Deandra Rashesa adalah gadis cantik, muda dan berbakat, yang masih duduk di kelas 11, di usianya yang masih 18 tahun, ia terpaksa harus melepas masa remajanya demi perjodohan yang tidak ia inginkan.
Rayvano Adiputra perkasa, CEO perusahaan ternama di kotanya adalah sosok yang dijodohkan dengan Shesa, berwajah ganteng, tajir melintir, dambaan banyak wanita tak lantas membuat Shesa menyukainya.
Sifat Vano yang arogan membuat Shesa sangat membencinya.
Karena Shesa masih ingin terus sekolah dan melanjutkan cita-citanya, ia menginginkan pernikahan itu dirahasikan.
Akankan Shesa sanggup melewati konflik-konflik dalam pernikahannya yang dirahasiakan?
MOHON BIJAK YA! NOVEL INI HANYA KARYA FIKSI DAN HANYA KEHALUAN AUTHOR SEMATA. JADI, KALAU TIDAK SESUAI DENGAN KEHIDUPAN NYATA, HARAP MENILAI DENGAN BIJAK ...🙏😊
HAPPY READING ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
diceraikan
Shesa lantas menjawab Vano
"Aku disuruh nenek untuk mencarimu dan
menyuruhmu makan malam bersama, cepatlah turun, nenek sudah menunggumu" seru Shesa sambil melangkah pergi.
Vano memperhatikan Shesa yang beranjak pergi, sesekali Shesa menoleh ke arah Vano, dan Vano pun hanya diam dan menatap wajah Shesa yang mulai ia rindukan.
Setelah beberapa saat Shesa sudah turun dari tangga, lantas ia menghampiri nenek yang sudah menunggunya,
"Dimana Vano? Sudah ketemu?" tanya nenek
"Sudah nek! Dia masih diruang kerjanya, rupanya dia sangat sibuk" jawab Shesa.
"Ya sudah, kau makan dulu, biar nanti pelayan yang mengantar makanannya ke atas" seru nenek
Tiba-tiba nenek melihat jari tangan Shesa yang tampak dibalut perban.
"Shesa! Jarimu kenapa? Kamu terluka? Apa Vano melukaimu?" tanya nenek penasaran.
"Ah tidak nek! Ini ...tadi aku tidak sengaja menjatuhkan vas bunga, dan pecahan vas bunga itu mengenai jari Shesa." ucap Shesa.
"Oh...begitu, hati-hati dengan pecahan-pecahan beling, jika tidak hati-hati kita bisa terluka" seru nenek.
"Iya...nenek" Jawab Shesa tersenyum.
Setelah beberapa saat Shesa dan nenek menikmati hidangan makan malam, Vano tiba-tiba datang.
"Nenek!" sapa Vano yang membuat Shesa dan nenek terkejut.
Vano mulai duduk disebelah Shesa, Shesa yang melihat Vano, lantas mengambilkan nasi dan lauk.
"Vano! Kau sudah datang cucuku," seru nenek.
"Iya nek!" jawab Vano singkat.
Shesa mulai tidak bisa konsentrasi makan, saat Vano berada disampingnya, kejadian tadi siang masih membekas di ingatannya. Shesa hanya mengacak isi dalam piringnya.
"Shesa! Ada apa? Makanannya tidak enak ya?" tanya nenek yang sedari tadi hanya melihat Shesa memutar-mutar sendok makan di atas piring.
"Oh ...nggak papa nek, makanannya enak kok, beneran" jawab Shesa gugup.
"Terus kalau enak, kenapa tidak dimakan ?" sahut nenek.
"eEmmm...jari Shesa sakit nek, jadi nggak bisa pegang sendok,"seru Shesa beralibi.
Kemudian nenek melihat ke arah Vano yang sedang asik menyantap makanannya.
"Vano...!" panggil nenek
"Iya nek, ada apa?" jawab Vano cepat.
"Suapi istrimu, dia tidak bisa makan, jarinya terluka" perintah nenek pada Vano
Shesa terkejut mendengar nenek menyuruh Vano menyuapinya.
Vano melihat Shesa yg kebingungan, perlahan Vano mengambil sesendok nasi, kemudian ia suapkan ke mulut Shesa.
"Makanlah, jika tidak kamu akan sakit" perintah Vano agar Shesa mau membuka mulutnya, Shesa terpaksa membuka mulutnya, demi terlihat rukun dihadapan sang nenek.
Mereka berdua saling menatap, sesekali Shesa membuang muka seolah cuek dari pandangan Vano.
"*Kalau bukan demi nenek, aku sudah lari dari tempat ini*" seru Shesa dalam hati.
*******
Seusai makan malam bersama, nenek pergi ke kamarnya, lantas Vano melanjutkan pekerjaannya di ruang kerja.
Shesa berada dalam kamarnya, ia berdiri di balkon kamar tidur, terlihat suasana malam itu begitu pekat, dengan mendung hitam yg menutupi keindahan bulan purnama.
Angin yang terasa dingin menusuk kulit Shesa yang begitu halus, ia merapatkan tangannya pada tubuhnya, seolah ingin mendapat kehangatan, karena dinginnya cuaca pada hari itu.
Perlahan ada seseorang yang mulai memperhatikan Shesa dari belakang, sepasang mata tertuju pada Shesa yang sedang kedinginan, hingga akhirnya Shesa tidak kuasa menahan dinginnya terpaan angin.
Tiba-tiba hujan mulai turun, Shesa lantas membalikkan badannya untuk masuk ke dalam kamar, tapi ia sangat terkejut melihat Vano yang sedang berdiri di antara pintu.
"Kamu! Minggirlah aku mau lewat" perintah Shesa supaya Vano tidak menghadang jalannya.
Kemudian Vano mundur dan memberi jalan Shesa untuk masuk.
"Apa kamu masih marah padaku?" tanya Vano yang masih melihat isterinya merajuk.
"Mestinya itu tidak kamu tanyakan, harusnya aku yang minta maaf, karena sudah membuatmu marah." jawab Shesa lirih.
"Maafkan aku, aku belum bisa menjadi isteri yang baik untukmu, jika kamu merasa pernikahan ini cuma beban, aku rela jika harus diceraikan, karena awalnya hubungan ini hanya perjodohan tanpa cinta" sahut Shesa menjelaskan.
"Aku tidak akan menceraikanmu, aku sudah berjanji pada papamu, untuk selalu menjagamu, dia pasrahkan dirimu kepadaku, dan aku tidak bisa melepas tanggung jawabku begitu saja" seru Vano.
Shesa menatap Vano serius.
"Kamu sendiri yang bilang, akan tetap setuju dengan pernikahan ini, asalkan pernikahan ini dirahasiakan dari umum, kami tetap mendukung mimpi-mimpimu." sambung Vano
"Ok...aku dan papa setuju dengan kemauanmu, kita menikah diam-diam tanpa satu orang temanmu yang tahu, tapi aku cuma ingin, tolong jangan berhubungan lagi dengan teman-teman priamu, siapapun itu" seru Vano sambil menatap sendu Shesa.
"Tapi aku dan Romi cuma teman, nggak lebih" jelas Shesa.
"Tapi Romi menganggapmu bukan sebagai teman, dia menyukaimu, apa kau tahu itu" seru Vano sedikit kesal.
Shesa hanya tertunduk lantas ia pergi tidur, tanpa menghiraukan Vano, Vano melihat Shesa yang menutupkan selimut ke seluruh tubuhnya, ia tahu Shesa sedang tak ingin diganggu.
Akhirnya Vano memutuskan untuk tidur di sofa. Vano mengambil bantal dan meletakkannya di sofa, segera ia membaringkan tubuh kekarnya.
Setelah beberapa saat suasana kamar terasa hening, Shesa yang masih terjaga tidak merasa ada pergerakan disampingnya, seolah tidak ada Vano yang tidur disana. Lantas Shesa membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
"kemana dia?" gumamnya dalam hati.
kemudian ia turun dan melihat Vano yang tidur di sofa berwarna merah, tempat dimana Vano pernah melihat Shesa setengah telanjang.
Ia melihat Vano tertidur, perlahan ia mendekati Vano, dilihatnya wajah khas timur tengah itu sedang tertidur lelap, bulu halus yang nampak di rahang dan merambat di bagian dada, bagian dada Vano yang penuh bulu, menambah daya tarik tersendiri.
Shesa berdiri didekat Vano, ia sangat tidak percaya, pria yg terkenal seperti singa yang mau menerkam mangsanya itu, kini tertidur pulas bak seorang bayi yang lucu.
"*Apa yg terjadi padaku, kenapa aku deg-degan saat dekat dengan dia, apa aku sudah mulai jatuh cinta padanya*?" fikir Shesa dalam hati.
tanpa sengaja Shesa melihat beberapa majalah di meja sebelah sofa.
"*Majalah? Pria arogan ini suka membaca majalah*?" gumam Shesa penasaran.
Alangkah senangnya ia melihat model terkenal Naina, ada di cover majalah tersebut.
"Wah, inikan supermodel Naina Permata itu, tapi kenapa dia mengkoleksi majalah yang berkaitan dengan Naina, apa mereka sudah saling kenal?" seru Shesa
"Naina...Naina...perasaan tadi dia menelpon seseorang yg bernama Naina, apa mungkin ini satu orang yg sama? atau hanya kebetulan saja" sambungnya
Setelah beberapa saat Shesa beranjak dari tempat Vano, tiba-tiba dengan cepat, tangan Shesa ditarik Vano sehingga ia terjatuh dalam pelukan Vano yang sedang berbaring itu, padahal Vano masih terpejam, dan masih tertidur.
Vano semakin mempererat pelukannya, tanpa ia sadari Vano sudah memeluk Shesa sampai Shesa tak bisa melarikan diri.
"Aawwww....." seru Shesa sedikit kesakitan saat tangannya menahan badan Vano yang kekar itu.
*
*
*
BERSAMBUNG
...HAYO .....SELANJUTNYA KIRA-KIRA MEREKA SEDANG APA YA?' ikuti terus ceritanya...
...😙😙😙😙😙😙...