Di saat seorang pria tampan yang sedang tulus mencintai seseorang,tapi tiba-tiba saja pria tersebut di campakkan dan juga di hina oleh sang kekasih karena dirinya yang hidup serba kekurangan.
Dari situlah,dirinya memutuskan untuk tidak akan mau mencintai wanita lagi dan menutup hatinya untuk wanita manapun.Tapi belum sempat luka di hatinya sepenuhnya pulih,di saat itu juga,seorang wanita yang derajatnya sangat berbeda jauh dari dirinya yang jauh dari kata mewah,malah selalu terlibat di dalam kehidupannya dan perlahan-lahan berhasil membuka hatinya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.eliane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29
Sebastian menatap pasrah kearah Irfan yang sudah berdiri dihadapannya saat ini,karena ia sudah berusaha untuk melepaskan diri,tapi nyatanya pegangan dari 4 orang anak buahnya Irfan tersebut lebih kuat dari tenaganya yang hanya seorang saja.
"Apakah kamu masih berniat ingin melarikan diri lagi?" tanya Irfan dengan wajah yang tersenyum sinis,sambil menepuk pelan pipinya Sebastian.
"Aku katakan padamu sekali lagi.Tinggalkan Jennifer,dan kalau perlu,jauhi Jennifer sejauh mungkin.Apa kamu sudah mengerti sekarang? Jika tidak,malam ini kamu tidak akan bisa pergi hidup-hidup dari sini" tanya Irfan lagi,dengan wajah seriusnya yang sudah bercampur emosi,saat ia melihat Sebastian yang hanya diam saja.
"Dan jawabanku masih tetap sama.Aku hanya akan menjauhinya,jika Jennifer sendiri yang menginginkannya.Dan kamu juga sudah tahu kan,apa kalimat terakhir dari jawabanku tadi..." jawab Sebastian dengan wajah seriusnya,ia tetap pada pendiriannya tadi.Walaupun ia tahu kalau ia pasti akan mendapatkan pukulan-pukulan maut dari Irfan nanti.
"Baiklah,kalau itu maumu.Aku akan membuatmu mengerti dengan cepat,setelah ini" ucap Irfan dengan wajah marahnya,saat ia mendengar jawabannya Sebastian yang sama seperti yang tadi.Ternyata saingannya ini cukup kuat dan juga pemberani.
"Buk..." terdengar suara bogeman mentah dari Irfan untuk Sebastian,karena Irfan langsung melakukannya saat ia sudah selesai bicara tadi.
'Ternyata pukulannya kuat juga...Aku harus bagaimana sekarang?" batin Sebastian,sambil berpikir dan menahan rasa sakit di sudut bibirnya,karena bogeman mentahnya Irfan barusan.Bahkan ia bisa merasakan sedikit darah yang keluar dari sudut bibirnya saat ini.
"Apakah kamu masih belum mengerti sekarang?" tanya Irfan,masih dengan wajah marahnya.
"Jawabanku tetap sama seperti jawaban yang awal tadi" jawab Sebastian dengan nada pelannya karena rasa sakit disudut bibirnya itu,ia juga terus menatap kesal kearah Irfan.
"Baiklah.Kali ini aku akan membuat kamu tidak akan bisa berbicara lagi" ucap irfan dengan nada yang semakin marah,sambil bersiap-siap ingin kembali memberi bogeman mentah pada wajahnya Sebastian.
Sebastianpun langsung memejamkan kedua matanya saat kepalan tangannya Irfan sudah bersiap-siap akan meluncur kepipinya.Tapi setelah ia menunggu beberapa detik,pipinya malah tidak merasakan sakit atau apapun,iapun kembali membuka kedua matanya dengan perlahan-lahan.
"Kamu? "tanya Irfan dengan wajah kagetnya yang bercampur takut saat ia melihat seorang pria yang pernah beberapa kali memukulnya itu,sedang menahan kepalan tangannya saat ini.
"Buk buk buk buk..." kali ini pipinya Irfan yang terkena bogeman mentah dari pria tersebut,bahkan bukan sekali saja tapi sebanyak 4 kali dengan pukulan ke 4 nya,dan perutnya Irfan yang menjadi sasarannya pria tersebut.
"Tuan..." terdengar suara panggilan dari anak buahnya Irfan yang langsung melepaskan Sebastian dan berlari kearah Irfan,lalu merekapun langsung membantu Tuan mereka yang sudah terkapar diatas tanah dengan wajah yang lumayan mengenaskan karena wajahnya Tuan mereka sudah hampir dipenuhi dengan darah segarnya
"Jika kalian tidak segera membawa Tuan kalian pergi dari hadapanku sekarang juga,aku tidak akan menghitung sampai ke 3 kalinya lagi" ucap pria tersebut dengan nada tegasnya dan wajah marahnya,sambil menatap serius kearah kedua matanya Irfan yang memang sudah dipenuhi dendam yang ditujukan untuknya dan juga Sebastian.
Tanpa banyak bicara lagi,merekapun langsung membawa Tuan mereka dengan cepat walaupun agak sedikit kesulitan karena mereka harus membawa Tuan mereka yang sudah tidak bisa berjalan dengan baik itu.
Setelah Irfan berserta anak buahnya sudah pergi menjauh dari hadapannya,pria tersebutpun segera menunduk hormat pada Sebastian yang sedang sibuk menatapnya sedari tadi.
Berbeda dengan Irfan, sedari tadi Sebastian masih sibuk menelisik wajah pria tersebut yang terlihat agak mengerikan gara-gara terdapat sedikit jahitan memanjang dikeningnya pria tersebut.
"Bukankah kamu pria yang telah menodong pistol kekepalaku hari itu?" tanya Sebastian setelah ia terdiam beberapa menit karena sibuk dengan lupa-lupa ingatnya tentang wajahnya pria tersebut.
"Iya,benar Tuan muda" jawab pria tersebut yang ternyata memang adalah Asistennya pak tua tersebut,sambil mengisyaratkan sesuatu pada anak buahnya yang sedang berdiri tidak jauh dari sana.
"Kenapa kamu bisa ada disini? Apa kamu sedang mengikutiku? Dimana pak tua itu?" tanya Sebastian dengan wajah penasarannya,sambil memperbaiki kemejanya yang sudah rusak parah.
"Tunggu dulu,kenapa kamu juga ikut-ikutan seperti seseorang? Dia juga memanggil aku dengan panggilan Tuan Muda.Apa kalian berdua saling mengenal? Atau mungkin saja,memang ada sesuatu yang sedang nyangkut dikepala kalian berdua..." tanya Sebastian lagi,dengan kedua mata yang penuh selidik kearah pria tersebut.
'Seperti wanita yang menyebalkan itu...' lanjut Sebastian lagi,didalam hatinya saat ia memikirkan tentang Jennifer yang juga seperti sedang bermasalah menurutnya.
"Tuan Muda,aku harus menjawab yang mana terlebih dahulu?" tanya balik Asisten tersebut,sambil sedikit mengangkat kepalanya kearah Sebastian.
"Terserah padamu saja,mau yang mana dulu.Yang terpenting,kamu harus menjawab semuanya" jawab Sebastian dengan nada kesalnya yang bercampur perasaan geli,saat ia kembali mendengar panggilan Tuan Muda dari Asisten tersebut.
"Baik,Tuan Muda" jawab Asisten tersebut dengan cepat,sambil mengambil napas panjang karena ia harus menjawab semua pertanyaan dari calon Tuan Mudanya sekaligus.
"Aku ada disini karena diperintahkan oleh Tuanku,kami tidak mengikuti Tuan Muda tapi kami sedang kebetulan lewat disini( berbohong),dan Tuanku sedang didalam mobil sana...(Sambil menunjuk kearah mobil yang ada ditepi jalan sana).Aku memanggilmu Tuan Muda karena tidak lama lagi,kamu memang akan menjadi Tuan Muda kami.Dan tentang saling mengenal itu,aku tidak tahu,karena aku tidak tahu maksudnya dia dari Tuan Muda tadi.Dan,kepalaku baik-baik saja.Baru pagi semalam aku pergi periksa kepalaku,dan tidak ada yang nyangkut didalam kepalaku,semuanya normal.Terima kasih,karena Tuan Muda sudah memerhatikan aku" lanjut Asisten tersebut dengan nada tenangnya,sambil terus melirik kearah wajah bingungnya Sebastian.
Sebastian yang masih sibuk mencerna jawabannya Asistennya pak tua tersebutpun,hanya mampu menampilkan wajah kesalnya saja,sambil menatap sebentar kearah mobil yang ditunjukkan oleh Asisten tersebut tadi.
"Kenapa malam ini,aku terus saja bertemu sama orang-orang yang....Sudahlah,aku lelah,aku mau pulang saja" ucap Sebastian yang bingung mau mengatakan apa tentang Jennifer,Asisten tersebut dan yang lainnya termasuk orang yang seperti apa.
Apa lagi,saat ia mendengar kalimat,akan menjadi Tuan Muda kami dan tentang memerhatikan tadi,dari Asisten tersebut,dan itu saja sudah mampu membuat dirinya bertambah kesal dan juga bertambah geli.
"Tuan Muda,apa kamu tidak ingin menukar kemejamu saja?" tanya Asisten tersebut dengan wajah seriusnya saat ia melihat Sebastian yang sudah berbalik badan,sambil menahan tawa saat ia melihat kemeja calon Tuan Mudanya yang sudah tidak sempurna lagi karena sudah ada beberapa sobekan didepan dan dibelakangnya,bahkan butang kemejanya sudah terlepas semuanya tanpa tersisa satupun.
Lagi-lagi Sebastianpun kembali berbalik badan dengan wajah kesalnya saat ia mendengar pertanyaannya Asisten tersebut,dan bertepatan dengan salah satu anak buahnya yang sedang datang mendekat dari belakang mereka.
"Tuan Muda,ini kemeja untukmu" ucap salah satu anak buah tersebut saat ia sudah berada tepat disampingnya Asisten tersebut,sambil menunduk hormat dan menyodorkan sebuah paper bag yang berisi kemeja baru tersebut kearah Sebastian.
"Kemeja ini dari Tuan kami,Tuan Muda.Kami harap kamu akan berpikir bijak? Atau Tuan Muda berniat ingin pulang kerumah dengan penampilan seperti itu?" tanya Asisten tersebut dengan nada santainya,saat ia melihat Sebastian yang terlihat sedang berpikir panjang untuk mengambil paper bag tersebut,padahal kemejanya sudah tidak layak dipakai lagi.
Sedangkan Sebastian,ia hanya mampu menyembunyikan rasa malunya,sambil terus menatap secara bersamaan kemeja rusak yang ia pakai dan paper bag tersebut selama 1 menit.
1 menit kemudian...
"Aku hanya penasaran saja,kenapa Tuan kalian masih sempat memikirkan kemeja untukku..." tanya Sebastian dengan nada herannya untuk mengusir rasa malunya,sambil mengambil paper bag yang sedang disodorkan oleh Anak buah tersebut yang masih dalam posisi yang sama seperti awal tadi.
Mau tidak mau,iapun terpaksa mengambil paper bag tersebut,karena kemejanya memang sudah rusak parah.Dan benar kata Asisten tersebut,tidak mungkin ia harus pulang dengan penampilan yang berantakan seperti itu.
"Tuan Muda,Tuan kami memang selalu seperti itu.Tuan kami pasti sudah menyediakan payung sebelum turun hujan,disetiap kejadian..." jawab Asisten tersebut dengan wajah seriusnya,sambil terus menatap Sebastian yang sedang memakai kemeja baru pemberian dari Tuan mereka itu.
'Ternyata tubuh calon Tuan Muda,memang sangat bagus' batin Asisten tersebut,saat ia melihat otot-otot kekar dan perut sixpack yang terlihat penuh di tubuh dan juga perutnya Sebastian,bahkan miliknya sendiripun masih belum sampai sebagus itu.
"Cih..." Sebastian langsung berdecih kesal saat ia mendengar jawabannya Asisten tersebut,lalu ia menatap tenang kearah mobil yang ditunjuk oleh Asisten tadi untuk beberapa detik setelah ia selesai memakai kemeja baru tersebut.
"Tuan Muda,masih ada satu lagi pemberian dari Tuan kami..." ucap Asisten tersebut dengan nada santainya saat ia melihat Sebastian yang baru saja berniat berbalik badan,sambil menyodorkan sebuah map yang berisi pemberian dari Tuannya untuk Sebastian.
"Apa ini?" tanya Sebastian dengan wajah penasarannya dan mengurungkan niatnya untuk berbalik badan,sambil terus menatap waspada kearah map tersebut,mana tahu saja ia dipaksa untuk menanda tangani map itu yang berisi dokumen atau surat-surat tentang yang ilegal.
"Ini bukan seperti yang Tuan Muda pikirkan.Lihatlah dulu,jika Tuan Muda ingin segera mengetahui apa isinya" jawab Asisten tersebut saat ia bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Sebastian.
Sebastianpun mengambil map tersebut,setelah hanya diam saja selama 1 menit.Lalu iapun membuka map tersebut dengan perlahan-lahan dan isi kepala yang sudah dipenuhi pikiran negatif.
2 menit kemudian...Asisten tersebutpun hanya mampu terus berdiam diri sambil menatap tangannya Sebastian yang terus membolak balikkan dan beberapa kali mengulang baca lembaran-lembaran kertas yang ada didalam map tersebut,dan ia terus bersabar menunggu untuk mendengar jawabannya Sebastian.
"Apa Tuan kalian sudah gila?" tanya Sebastian dengan nada kesalnya,saat ia sudah selesai melihat dan membaca semua isi map tersebut.
Ternyata map tersebut berisi surat-surat tanah berserta Restoran yang sedang ia pegang saat ini,dan yang mampu membuat dirinya menjadi semakin kesal,karena Restoran tersebut sudah berpindah nama menjadi miliknya sekarang.
"Buat apa juga Tuan kalian melakukan semua ini? Aku tidak begitu kekurangan sampai Tuan kalian harus melakukan semua ini,aku masih mampu berusaha sendiri,dan intinya aku tidak memerlukan semua ini.Aku tidak akan menerima yang satu ini,kamu kembalikan saja nama pemiliknya sekarang juga" lanjut Sebastian lagi,dengan nada tegasnya diakhir kalimatnya.
"Tapi Tuan Muda,Tuan kami hanya......" bantahannya Asisten tersebutpun langsung disela oleh Sebastian dengan cepat sebelum ia sempat menyelesaikannya.
"Tidak ada kata tapi-tapi lagi.Katakan pada Tuan kalian...Jika hanya ingin membalas budi,aku tidak memerlukan semua itu.Aku sudah cukup senang dengan niat baiknya itu,dan aku benar-benar tidak memerlukan imbalan apapun,aku menolong Tuan kalian dengan ikhlas" sela Sebastian dengan wajah seriusnya.
Ia memang sama sekali tidak pernah memikirkan untuk mendapatkan imbalan apapun dari pak tua tersebut.Dan ia juga sangat tahu kalau majikannya sangat membanggakan atau lebih mengutamakan Restoran tersebut dari apapun,selain keluarganya.
"Lakukan apa yang aku katakan tadi.Jika tidak,aku akan membuat semua organ-organ tubuhmu berjalan secara terpisah" lanjut Sebastian lagi,sambil berpikir dan juga mengembalikan map tersebut kepada Asisten tersebut yang langsung menenrimanya.
Dan hanya kalimat itu saja yang terlintas dikepalanya,ia juga tersenyum bod*h didalam hatinya.Bagaimana bisa ia melakukannya dengan keahlian bela dirinya yang minim tersebut.Apa lagi,saat ia melihat gerakan bela dirinya Asisten tersebut yang begitu cepat tadi.
"Baik,Tuan Muda" jawab Asisten tersebut dengan nada pasrahnya.
Tapi didalam hatinya,ia merasa sangat senang karena ternyata Tuan tidak salah menjadikan Sebastian sebagai calon Tuan Muda mereka.Sekarang saja sudah mulai terlihat aura-aura kepemimpinannya dan tidak terlalu tamak akan uang ataupun derajat,jadi mereka hanya perlu melatihnya sedikit lagi setelah ini.
"Ingat,kamu harus mengembalikan nama pemiliknya kepemilik aslinya.Jika tidak,aku akan mencarimu dan membunuhmu saat itu juga..." peringat Sebastian lagi dengan nada tegasnya,takut-takut kalau Asisten tersebut tidak akan benar-b:9enar melakukannya.
"Baik Tuan " lagi-lagi Asisten tersebut hanya bisa pasrah saja.
"Dan satu lagi,berhenti memanggilku Tuan Muda.Aku bukan Tuan Muda kalian" ucap Sebastian dengan nada kesalnya,sambil menahan rasa geli didalam hatinya.
Lalu ia langsung berbalik badan dan berjalan kearah motor buruknya itu dengan langkah lebarnya,sambil merapikan rambutnya yang masih berantakan karena perkelahian ringan tadi.
"Tuan Muda,kalau yang satu itu,kami tidak bisa melakukannya" jawab Asisten tersebut dengan wajah seriusnya,sambil menatap kagum kearah punggungnya Sebastian yang sudah berjalan sampai dimotornya sana,yang hanya berjarak sekitar 10 langkah saja dari tempatnya berdiri saat ini.
kalau tertarik follow me. Thank you