Dijodohkan dari sebelum lahir, dan bertemu tunangan ketika masih di bangku SMA. Aishwa Ulfiana putri, harus menikah dengan Halim Arya Pratama yang memiliki usia 10tahun lebih tua darinya.
Ais seorang gadis yang bersifat urakan, sering bertengkar dan bahkan begitu senang ikut tawuran bersama para lelaki sahabatnya.
Sedangkan Halim sendiri, seorang pria dingin yang selalu berpembawaan tenang. Ia mau tak mau menuruti permintaan Sang Papi.
Bagaimana jika mereka bersatu? Akankah kehangatan Ais dapat mencairkan sang pria salju?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna Surliandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkah dibalik kesedihan
"I Love You? Apa-apaan? Bahkan dia belum mengerti arti yang Ia ucapkam barusan." gumam Lim, di sepanjang perjalanannya menuju ke kantor.
Entah kenapa, hanya sepatah kata itu membuatnya terngiang-ngiang. Meski, hatinya masih geli menerimanya.
Lim memarkirkan mobil. Tepat di sebelah mobil Dimas yang juga baru saja tiba.
" Hey, kau telat?" sapa Lim padanya.
"Sedikit. Lembur semalam, membuatku kesiangan." jawab Dimas, yang memang wajahnya tampak lelah.
"Jangan terlalu di forsir. Sedikit santai tak apa. Menjadi anak baik, kadang tak terlalu di hargai." ucap Lim, merangkulnya.
Meski dingin, tapi Lim begitu dekat dengan Dimas. Pasalnya, Ia lah sahabat yang selalu menemaniny a, bahkan dalam keadaan terpuruk sekalipun. Tapi, Dimas masuk kedalam Mc grup, atas kerja kerasnya sendiri. Bukan karena orang dalam apalagi bantuan dari Lim dan Papi Tama.
"Selamat siang, Tuan." sapa Lara, yang tengah merapikan ruangan Lim.
"Pagi, Lara. Kau sehat?"
"Ya, sangat sehat. Apalagi jika selalu mendapat Vitamin M pagi-pagi begini."
"Vitamin M?"
"Ya, Vitamin Mata." ucap Lara, setengah tertawa dengan segala gemas di hatinya.
"Mulai aneh." lirik Lim padanya.
"Memang saya aneh, Pak. Jangan dianggap serius, saya permisi, Pak." jawab Lara, dengan kekonyolannya.
Lim hanya menggeleng. Baru saja terheran dengan kelakuan Istrinya, di kantor pun masih bertemu dengan beberapa keanehan lain.
"Aku, harus semakin terbiasa." ucapnya.
Lim kembali membuka laptopnya. Ia terkejut bukan kepalang, ketika Walpaper laptop itu berubah dengan foto pernikahannya kemarin.
"Siapa yang merubahnya?" fikirnya heran.
Ia semapat ingin memgganti. Tapi Ia batalkan. Entah, apa alasannya.
"Baiklah, untuk membiasakan diri."
***
"Ais...." cegas Nisa, yang ada di parkiran.
Wajahnya tampak cemas, bahkan. Terlihat jika matanya sembab.
"Loe kenapa, Sa?" tanya Ais, yang membuka helm dan jaketnya.
"Gue, semaleman kepikiran sama Loe. Mana Wa ngga di bales. Telepon ngga diangkat."
"Lah, kepikiran kenapa?"
"Kepikiran, kalau Loe sakit hati sama Ibu. Gue aja yang denger, sakit." balas Nisa, dengan menundukkan kepalanya.
"Gue ngga papa. Fine aja kok. Toh, bukan cuma Ibu yang mikir gitu. Gue yakin, semua orang pasti aneh lihat anak SMA udah menikah. Apalagi, sama cowok yang jauh lebih tua. Pasti fikirannya macem-macem.."
Ais merapikan dirinya. Rambut nya pun Ia ikat agar lebih rapi, dan menggandeng Nisa untuk masuk ke dalam kelas.
" Loe, ngga marah? "
"Engga, kenapa marah."
"Jahaaaat. Padahal, Gue udah sedih banget kepikiran Loe nangis semalenan. Kepikiran Loe sedih, dna bahkan frustasi."
"Sayangnya, sahabat Loe ini ngga selemah itu." tawa renyah Ais mengmbang.
"Eh tapi beneran. Ada berkah di balik sedih nya gue."
"Apaan?" tanya Nisa, yang tampak begitu penasaran.
"Tadi malem, gue tidur di peluk Kak Lim."
"Hah? Di peluk suami? Gue disana mikirin Loe, tapi Loe di situ sedang bahagia. Jahat Loe! Emang bener-bener jahat. Tapi, gimana rasanya?"
"Eh, jomblo jangan cari tahu rasanya gimana. Jangan! Ngerti Loe. Gue ngga mau, menodai otak polos Loe." tonyor Ais, di dahi Nisa.
Nisa hanya cemberut, mngerucutkan bibirnya. Meski Ia bahagia, ada perekembangan dari pernikahan yang di jalani sahabatnya itu. Meski penuh pertanyaan dan ejekan dari beberapa orang, tapi Ais berusaha bersikap biasa saja. Itu yang selalu di salutkan oleh Nisa padanya.
"Ais gadis yang kuat. Meski Nisa tahu, pasti sakit banget dan bingung, ketika berada di posisi Ais sekarang." fikirnya, menatap wajah sang sahabat, dengan senyum yang sedikit berat.
biar je...