Sheila yang dibesarkan dari orang tua yang tak pernah menyayanginya dan selalu dianggap sebagai pembantu di rumah sendiri, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha terkenal dan ternama juga seorang mafia yang sangat kejam.
Menikah dengan orang asing apa lagi dengan seseorang yang belum ia kenal sama sekali karena dia harus menggantikan kakaknya yang kabur di pernikahannya karena harus membayar hutang.
Brian seorang pengusaha terkenal di New York dan memiliki banyak bisnis di berbagai negara namun tidak banyak orang yang tahu bahwa dia juga seorang mafia kejam yang tak segan-segan untuk melenyapkan orang yang mengganggunya. Sedangkan Sheila wanita periang dan juga lemah lembut harus dipasangkan dengan mafia kejam yang bisa saja menyakitinya.
Bagaimana kelanjutannya???
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
FOLLOW INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
FOLLOW TIKTOK @LALA_SYALALAA13
FOLLOW FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29_Membentakmya
Saat sedang sarapan mami Salma meminta izin kepada Brian untuk mengajak menantu cantiknya itu untuk ikut arisan dan bertemu dengan ibu-ibu sosialita nya.
"Brian, mami mau ajak Sheila ketemu sama temen-temen mami boleh?" izin mami karena bagaimana pun Sheila adalah istri dari anaknya.
Brian pun melihat kearahnya yang tampak tersenyum kikuk tidak tahu harus menanggapi seperti apa.
"Iya, boleh. Tapi kalau Sheila tidak nyaman langsung bawa pergi mi!" perintah Brian dan di angguki cepat oleh mami Salma.
"Pasti itu, yeyyy bisa pamer punya menantu!" ucap mami Salma dengan senangnya sambil memeluk erat Sheila.
Setelah selesai sarapan, Brian ke kamar terlebih dahulu karena ada berkas yang tertinggal, sedangkan Sheila pun mengikuti Brian yang naik ke atas karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan kepada Brian.
"Brian," panggil Sheila saat sudah sampai di kamar dan Brian baru saja keluar dari ruang kerjanya, Brian pun mendekati sang istri yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepadanya.
"Ada apa?" tanya Brian sambil mengelus lengan sang istri.
"Bri, a... aku mau izin." ucap Sheila dengan gugup.
"Iya, aku izinin. Kan tadi mami juga sudah izin Sheila," potong Brian.
"Bukan itu!"
"Terus?" balas Brian dengan sedikit mengerutkan alisnya.
"A... aku mau izin buat lanjut bekerja boleh?" ucap Sheila pelan namun masih bisa di dengarkan oleh Brian membuat rahang pria tersebut mengeras saat Sheila meminta izin seperti itu.
"Kenapa ingin bekerja bukan kah aku bisa memberimu uang, aku pengusaha terkenal dan kaya, ita sudah membahasnya Sheila aku tidak akan setuju jika kau bekerja lagi!" bentaknya keras dan dingin hingga membuat Sheila ketakutan.
Sheila belum pernah melihat amarah sang suami sebesar ini dan bentakan itu adalah pertama kalinya Brian membentaknya, Brian memang pernah membentaknya namun tidak sekeras ini.
"Oh, apakah di sana ada pacar kamu?" ucap Brian dengan sinis nya.
Sheila yang di tuduh seperti itu pun tak terima karena ia bekerja hanya karena dia ingin saja, apa salahnya jika dia bekerja lagi.
"Bukan begitu, Brian. aku hanya ingin bekerja saja, meski pun kamu punya segalanya namun sebelum sama kamu aku adalah seorang Sheila yang tak pernah berkecukupan, aku selalu di suruh layaknya pembantu oleh keluarga ku sendiri, menafkahi diri sendiri sehingga aku sudah terbiasanya Brian tapi kamu malah bilang seperti itu aku kecewa Brian!" ujar Sheila dengan menahan sesak di dadanya yang seperti akan meledak.
Brian yang tahu bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan pun di buat bingung, baru saja mereka baikan tapi sekarang malah membuat sakit hati Sheila.
"Sheila," panggil Brian.
"Lebih baik kamu bekerja aja, pasti yoga sudah menunggu dari tadi ada dering telepon itu!" ucap Sheila kemudian meninggalkan Brian, dia memilih untuk pergi ke kamar mandi.
"Sheila aku harus pergi, kamu pokoknya jangan bekerja oke!" pekik Brian dari luar kemudian pergi ke luar dari kamar dan menutup telepon tersebut.
Setelah di rasa sudah tidak ada orang Sheila pun menumpahkan air matanya yang sudah menggenang dari tadi.
Hiks hiks hiks
"Mengapa hidupku sangat sengsara ya tuhan, apa kah Brian memang menganggap ku seperti itu atau dia hanya kasihan melihat nasib ku, hiks.... hiks," hanya suara isak tangis dari Sheila yang terdengar di kamar mewah tersebut.
Sedangkan Brian keluar kamar dengan tergesa-gesa karena dia akan terlambat, tahu sendiri Brian tidak suka dengan orang yang suka terlambat.
Mami Salma dan papi Boni tadi mendengar bentakan dari Brian yang pasti di tujukan kepada Sheila karena tadi hanya Sheila saja yang berada di sana membuat hati mami Salma tidak tenang pasalnya sang menantu kemarin baru saja bisa tenang dan tidak menangis lagi tapi sekarang sudah menangis lagi.
Sedangkan yang membuat Sheila menangis malah pergi menuju pintu dan seperti tidak melihat keberadaan mereka karena memang mami Salma dan papi Boni memilih untuk bersembunyi di dapur agar tidak ketahuan.
"Mami harus ke atas!" ucap mami yang akan melangkahkan kakinya namun di tahan oleh papi Boni.
"Kenapa Pi?" tanya mami dengan kesal karena di tahan untuk menemui sang menantu.
"Lebih baik kita berikan waktu kepada Sheila, biarkan dia menangis terlebih dahulu, hatinya pasti sakit di bentak seperti itu tadi sama Brian." ucap papi Boni dan di angguki oleh mami Salma.
"Iya, sudah kalau begitu."
Setelah itu mereka pun memilih untuk duduk di taman belakang agar sedikit merilekskan otot-otot tubuhnya yang tadi sempat syok karena bentakan Brian yang cukup keras.
"Tadi mereka ada apa ya Pi?" tanya mi dengan nada lesuh.
"Papi juga gak tahu mi."
Sedangkan Brian yang sedang mengendarai mobilnya sendirian tanpa sopir karena dia sendiri yang memintanya pun di buat kalang kabut bagaimana bisa dia menangani 100 penjahat sekaligus dia bisa namun menangani satu wanita saja membuat dia sangat frustasi apa lagi sekarang wanita itu sedang sakit hati dengan ucapannya.
Sampai di kantor untung saja Brian belum terlambat dia sudah di sambut oleh yoga di sana dengan wajah tak kalah tampan namun tetap lah Brian yang paling tampan.
Yoga yang melihat raut wajah bosnya yang tidak bersahabat pun hanya diam dalam keheningan, sama sepertinya banyak karyawan juga yang merasa takut dengan tatapan seperti itu membuat mereka menundukkan kepalanya lama.
"Ada apa bos?" tanya yoga saking penasarannya.
"Sheila marah sama saya," ucapnya dengan datar.
Sedangkan yoga makin bingung dan berspekulasi bahwa ada yang tidak beres dengan bos yang dingin ini.
"Kenapa kamu melihat saya seperti itu?" tanya Brian yang terus di tatap oleh yoga.
"Ti.. tidak ada pak, kalau begitu saya permisi!" sahut yoga keluar dari ruangan tersebut.
"Kayaknya nih pak bos udah cinta sama nyonya muda!" gumam yoga saat dia sudah sampai di mejanya dengan memberikan senyuman manis karena berita yang menggembirakan.
"Sepertinya akan ada Brian junior nih!" ucap yoga lagi tambah sumringah.
"Brian apa yang kau lakukan dengan istrimu!" gumam Brian dengan suara pelan merutuki dirinya sendiri namun tetap tajam.
Selama di kantor Brian sama sekali tidak bisa fokus dalam bekerja, di pikirannya hanya ada Sheila dan menanyakan bagaimana keadaannya sekarang, untung saja sekarang tidak ada rapat penting sehingga dia tidak perlu harus berfikir dan menambah emosi hatinya.
Di kediaman Ardolph, Sheila membasahi tubuhnya dengan shower sehingga tubuhnya basah karena terkena air dari atas, di sana juga Sheila menumpahkan tangisannya yang tersamarkan dengan air sehingga Sheila lebih leluasa lagi.
"Bagaimana jika aku harus berpisah dengan Brian, kami baru saja menikah!" ucap Sheila dengan menggeleng berfikir yang tidak tidak.
"Enggak... enggak aku sama Brian gak akan pisah.. hiks hiks," tangisannya terus saja terdengar.
.
.
TBC