Seno adalah seorang anak petani yang berkuliah di Kota. Ketika sudah di semester akhir, ia menerima kabar buruk. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan bus.
Sebagai satu-satunya laki-laki di keluarganya, Seno lebih memilih menghentikan pendidikannya untuk mencari nafkah. Ia masih memiliki dua orang adik yang bersekolah dan membutuhkan biaya banyak.
Karena dirinya tidak memiliki ijasah, Seno tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Mengandalkan ijasah SMA-nya pun tidak jauh berbeda. Maka dari itu, Seno lebih memilih mengelola lahan yang ditinggalkan mendiang kedua orang tuanya.
Ketika Seno mulai menggarap ladang mereka, sebuah kejutan menantinya.
----
“Apa ini satu buah wortel dihargai tujuh puluh ribu.” Ucap seorang warganet.
“Mahal sekali, melon saja harga lima puluh ribu per gramnya. Ini bukan niat jualan namanya tapi merampok.” Ucap warganet yang lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 28 Kerjasama Dengan Wira Supermarket (revisi)
Sore ini Seno mengantarkan sayuran ke pelanggannya yang bernama Cindy. Kali ini, bukan lagi satpam yang menyambutnya tetapi perempuan paruh baya. Rambutnya berwarna cokelat tua, Seno tebak itu adalah hasil dari pewarna rambut. Lalu, dandanannya cukup modis.
Dari situ saja Seno tahu bahwa ini adalah pemilik rumah ini. Seno sendiri tidak tahu apa hubungan orang ini dengan pelanggannya yang bernama Cindy. Apakah dia ibunya atau neneknya.
“Selamat Sore, Nek.” Sapa Seno kepada perempuan paru baya tersebut.
“Sore.” Jawab perempuan itu sembari sedikit mengerutkan keningnya. “Dulu kamu panggil Mbak sekarang panggilanmu berubah menjadi Nenek.”
“Eh, Anda yang bernama Cindy?” Tanya Seno ingin memastikan.
“Ya. Aku yang bernama Cindy.”
Seno sama sekali tidak mengetahui umur dari pemilik akun Facebook bernama Cindy itu. Pasalnya, akun tersebut hanya memasang foto anjing sebagai foto profilnya. Seno sendiri pun bukan orang kepo yang melihat secara mendetail informasi seseorang.
Jadi, ia tidak tahu jika pemilik akun bernama Cindy itu adalah seorang perempuan paruh baya. Ia kira umurnya tidak jauh berbeda dengannya.
“Maaf Mbak. Aku nggak ngenalin Mbak Cindy.”
Satus hal yang Seno ketahui tentang wanita adalah, mereka tidak mau ditanya mengenai umur mereka serta berat badan mereka. Jadi, meskipun Cindy lebih pantas ia pangil nenek, tidak masalah jika dirinya memanggilnya kakak seperti ini.
Jika dirinya memberikan pelayanan yang baik, bisa jadi pelanggannnya akan lebih senang. Jika pelanggan senang, maka mereka akan menjadi pelanggan setia dari Seno. Menjadi pedagang haruslah pintar-pintar memuji pelanggan mereka seperti ini.
Cindy tersenyum lebar setelah mendengar Seno yang langsung mengganti panggilannya menjadi Kakak. Anak muda di depannya ini sangat pintar dalam mengambil hati pelanggannya. Pedagang seperti ini biasanya akan menjadi orang yang sukses nantinya.
“Sayur dari kamu cuma itu-itu aja kah? Nggak ada variasi lainnya?” Tanya Cindy.
Selama ini sayur biasa yang Seno tanam hanyalah wortel, selada, tomat, terong, kangkung dan bayam. Seno belum menanam sayuran lain memang.
“Apakah Mbak Cindy pengen sayur lainnya? Kalo iya, bilang saja. Akan aku tanamankan sayur seperti itu. Atau, akan aku carikan petani sayur yang menjual sayur organik dengan kualitas setara dengan punyaku.” Jelas Seno.
“Benarkah Kamu bisa melakukannya?”
“Ya.”
“Kalau begitu, carikan aku sayur kale, brokoli, parsley dan juga cabe ya Mas. Masak ada tomatnya tapi cabe nggak ada.”
“Hanya itu saja Mbak?”
“Ya.” Ucap Cindy sembari mengangguk.
“Kalau begitu akan aku persiapkan semuanya. Ah ya, aku ada bonus sayuran untuk Mbak Cindy.”
Setelah berucap demikian, Seno berjalan kembali ke motor roda tiganya. Ia mengeluarkan lima wortel khusus dari salah satu kardus yang ada di sana.
“Ini bonus buat Mbak Cindy.”
“Cuma lima?” Tanya Cindy heran melihat jumlah wortel yang Seno berikan padanya.
Dari awal hingga sekarang, jumlah uang yang Cindy keluarkan untuk berbelanja sayur kepada Seno sudah mencapai satu juta lebih. Hampir dua juta malahan. Lalu, kenapa anak muda ini hanya memberikannya bonus lima buah wortel? Baru saja tadi dia memujinya ternyata, pelit sekali.
“Ini wortel varietas baru Mbak Cindy. Wortel ini memiliki banyak sekali vitamin A dibandingkan dengan wortel yang lainnya. Jadi, wortel ini cocok sekali untuk mengobati penyakit mata. Ini sudah terbukti bisa mengobati rabun.”
“Satu wortelnya biasa aku jual lima puluh ribu hingga tujuh puluh ribu. Jadi, lima wortel itu sudah banyak untuk Mbak Cindy. Itu harga yang aku berikan karena Mbak Cindy adalah pelanggan setiaku. Jika Mbak Cindy membelinya melalui lelang, maka harganya akan lebih mahal lagi.” Jelas Seno.
Setidaknya Seno tahu diri. Sebelum ini Cindy sudah banyak merekomendasikan sayur miliknya kepada teman-temannya. Jadi Seno memiliki pelanggan untuk sayuran biasa miliknya. Jadi tidakmasalah jika ia menjual dengan harga segitu kepada Cindy.
Pada akhirnya Cindy menerima wortel tersebut. Setelah pergi rumah Cindy, Seno mengirimkan sayuran lainnya kepada pelanggannya yang berada satu blok dengan Cindy.
Ketika Seno mengantarkan sayuran kepada pelanggan kelimanya pada hari ini, Seno di sambut oleh seorang laki-laki berumur empat tiga puluh tahunan. Laki-laki itu langsung mendatangi motor roda tiga milik Seno setelah ia memarkirannya. Ia melihat-lihat sayur yang ada di sana.
“Hem… kualitas sayurmu ini bagus. Semua ukurannya seragam. Beratnya juga tidak jauh berbeda. Soal rasa, beberapa hari ini aku sudah mencoba sayuranmu dan rasanya lebih enak daripada yang lainnya.” Ucap laki-laki itu tiba-tiba tanpa mneyapa Seno terlebih dahulu.
Setelah cukup puas melihat sayur-sayur itu, laki-laki itu lalu mengarahkan pandangannya kepada pemiliknya. Ia lalu menampilkan sebuah senyum lebar.
“Apakah kamu mau bekerja sama denganku? Perkenalkan namaku Danial Wiraguna, pemilik dari Wira Supermarket. Kamu pasti pernah mendengarnya bukan?” Ucap Danial sembari mengulurkan tangannya kepada Danial.
Seno cukup kaget ketika mendengar siapa laki-laki di depannya ini. Wira Supermarket merupakan supermarket yang cukup besar di kota mereka. Tidak hanya itu saja, Wira Supermarket juga memiliki cabang di seluruh Provinsi S.
Setelah Seno perhatikan lebih lanjut, laki-laki di depannya ini memang memiliki wajah yang cukup mirip dengan pemilik Wira Supermarket.
“Aku Seno Pak.” Jawab Seno.
“Jadi, berapa besar jumlah produksi sayur kebunmu?” Tanya Danial setelah Seno memperkenalkan diri.
“Jika kebunmu memiliki produksi yang cukup besar, aku ingin membeli dalam jumlah banyak untuk kemudian aku jual di supermarket milikku. Soal harga yangkamu berikan sekarang, tidak masalah jika Kamu memberiku harga yang sama dengan yang sekarang.”
“Kualitas sayurmu yang bagus pantas dibeli dengan harga segitu.” Imbuh Danial.
“Benarkah itu Pak?” Tanya Seno memastikan.
“Tentu saja benar. Apakah sekarang aku terlihat sedang membohongimu? Tidak bukan? Jadi bagaimana?” Tanya Danial sekali lagi.
Seno tidak menyangka Danial benar-benar menawarinya untuk membeli sayur miliknya dalam jumlah banyak. Itu berarti, dirinya bisa “membuang” cukup banyak sayuran yang saat ini sudah memenuhi kotak penyimpanan sistem.
Apalagi, kerja sama dengan Danial ini sudah jelas kerja sama dalam jangka panjang. Jelas kedepannya Seno akan memiliki pendapatan tetap. Jadi, meskipun sayuran khusus miliknya tidak setiap hari terjual, dirinya masih bisa mengandalkan menjual sayuran biasa kepada Danial.
“Tentu, aku akan bekerja sama dengan Pak Danial. Aku bisa memproduksi seratus lima puluh kilo tomat, dua ratus kilo wortel, tiga ratus kilo selada, seratus kilo terong, seratus lima puluh kilo kangkung, dan seratus lima puluh kilo bayam.”
“Itu adalah sayuran yang bisa aku produksi dalam lima hari. Jadi, setiap lima hari sekali, Pak aku bisa memberikan sayuran sebanyak itu kepada Pak Danial.” Jelas Seno.
Ketika menyebutkan jumlah sayuran tersebut, Seno juga memperhitungkan total pendapatan yang ia terima jika Danial mau mengambil seluruh sayuran tersebut. Semua itu memiliki nilai dua puluh satu juta lebih.
Jika Seno memberi potongan harga dan hanya meminta Danial membayar dua puluh juta pun, pendapatan Seno cukup besar dari berjualan sayur biasa. Seratus dua puluh juta dalam sebulan? Bukankah itu jumlah yang sangat besar?
Dulu Seno tidak pernah berpikir bahwa dirinya bisa memiliki penghasilan seperti itu. Sekarang, dia akhirnya bisa mendapatkan penghasilan sebesar itu.
“Hem… Itu tidak terlalu banyak. Meski jumlah yang Kamu sebut terdengar cukup banyak, tetapi jika itu di bagi untuk tiga puluh lima supermarket milikku, itu akan sangat kurang.” Ucap Danial sembari mengerutkan keningnya.
“Apakah Kamu memiliki sayuran lainnya? Aku ingin sayuran yang lebih beragam lagi.” Pinta Danial.
Sepertinya Seno memang perlu memperbanyak jenis sayuran yang ia tanam. Sebelumnya Cindy juga meminta Seno menyiapkan sayuran dengan jenis lainnya.
Sayangnya sebelum ini jumlah kotak penyimpanannya tidak terlalu banyak. Jadi, jenis sayuran yang Seno tanam tidak terlalu beragam. Sekarang, karena ada Danial yang akan menampung sayurannya yang lain, jelas Seno bisa menanam lebih banyak lagi sayuran.
“Tentu saja aku akan mempersiapkan sayuran lainnya. Jika Pak Danial memiliki permintaan khusus mengenai sayuran apa yang harus aku suplai, Pak Danial tinggal bilang saja padaku.”
“Baiklah kalau begitu, besok datanglah lagi kemari. Kita perlu menandatangani kontrak kerja sama ini.” Jelas Danial.
Setelah berbincang singkat membicarakan mengenai jam berapa mereka akan bertemu besok, Seno pun melanjutkan mengirim pesanan sayurnya yang lain.
Hari ini Seno cukup senang dengan kabar gembira ini. Meskipun sebelumnya ia cukup was-was dengan manfaat yang dimiliki oleh brokoli, tetapi itu tidak bisa menutupi kebahagiaan yang dirasakan oleh Seno saat ini.