pada gevano terus.
*
*
*
Dua hari kemudian...
Dinda terlihat sudah siap, dengan penampilan seperti biasa. terlihat kegugupan, di wajahnya saat sedang menunggu Raffael, datang menjemputnya.
Tin... Tin... Tin...
"Mamah." seru gevano, melambaikan tangan dari kaca mobil.
Dinda tersenyum tipis, melihat kedatangan mobil Raffael. apalagi dia melihat gevano, yang dia rindukan selama dua hari ini tidak bertemu, menyambutnya dengan begitu ceria.
"Vano." balas dinda bahagia.
Raffael yang baru saja menghentikan mobilnya, pun segera turun. "Kamu, pasti sudah lama menunggu ya, din?" tanyanya perhatian.
Dinda tersenyum. "Tidak juga, raf." jawabnya singkat.
"Ya, udah sekarang kita berangkat. Kamu seperti biasa, duduk di depan." ujar Raffael, tegas.
Dinda mengangguk pelan, kemudian berjalan menuju mobil Raffael dan duduk di kursi depan.
Gevano dan Roy yang berada di kursi belakang pun, menyambut kedatangan dinda dengan senyuman.
"Mah, kata papah, sekalang kita akan ke lumah nenek. Vano senang banget, mah." seru gevano antusias, dan berdiri mendekati kursi dinda.
Dinda pun, membalikkan badannya dan tersenyum. "Mamah juga senang, sayang. Akhirnya, kita akan menemui nenek dan kakek. Mamah minta, kalau di sana Vano harus bersikap sopan, ya?" balasnya, memberi nasihat.
" Baik mah. Vano akan belsikap baik di sana."
Dinda pun tersenyum, melihat gevano yang sangat bersemangat. dia harap kedua orang tua Raffael, dapat menerima kehadiran gevano dengan baik.
Raffael pun, masuk dan menyalakan mobilnya. dia pun melihat ke arah dinda, yang belum memakai sabuk pengaman. "Din, pasang sabuk pengamanannya." titah Raffael tegas.
Dinda yang merasa di tegur pun, segera memakai sabuk pengamanannya.
Melihat semuanya sudah siap, Raffael pun segera melajukan mobilnya meninggalkan desa itu.
Desa yang memiliki kenangan indah, dimana Raffael di pertemukan dengan wanita dan anaknya, yang selama ini bersembunyi dari dirinya.
Terlihat ketegangan pada dinda yang selalu membayangkan, akan sikap kedua orang tua Raffael nanti, kepadanya dan gevano. dia harap apa yang menjadi kekhawatirannya ini, tidak terjadi.
Raffael yang mengerti akan sikap dinda pun, seketika melirik sekilas padanya. "Kamu tidak perlu khawatir, din. Mereka, tidak seperti apa yang kamu pikirkan." ucapnya pelan.
Dinda sontak melihat ke arah Raffael, yang sedang fokus mengemudi. bagaimana Raffael bisa tahu, jika dirinya sedang memikirkan sikap kedua orang tuanya?
Dinda mengalihkan lagi tatapannya, mungkin dirinya terlalu berlebihan membayangkan, sikap kedua orang tua Raffael. maka dari itu, dinda memutuskan untuk memejamkan matanya, agar dapat melupakan sejenak prasangkanya.
Raffael tersenyum tipis, melihat sikap dinda. dia pun membiarkan dinda untuk tidur, begitu pula dengan gevano yang sejak tadi sudah tertidur.
Kini suasana di dalam mobil itu pun sunyi, sebab semua orang tertidur kecuali Raffael, yang sedang menyetir mobil.
Tiga jam kemudian...
Mobil Raffael, sudah sampai di halaman rumahnya. terlihat semua orang di dalam mobil pun keluar, kecuali dinda.
"Ayo din. Kenapa, kamu tidak keluar?" Raffael membuka pintu mobil, dan menatap dinda yang terdiam.
Dinda menghela nafas, kemudian keluar dari mobil. seketika matanya. menatap rumah Raffael, yang tidak berubah sama sekali.
"Ayo, mah! Vano sudah tidak sabal, ingin beltemu nenek dan kakek." Gevano pun menarik tangan dinda, untuk segera masuk ke rumah Raffael.
Raffael tersenyum, melihat sikap gevano yang begitu bahagia. tanpa berlama-lama lagi, Raffael pun segera mengajak dinda, dan gevano untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Assalamu'alaikum." seru Raffael, membuka pintu rumahnya.
"Wa'alaikumussalam." balas Liana yang sedang duduk bersama Jeremy di ruang tamu.
Raffael pun masuk, yang kemudian di ikuti oleh dinda dan gevano.
"Dinda...!" panggil Liana, tersenyum bahagia saat melihat sosok perempuan, yang selama ini dia rindukan.