“Aku sudah membelimu, jadi menurutlah. Patuhi semua keinginanku! Kau hanya budak di sini, tidak ada pilihan lain selain menuruti semua yang kukatakan!” Zico Archiven berkata pada seorang gadis cantik yang baru dibelinya dari tempat pelelangan.
Zico Archiven adalah seorang Tuan Muda generasi penerus dari keluarga Archiven di Italia. Dia adalah pebisnis sukses yang mempunyai beberapa usaha yang tersebar di seluruh dunia. Tak hanya jadi pebisnis sukses, dia juga menjabat sebagai ketua Mafia warisan dari sang Ayah yang sudah meninggalkannya lima tahun yang lalu.
Zico mempunyai kelainan aneh, dia tidak suka melihat wanita yang terlahir dari keluarga kaya raya. untuk itu dia mencari seorang budak untuk dijadikannya sebagai tempat pelampiasan hasr4tnya.
Bagaimana kelanjutan kisah Zico? Saat melihat gadis budaknya, Zico merasakan sesuatu yang beda. Dia seperti pernah melihat gadis tersebut. Siapakah gadis itu? Rahasia apa dibalik rasa penasarannya itu? Baca selengkapnya di sini, ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neoreul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13 Penampilan Baru
Keesokan harinya.
Aurora menatap pantulan dirinya di cermin. Setelan jas Armani berwarna navy membalut tubuhnya dengan sempurna. Lekuk tubuhnya terlihat sangat indah. Rambut yang tergerai dengan paduan riasan natural dan elegan.
Dia bukan hanya siap untuk bekerja sebagai sekretaris pribadi Zico, tetapi juga siap untuk peran lainnya. Peran yang lebih pribadi dan intiim.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. "Aurora?" suara Zico terdengar dari balik pintu.
Aurora menarik napas dalam-dalam, menata kembali ekspresi wajahnya. Dia membuka pintu, menampilkan senyum manis yang menawan. "Selamat pagi, Tuan Zico."
Zico terkejut menatap dari atas sampai bawah. Tatapan tajamnya memindai penampilan Aurora. “Apa ini? Apa kau sengaja berdandan seperti ini untuk menarik perhatian ku?"
Aurora hanya tersenyum tipis, berusaha untuk tetap tenang. “Apa yang Tuan maksudkan? Saya mencoba untuk mengimbangi penampilan Anda yang sangat sempurna. Apa Anda tidak suka, Tuan?”
Zico mengangguk, senyum tipis terpatri di wajahnya. "Baiklah, mari kita mulai. Tunjukkan sikap profesional mu di hadapan semua orang. Ayo jalan!”
Sekitar setengah jam, mobil hitam berhenti tepat di depan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Zico berjalan di depan, langkahnya mantap dan penuh percaya diri, sementara Aurora mengikutinya dari belakang, mengamati gedung megah itu dengan tatapan serius.
Di dalam lobi yang mewah Fedric sudah menunggu di dekat lift.
"Selamat pagi, Tuan," sapa Fedric, senyumnya ramah. Namun, matanya mengamati Aurora dengan penuh kebingungan.
"Fedric, mulai sekarang Aurora akan menjadi sekretaris pribadiku. Siapkan ruangan untuknya, ya!”
Fedric terkejut dengan kehadiran Aurora yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya. Hal itu membuat semua orang di sekitar mereka terdiam. Bisikan-bisikan kecil terdengar di antara para karyawan yang sedang berlalu-lalang.
Beberapa pasang mata menatap Aurora dengan rasa ingin tahu, bahkan ada yang berbisik-bisik penuh kecurigaan. Zico yang menyadari tatapan-tatapan itu segera mengajak Aurora masuk ke lift.
"Mari kita naik," kata Zico, suaranya sedikit lebih keras untuk mengalihkan perhatian.
Semua orang membicarakan kehadiran Aurora yang belum resmi diperkenalkan oleh Zico. Mereka semua bertanya-tanya dan sangat penasaran. Sementara itu, di dalam lift keheningan menyelimuti mereka bertiga.
Fedric sesekali melirik Aurora, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Aurora sendiri tetap tenang, matanya menatap lurus ke depan, tanpa menunjukkan sedikit pun rasa gugup atau ketidaknyamanan.
Sesampainya di lantai atas, di depan pintu ruangan Zico. Fedric kembali bersuara. "Sekretaris pribadi? Apa Tuan sudah memutuskan?”
Zico menatap Fedric dengan tatapan tajam. Dia menjawab dengan tegas, “Benar, aku akan menjadikannya sekretaris. Kemampuannya lumayan, jadi aku tidak ingin menyiakan kesempatan itu."
Fedric mengangguk, dia selalu percaya dengan apa yang dilakukan oleh Zico. Dia mengerti bahwa Tuannya itu tidak main-main. Kehadiran Aurora bukan sekadar penambahan staf biasa, melainkan ada sesuatu yang lebih besar di balik semuanya.
Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan. Zico memberikan perintah untuk asistennya agar membangun ruangan untuk Aurora.
“Fedric, kau tata lagi ruang yang ada di samping sana. Aku ingin ruangan itu cepat beres. Besok Aurora akan segera menempatinya. Hari ini kita ke markas, ada sesuatu yang ingin kupastikan,” ucap Zico pada asistennya.
Fedric membungkukkan tubuhnya, dia sangat patuh sekali. “Baik Tuan, saya akan laksanakan. Saya usahakan besok sudah siap di tempati."
“Bagus, sekarang kita langsung ke markas saja. Kumpulkan semua anggota, aku akan mengadakan breafing pada mereka,” ucap Zico pada Fedric.
“Baik Tuan, Anda tunggu sebentar. Saya siapkan mobil khusus untuk ke sana!” Fedric keluar dari ruangan untuk menyiapkan kendaraan.
Aurora terus melihat ke sekeliling. Dia ikut terpukau dengan kondisi kantor Zico. “Tuan, saya tidak menyangka jika Anda ini sangat sukses. Apa Anda yakin akan memperkerjakan saya? Anda tidak ragu sedikitpun? Padahal Anda tidak tahu pendidikan latar belakang saya seperti apa?”
Zico tersenyum menyeringai, dia mendekati Aurora, sangat dekat hingga tubuh keduanya saling menempel. “Kau pikir aku akan memberikanmu pekerjaan seperti apa? Kau akan bekerja jika aku menyuruhmu. Jika tidak, tentu saja tugasmu adalah menghiburku. Terkadang mood ku rusak karena ulah karyawan yang melakukan kesalahan. Jika mood ku sedang buruk, pekerjaanku tidak akan selesai.”
Aurora tersenyum menggoda. “Tuan, saya jadi curiga jika Anda sudah tidak bisa jauh dari saya. Apa suatu hari nanti saya akan naik level menjadi seseorang yang penting di hati Anda?”
“Apa yang membuatmu merasa seperti itu? Kau tahu aku bisa membeli wanita pun yang aku mau. Tentu saja, aku bisa membuang mu kapan saja di saat aku sudah bosan. Jadi, jangan berharap lebih karena kau tidak seistimewa itu," balas Zico dengan keangkuhannya.
Zico melepas pelukannya, dia berjalan menuju ke meja untuk mengambil sesuatu. “Kemarilah! Aku tunjukkan kau sesuatu.”
Aurora berjalan mendekat, dia berdiri di samping Zico yang sedang membuka sebuah brankas. Pria itu memperlihatkan isi brankas pada Aurora.
“Lihatlah ke sini!”
Aurora berjongkok dan melihat banyak senjata api dalam brankas itu. “Untuk apa Tuan memberitahukan itu pada saya?”
“Karena aku ingin kau bisa beradaptasi dengan baik. Setelah ini kau akan tahu apa yang ku maksud. Ayo kita keluar, Fedric sudah menyiapkan mobilnya.” Zico menutup lagi brankasnya. Setelah itu mereka pergi lewat lift rahasia yang ada di dalam ruangan.
Aurora hanya mengikuti saja. Dia lagi-lagi dibuat terkejut dengan banyak sekali ruangan rahasia. Lift khusus itu pun turun menuju basement. Sesampainya di bawah, keduanya langsung keluar menuju ke mobil yang sudah siap.
Mobil berwarna hitam itu sudah siap membawa Zico ke markas rahasianya. Sphinx Organization adalah nama organisasi yang dikelola oleh Zico. Sindikat gelap peredaran dan pembuatan senjata ilegal yang terbesar dan terkenal di seluruh kalangan.
Aurora masih bertanya-tanya dalam hati. Dia terlihat tegang terbawa suasana yang tiba-tiba datang. “Ada apa ini? Mengapa aku sangat gugup?”
Sementara itu, Zico hanya diam sembari menatap handphonenya. Dia sedang berbalas pesan dengan seseorang. “Aurora, kau bersiaplah. Setelah ini akan ada kejutan untukmu. Jika kau tidak bersiap, maka sesuatu akan terjadi padamu.”
Aurora menghela napas dalam-dalam. “Baik, Tuan. Saya akan bersiap-siap, meski tidak tahu apa yang akan terjadi.”
Fedric terus melajukan mobilnya menuju ke jalanan yang sangat sepi. Mereka memasuki kawasan hutan pinus yang berada di kanan kiri jalan.
Hingga pada akhirnya, mereka sampai di sebuah bangunan besar yang menyerupai gudang tua. Di sekelilingnya ada tembok besar berwarna hitam gelap.
“Kita sudah sampai, ini adalah markasku. Sphinx Organization, di sini aku menjalankan bisnis senjata yang kau lihat tadi. Aurora, aku tidak membawa sembarang orang ke tempat ini. Untuk itu, aku minta kau untuk bersiap.”
Mobil masuk ke dalam setelah pintu gerbang terbuka. Kondisi sekitar sangat gelap hingga sulit sekali melihat. Hingga mobil berhenti dan Fedric berkata, “Kita sudah sampai Tuan.”
Zico menjawab, “Kita turun, Aurora.”
Aurora keluar dan turun dari mobil. Dia berjalan mengikuti Zico yang sudah berjalan di depan. Saat pintu terbuka terlihat sepi sekali tidak ada orang satupun.
Aurora melangkahkan kakinya, dna tiba-tiba saja ada orang yang menyerangnya. Gadis itu terkejut dan refleks menghindar.
“Apa-apaan ini? Mengapa kalian menyerangku?" tanya Aurora kaget.
Zico menatap datar gadis yang ada di depannya. “Serang gadis itu, berikan dia pelajaran yang baik. Aku ingin kalian mengerahkan kekuatan dan lawan dengan sungguh-sungguh. Jangan remehkan dia. Seranglah!”
Aurora mengubah ekspresinya, ternyata dia akan diuji dengan sebuah pertarungan. “Kalian pikir aku takut? Kemarilah, lawan aku!” ucapnya dengan nada menantang.