Seorang mafia kejam yang ingin memiliki keturunan. Namun sang istri hanya memiliki sedikit kemungkinan agar dia dapat mengandung. Begitu tipis kesabaran yang di miliki oleh pria tersebut pada akhirnya dia mengambil jalan tengah untuk memiliki keturunan dari wanita lain. Apakah nantinya sang Istri dapat menerima dengan senang hati merawat anak dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritasaya22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ABORSI
Hari masih siang dan pria itu sudah memintanya untuk bertemu. Kenyataan tersebut membuat Ziya sedikit gugup.
Hanya sedikit sebab ia mulai terbiasa dengan pria itu. Mengikuti pelayan, Ziya keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
Di lantai bawah, mereka menyusuri koridor panjang menuju satu pintu kaca yang berada paling ujung. Ini kali pertama bagi Ziya menyusuri tempat ini.
"Silakan Nona," ujar si pelayan, sambil membuka pintu kaca yang menjulang tinggi itu.
Ziya patuh dan melangkah melewati pintu yang membawanya berada di ruangan terbuka. Di hadapannya ada kolam renang yang begitu luas, dengan di satu sisi ada jacuzzi bulat.
Tatapannya menangkap sosok pria itu yang berada di dalam kolam jacuzzi dengan air berombak. Tidak ada rasa malu, melainkan rasa percaya diri yang begitu kental saat berhadapan dengan pria itu.
Ziya tahu bagaimana pria itu kecanduan dengan kenikmatan yang diberikan oleh tubuhnya.
"Lepaskan pakaianmu dan masuklah, baby girl" ujar Darren .
Suara bariton itu menggetarkan jiwa. Pria itu jarang berbicara, tapi saat membuka suara maka Ziya akan merasa seluruh tubuhnya meleleh.
Ziya mengangguk dengan tatapan yang masih terkunci pada pria itu. Kedua tangan rampingnya diselipkan ke belakang punggung, untuk menurunkan resleting gaun katun kuning itu.
Gaun kuning itu melorot dan menggumpal di ujung kaki Ziya yang terbalut sepatu dengan warna senada. Hanya dengan mengenakan pakaian dalam, Ziya melangkahkan kaki dan keluar dari onggokan gaun kuning tersebut.
Sambil melangkah Ziya melepaskan bra dan melemparnya asal ke lantai batu alam yang indah. Kemudian, ia melepaskan sepasang sepatu itu dan setelah mendekati jacuzzi, Ziya melepaskan kain segitiga yang ia kenakan.
Dengan debar jantung yang menggila, kaki Ziya melangkah masuk ke dalam jacuzzi dan menerima uluran tangan pria itu. Saat tangan mereka bersentuhan, Darren merasakan getaran hasrat yang langsung menembus jiwa.
Dengan satu sentakan, ia menarik tangan itu dan membuat Ziya langsung terduduk dalam pangkuannya. Sama-sama telanjang dan bernafsu.
Bibir pun mulai saling berpagutan dan tubuh saling mendamba akan sentuhan. Pergulatan panas, terjadi di dalam jacuzzi dan mereka bahkan tidak sadar saat seorang pelayan berlari ke arah mereka dengan terburu-buru.
"T-Tuan! TUAN!" panggil si pelayan dengan kepala menunduk dalam.
Walau sudah tahu seberapa besar intensitas hubungan bercinta yang dilalukan Tuan dan Nona, tapi hal itu masih membuatnya merasa malu saat berhadapan dengan pasangan penuh nafsu duniawi itu.
Darren menggeram dan mengumpat kesal. Benar, ia kesal saat kegiatan bercinta diganggu seperti ini. Sedangkan Ziya yang merasa malu, langsung meringkuk ke dalam pelukan hangat pria yang mempekerjakannya.
"Ada apa?" tanya Darren dengan oktaf suara amat kesal.
"A-Asisten Tuan Besar menunggu di depan, Tuan. Beliau berkata, Tuan Besar memerintahkan Tuan untuk kembali ke kediaman sekarang juga," jawab si pelayan, yang masih menunduk dalam.
Darren memejamkan mata, menahan amarah yang membuncah. la tahu, jika ia tidak patuh maka sang ayah lah yang akan muncul di hadapannya dalam beberapa menit ke depan dan Darren yakin, gadis ini juga akan dipersulit.
Jadi, mau tidak mau lebih baik ia yang pergi ke kediaman daripada sebaliknya. Setelah berhasil mengendalikan diri. Darren pun berdiri dari kolam jacuzzi dan melangkah keluar dalam kondisi telanjang.
Ia tidak malu dan merasa bangga dengan tubuhnya, yang mana saat ini sedang begitu bergairah. Ziya menatap pria itu dengan tatapan lapar. Semenjak diperkenalkan dengan yang namanya bercumbu, ia sudah kecanduan.
Tatapannya dengan tidak tahu malu, menatap ke arah kejantanan yang begitu perkasa.
"Kembalilah ke kamar. Baby Girl...." perintah Darren yang sudah membalut tubuhnya dari bagian pinggang ke bawah dengan handuk putih.
Mengerjapkan mata beberapa kali, akhirnya Ziya menjawab dengan suara serak.
"B-Baik."
"Kamu, bantu dia!"
"Baik Tuan," jawab si pelayan yang mendapatkan perintah dari Darren .
Setelah berpakaian lengkap, Darren meninggalkan Mansion bersama dengan asisten sang ayah. Selama perjalanan, ia kembali berusaha menenangkan diri.
Apalagi yang akan dikatakan sang ayah saat ini? Apakah karena ia kembali menghabiskan waktu dengan Ziya, seminggu belakangan ini?
Darren sudah memutuskan untuk menikmati saat-saat bersama gadis itu, apalagi kehamilan gadis itu sama sekali tidak terganggu.
Perjalanan membosankan, akhirnya membawa Darren tiba di kediaman Ryzadrd. Seorang pelayan menghampirinya.
"Selamat siang, Tuan. Tuan Besar Ryzadrd menunggu di ruang keluarga." Darren hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan pelayan tersebut.
Dengan langkah lebar melangkah menuju ke arah di mana ruang tamu berada. Saat hendak sampai di ruang tamu, Darren dapat mendengar suara tawa yang gembira.
"Suara tawa dari sang ayah. Ada apa? Apa yang dapat membuat pria tua itu tertawa dengan begitu gembira? " batin Darren dan terus melangkah.
"Putraku, akhirnya kamu tiba. Ayo, duduk di sini," seru Tuan Besar Ryzadrd, saat melihat kehadiran Darren, putranya.
Di ruangan itu, selain sang ayah juga ada Naraya, istrinya. Tidak menanggapi ucapan sang ayah, Darren pun langsung mendudukkan diri di sofa yang ada di ruangan itu.
"Tidakkah kamu penasaran dengan kabar yang hendak aku sampaikan?" tanya Tuan Besar Lois Ryzadrd dengan senyum lebar.
"Awalnya aku tidak penasaran. Namun, melihat Ayah terus tersenyum, membuatku penasaran," jawab Darren ringan.
"Jika begitu, aku biarkan menantuku yang menyampaikan kabar baik ini," seru Tuan Besar Ryzadrd, sambil menatap penuh rasa puas ke arah Naraya. Akhirnya, menantunya itu memenuhi kewajibannya.
penuh tanda tanya. Darren menatap ke arah Naraya dengan tatapan wajah bersemu dan perasaan yang penuh semangat Naraya pun berkata.
"Aku hamil."
Hamil? Apakah dari kejadian seminggu yang lalu? Entah mengapa, ada terselip rasa curiga. Namun, tentu itu tidak ditunjukkan oleh Darren .
"Oh," tanggapan Darren begitu singkat.
"Hei! Bagaimana reaksimu bisa seperti itu? Istrimu hamil! Kamu akan segera menjadi ayah dan Keluarga Ryzadrd akan segera memiliki cucu. Seharusnya, kamu gembira dan merayakannya!" tegur Tuan Besar Lois Ryzadrd langsung.
Apakah ia gembira?. Tidak! la lebih merasa gembira, saat tahu Ziya hamil. Sedangkan dihadapkan dengan kabar istrinya hamil, ia tidak merasa antusiasme apapun melainkan rasa curiga yang begitu kental.
"Jadi, ini alasan Ayah memintaku kembali?" tanya Darren yang kembali menatap kepada sang ayah. Tuan Besar Ryzadrd mengangguk dan merasa tidak puas dengan reaksi sang putra.
Darren berdiri dari duduknya dan berkata, "Bukankah hal ini bisa disampaikan melalui panggilan telepon?"
"KAMU- "
"Ayah, tidak apa-apa. Aku yakin, Darren pasti sibuk," seru Naraya memotong teriakan Tuan Besar Ryzadrd dan berdiri dari duduknya.
"Kamu terlalu baik! Harusnya kamu kesal, karena suamimu begitu tidak peduli!" tegur Tuan Besar Ryzadrd, yang perlakuannya langsung berubah 360⁰ setelah tahu menantunya itu hamil.
Tentu juga karena sang menantu menunjukkan bukti konkret dari kehamilannya itu.
"Jika tidak ada hal lain, aku pamit," ujar darren yang malas menanggapi ucapan sang istri dan ayahnya.
"Ayah, tidakkah Ayah harus sampaikan kepada Darren , terkait hal yang Ayah setujui tadi?" sela Naraya, menghentikan langkah kaki sang suami yang sudah terburu-buru hendak meninggalkan tempat ini.
"Ah, benar! Kamu, duduk kembali!" perintah Tuan Besar Ryzadrd kepada Darren.
Darren kembali duduk di tempatnya tadi dan menunggu, apa yang hendak disampaikan oleh sang ayah.
"Karena Naraya sudah hamil, maka hentikan kehamilan gadis itu! Lebih baik memiliki keturunan dari istri sah, daripada wanita yang tidak jelas!" ujar Tuan Besar Ryzadrd.
"Hentikan? Maksudnya?" tanya Darren, sambil berusaha menekan amarah yang memuncak.
"Aborsi! Kehamilannya belum begitu besar, jadi-"
BRAKKK!
Darren memukul meja begitu kuat dan menghentikan ucapan sang ayah.
"Aborsi? Mengapa? Bayi yang ada dalam kandungan gadis itu adalah darah dagingku! Cucu Keluarga Ryzadrd!" raung Darren, penuh amarah.
"Jika kamu ingin aku melahirkan anakmu, maka suruh gadis itu aborsi! Aku tidak mau mengasuh anak yang bukan darah dagingku!" raung Naraya sambil berkacak pinggang.
Darren menatap Naraya dengan penuh amarah. Bagaimanapun, wanita itu adalah istri sah di mata hukum. Tidak berkata apapun lagi. Darren berdiri dari duduknya dan mencengkeram pergelangan tangan Naraya . Lalu, menarik wanita itu meninggalkan ruang tamu.
"Kami perlu bicara!" seru Darren , kepada sang ayah agar pria tua itu tidak mengikuti mereka. Tangan Naraya ditarik cukup kuat dan wanita itu harus berlari kecil, agar dapat mengimbangi langkah kaki suaminya itu.
"Lepaskan! LEPASKAN!" teriak Naraya, sambil menghentakkan tangannya.
Setelah berada di ujung koridor, Darren melepaskan pergelangan tangan istrinya itu.
"Kau gila! Turuti permintaanku, jika tidak maka aku yang akan aborsi!" ancam Naraya sambil memegang pergelangan tangannya, yang sakit karena cengkeraman Darren begitu kuat.
Ha ha ha!
Darren tertawa mengejek.
"Maka lakukan itu!" tandas Darren dengan kejam.
Naraya sakit hati dan tatapannya kabur, karena sudah berlinang air mata.
"K-kau lebih memilih anak haram itu, daripada anakku?" tanya Naraya dengan penuh luka...
"Kamu yakin itu anakku?" tanya Darren dingin.
PLAKKK!
Satu tamparan, mendarat di wajah tampan Darren Arshaq Ryzadrd.
"BAJINGAN!" "Bagaimana kamu dapat berkata seperti itu? Apakah kamu lupa, apa yang telah kita lakukan minggu lalu? K-Kamu masuk ke kamarku dan... dan... " ujar Naraya yang tidak mampu menyelesaikan kalimatnya, karena tangisannya telah pecah.
"Aku seperti itu, karena pengaruh obat perangsang! Memang tidak ada jejak obat ditemukan dalam wine, tapi ada jejak tertinggal dalam darahku!. Tidak perlu menjadi cerdas untuk menyimpulkan apa yang telah terjadi!" tandas Darren tanpa perasaan.
Naraya panik dan kembali hendak melayangkan tamparan ke wajah sang suami. Namun, kali ini Darren menangkap pergelangan tangan Naraya dan mencengkeramnya kuat.
"Jangan pernah menamparku lagi, atau mari kita lakukan tes DNA dan jika anak dalam rahimmu adalah milikku, maka akan aku pastikan gadis itu melakukan aborsi!" ujar Darren sambil menghempaskan tangan Naraya .
Wajah Naraya pucat pasi dan ia benar-benar terdiam seribu bahasa. Rasa percaya dirinya kandas, saat suaminya tahu akan kelicikan yang hendak ia lakukan.