NovelToon NovelToon
BABYSITTER KESAYANGAN CEO

BABYSITTER KESAYANGAN CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Pengasuh / Ibu Tiri / Chicklit
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Kiandra Pravira, baru saja kembali ke Jakarta dengan hati yang hancur setelah dikhianati mantan kekasihnya yang menjalin hubungan dengan adiknya sendiri. Saat berusaha bangkit dan mencari pekerjaan, takdir membawanya bertemu dengan Axton Velasco, CEO tampan dari Velasco Group. Alih-alih menjadi sekretaris seperti yang ia lamar, Kiandra justru ditawari pekerjaan sebagai babysitter untuk putra Axton, Kenric, seorang bocah enam tahun yang keras kepala, nakal, dan penuh amarah karena kehilangan Ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

Kiandra duduk di kursi belakang mobil Axton. Rasanya masih canggung setiap kali menyebut nama atasannya tanpa embel-embel “Tuan”. Hari ini mereka sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Di sebelahnya duduk Kenric. Kiandra sudah memberitahu ayahnya bahwa ia akan pulang dan membawa bosnya. Entah kenapa ia setuju Axton ikut. Mungkin benar, ia sudah gila.

“Kita mau ke mana, sih, Kiandra jelek?” tanya Kenric dengan nada kesal.

“Ke rumahku. Tolong deh, Tuan Muda, tutup mulutmu sebentar, oke?” balas Kiandra.

Kenric menyipitkan mata. Bocah itu sudah bad mood sejak kemarin karena mereka tidak pulang. Memang sulit membujuk anak yang punya kelainan mental.

“Tsk! Kamu mau memperkenalkan kami pada keluargamu?” Kenric masih saja bertanya.

Kiandra menggigit bibirnya. Bagaimana ia harus menjawabnya? Kenric terlalu banyak bertanya.

“Kenric, jangan terlalu banyak bertanya. Lakukan saja yang Kiandra minta, oke?” suara Axton terdengar dari depan. Ia tetap fokus menyetir, tidak menoleh sedikit pun.

“Ya, ya, terserah. Lakukan saja sesukamu!” gumam Kenric. Semoga bocah itu tidak ngambek di sana. Kiandra juga tidak berniat menjelaskan bahwa ia adalah pengasuh Kenric.

Keluarganya hanya tahu Kiandra bekerja sebagai asisten sekretaris di perusahaan. Hari ini Jumat, dan ia sudah bilang hanya akan sebentar karena masih ada pekerjaan setelah ini. Tidak apa-apa berbohong sesekali. Yang penting mereka tidak tahu kebenarannya.

Kiandra menunjukkan arah kepada Axton. Ketika sudah mendekati rumah, ia mengirim pesan kepada ayahnya agar menunggu di depan. Kiandra tidak gugup, hanya khawatir. Bagaimana kalau kebohongannya terbongkar? Ah, sudahlah. Mobil memasuki kompleks perumahan.

“Ini rumahmu, Kiandra jelek?” Kenric mengintip keluar jendela mobil.

“Iya,” jawab Kiandra singkat.

Ayahnya sudah berdiri di depan rumah. Begitu mobil berhenti, Kiandra turun, menghampiri ayahnya, lalu memeluk dan mencium tangannya.

“Senang bertemu Ayah lagi. Kiandra kangen sekali,” ucapnya sambil tersenyum.

“Ayah juga kangen, Nak. Itu bosmu, ya?” tanya sang ayah sambil melirik Axton yang sedang membukakan pintu untuk Kenric.

“Iya, seperti yang sudah Kiandra ceritakan. Sebentar saja kok, Yah. Masih ada pekerjaan setelah ini. Dia juga mau mengantar anaknya ke rumah orang tuanya,” kata Kiandra. Maafkan Kiandra, Ayah. Rasanya dosa ini semakin besar.

“Selamat pagi, Pak. Saya Axton Velasco. Ini anak saya, Kenric,” sapa Axton sambil menjabat tangan ayah Kiandra. Terlalu formal, pikir Kiandra.

“Ah, jangan panggil saya Pak. Anda kan bos anak saya. Saya ingin berterima kasih karena anda sudah memberi kesempatan kerja pada Kiandra. Terima kasih, Tuan Axton.” Minus poin lagi untuk Kiandra.

“Kiandra pekerja keras dan bisa diandalkan,” ujar Axton sambil meletakkan tangan di bahu Kiandra dan tersenyum. Jangan begitu sekarang! Di depan Ayahku! Nanti ketahuan kalau wajahku memerah, batin Kiandra.

“Mari masuk. Gavin sudah menunggu sejak tadi, Nak,” kata ayahnya sambil berjalan lebih dulu ke dalam rumah.

“Jadi, dia calon mertuaku nanti? Orangnya baik,” bisik Axton.

Kiandra menyikutnya pelan. “Diam.”

“Kalian berdua, jangan bawa tingkah kalian di mansion ke sini,” celetuk Kenric tiba-tiba. Mereka berdua langsung menoleh. Bocah itu memang sering bicara seperti orang dewasa.

Begitu masuk rumah, Gavin langsung memeluk Kiandra.

“Kak! Kangen banget sama Kakak!” seru Gavin.

Kiandra tersenyum dan membalas pelukan adiknya. “Kakak juga kangen. Selamat ya. Ini, simpan. Hadiah dari Kakak karena kamu juara kelas,” katanya sambil menyerahkan amplop putih kecil. Ia tidak sempat membeli hadiah, jadi hanya memberi uang.

“Wah! Terima kasih. Sebenarnya nggak usah kasih hadiah juga nggak apa-apa. Yang penting Kakak pulang, aku sudah senang,” kata Gavin dengan mata berbinar. Kebahagiaan adik bungsunya memang sederhana.

“Kamu pantas mendapatkannya,” balas Kiandra tersenyum.

**

“Eh, kamu pulang,” ucap ibunya yang baru keluar dari dapur. Kiandra menghampiri dan mencoba mencium tangan ibunya.

“Tanganku kotor,” kata ibunya datar. Masih sama saja sikapnya.

“Kiandra cuma sebentar pulang ke sini. Nggak mau melewatkan momen ini,” jelas Kiandra.

"Mending kirim uang saja, lebih bagus gitu. Malah bawa tamu pula. Siapa itu? Pacar barumu? Kiandra, jangan-jangan pekerjaanmu bukan seperti yang kamu bilang ke kami! Aku sudah bilang, perbaiki hidupmu!” tuduh ibunya. Telinga Kiandra berdenging mendengar ucapan itu.

“Tunggu sebentar, Bu! Kenapa Ibu menuduh Kiandra seperti itu?! Kiandra bekerja dengan baik supaya bisa membantu keluarga. Kiandra tidak masalah berapa pun yang Kiandra berikan, karena itu hasil kerja keras Kiandra!” suara Kiandra mulai meninggi.

“Heh! Jangan bicara padaku dengan nada seperti itu! Nggak sopan! Setelah Ibu kasih makan dan sekolahkan, begini jadinya!” bentak ibunya.

“Memang benar, Ibu sudah kasih makan dan sekolahkan Kiandra sampai SMA, jadi terima kasih! Sisanya Kiandra yang biayai sendiri! Kenapa? Karena Ibu cuma peduli sama Anaya! Ibu nggak berguna!”

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Kiandra.

“Kurang ajar! Kamu pulang cuma untuk menyakiti Ibu?! Pergi sana dan jangan kembali lagi! Adikmu tidak ada hubungannya dengan ini, karena kamu memang anak yang tidak berguna! Ingat itu baik-baik!” bentak ibunya.

Air mata Kiandra jatuh deras, campuran antara sakit hati dan marah. Sudah cukup! Ibunya semakin sulit dimengerti.

“Kiandra akan pergi! Maaf, Gavin, acaranya jadi rusak. Selamat sekali lagi, ya,” ucap Kiandra sambil menghapus air mata di pipinya. Ia mendengar suara Axton memanggilnya.

Kiandra berlari keluar rumah. Sakit rasanya diperlakukan seperti itu oleh ibunya sendiri. Mungkin benar, kalau Kiandra hamil di luar nikah, ibunya akan membuangnya. Kiandra tidak ingin marah, tetapi ini sudah keterlaluan! Seolah-olah ia bukan anaknya sendiri.

Ia menghentikan taksi dan langsung masuk. Ia ingin sendirian. Nanti saja ia pikirkan apa yang akan dikatakannya kepada Axton.

Kiandra mematikan ponselnya agar tidak bisa dihubungi. Ia sangat membenci dirinya sendiri. Seandainya ia seperti Anaya, agar bisa dicintai keluarga. Air mata terus berjatuhan.

Menyebalkan! Kiandra ingin menghilang. Sakit rasanya sudah melakukan segalanya, tapi tetap saja tidak cukup! Masih belum cukup di mata mereka. Harus bagaimana lagi? Di mana sebenarnya tempatnya di keluarga itu? Sialan hidup ini!

1
Rohana Omar
up date .....up date jgn di gantung seperti baju di jemuran athor
Melon: Update terusss ko tiap harii, 1 hari 3 bab yaa☺️
total 1 replies
kayahhh
lanjut thierr
kayahhh
rame
Anonymous
🩵
Lina ayuu
oke
Silvi
gud
Sania Anugrah
👍👍
Anonymous
lanjut 🤭
Lira
God
Diana sabila
lanjut 😍😍😍
Dewi sartika
bagus
sumiati
la jut
sumiati
bagus
erin
lanjut 😍
Asyatun 1
lanjut
Mira Hastati
bagus
Asyatun 1
lanjut
Sastri Dalila
👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!