Warning terdapat beberapa part area 21+ Harap bijak.
*Sekuel dari cerita MENIKAHI IBU SUSU BABY ZAFA.
Velia Agatha Hartanto (23) Putri seorang konglomerat. Hidupnya sejak kecil bergelimang harta. Semua keinginannya selalu dituruti oleh orang tuanya. Ia begitu dimanja. Namun bukan berarti dia gadis yang sangat manja. Justru gadis itu ratunya pembuat onar.
Rian Al Fares (33) seorang duda beranak satu yang selalu tampil menawan. Diusianya yang sudah berkepala tiga tak membuat dia ingin melepas status duda yang di sandangnya. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Velia si gadis aneh versi pengamatan Rian.
Akankah bisa tumbuh benih-benih cinta di hati keduanya. Simak terus kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29. Aku Ikut
*********
"Ma, pa perkenalkan mereka keluargaku." Kata Rian. Sesaat hening karena Daniel dan Bianca masih syok dengan kehadiran gadis kecil itu. Rian mengikuti arah pandang Bianca dan Daniel. Ia tersenyum tipis dan mengusap kepala putrinya.
"Dan dia adalah Zafrina putriku." Kata Rian memperkenalkan Zafrina. Senyuman gadis kecil itu mampu menyihir Bianca dan Daniel.
"Cantik .." Ujar keduanya. Zafrina mendekat dan meraih jemari Daniel lalu mencium punggung tangannya. Begitupun dengan Bianca, Zafrina mencium punggung tangan wanita paruh baya itu. Air matanya tiba-tiba menetes. Karena melihat gadis kecil itu begitu santun dan tak ada sedikitpun kesan arogan.
Santika bersalaman dengan Bianca, keduanya saling cium pipi kiri dan kanan. Begitu juga Anggara, ia menyalami Daniel. Santika menyerahkan buah tangan untuk Besannya tersebut.
"Mami, mami sakit apa? kenapa dari kemarin belum sembuh. Kalo mami sakit terus Ina kapan punya adiknya?" Gadis itu duduk diranjang Velia. Velia tersenyum seraya mengusap rambut Zafrina yang berwarna kuning kecoklatan.
"Mami hanya kecapaian. Nanti kalo sudah waktunya mami akan kasih Ina Adik."
"Hore .. Ina mau punya adik. Ina mau adik seperti adik Dino mami." Kata Gadis kecil itu dengan senang.
Bianca dan Daniel merasa senang. Sejak dulu Velia selalu sendiri. Karena kesibukan Bianca dan Daniel mereka sulit memiliki keturunan. Bahkan mereka mendapatkan Velia dengan berbagai cara pengobatan.
Santika merasa bersyukur besannya mau menerima Zafrina. Dan sepertinya mereka tidak mempermasalahkan cucu pertama mereka
Tak lama ponsel Rian berdering dan ternyata panggilan dari Gerry. Rian segera keluar dari ruangan perawatan Daniel dan Velia setelah sebelumnya meminta ijin terlebih dahulu.
"Halo .."
Bisakah kau membantuku?" --- Gerry.
"Bantuan apa yang kau mau. Jika aku bisa lakukan akan aku bantu." jawab Rian.
"Didi sedang kesulitan. Karena mantan tunangan istrinya terus memburu keluarganya." --- Gerry.
"Aku tidak bisa turun langsung. Mertuaku sedang sakit, dan Velia kembali anfal. Aku akan kirim orang terbaikku untuk membantu kalian."
"Baiklah, terimakasih. Semoga semuanya lekas pulih. Maaf aku belum bisa menjenguk." --- Gerry.
"Jangan kau pikirkan. Yang terpenting semuanya baik-baik saja."
Setelah selesai berbicara dengan Gerry, Rian menghubungi anak buahnya untuk merapat ke perusahaan Gerry.
Rian adalah tipe pria yang selalu bergerak cepat dan tidak pernah tanggung-tanggung dalam mengerjakan sesuatu. Ia langsung kembali ke dalam ruangan Daniel dan Velia, namun matanya justru mendapatkan pemandangan yang mengharukan. Dimana Zafrina sedang menyuapi Daniel dengan buah yang sudah di kupas. Dan Daniel serta Bianca seakan begitu senang dengan kehadiran putrinya.
.
.
.
David tidak bisa bergerak bebas. Karena sejak tadi kamarnya dimasuki oleh dua orang bertampang sangar mereka mengaku dikirim Rian untuk mengawasi dirinya.
"Pergilah, aku tidak akan kemana-mana." Ujar David. Namun kedua orang itu tak menggubris sama sekali mereka tetap bersikap tenang.
"Hei .. aku sedang berbicara dengan kalian." Teriak David.
"Kami tidak peduli. Kami hanya menjalankan perintah dari tuan kami." Ujar salah satu pria dengan dingin.
David hanya meninju udara untuk meluapkan kekesalannya. Seperti apa kekuasaan yang dimiliki oleh suami Veli itu.
.
.
.
"Aku harus ke perusahaan sebentar." Rian berujar pada Velia, gadis itu langsung memasang wajah tak suka.
"Aku ikut .." Rengek Velia.
"Kau butuh banyak istirahat sayang. Aku janji hanya sebentar." Bujuk Rian namun Veli tetap memasang wajah datar.
"Mami, kan ada Ina disini. Nanti Ina yang jaga mami." Kata Zafrina, Daniel benar-benar gemas menatap putri Rian yang seperti cerminan Veli kecil.
"Tapi papi kalau di kantor suka menyebalkan sayang." gerutu Velia.
"Papi, Ina ga suka ya papi bikin mami Veli sedih." Ujar Zafrina seraya mendelik kesal kepada Rian. Namun bukannya membuat takut justru semuanya malah tertawa melihat Zafrina. Hingga gadis itu kini malah merajuk karena semua menertawakan dirinya.
.
.
.
Rian tiba di perusahaan disambut oleh Joe dengan setumpuk berkas yang harus dia teliti. Karena ada beberapa laporan yang menyimpang. Dan Rian benar-benar tak menyukai penghianat.
Rian kini bekerja dengan serius. Ia meneliti satu persatu berkas yang sudah di tandai oleh Joe.
"Jadi sudah satu bulan?" tanya Rian, matanya masih menatap berkas yang sedang ia pegang.
"Benar tuan, dan yang lebih mengagetkan lagi salah satu sekertaris kita terlibat." Kata Joe.
"Apa kau serius? Beraninya .."
Atas perintah Rian, Joe memanggil keempat tersangka. Grace melirik ke arah lift. Ia melihat empat orang yang sangat ia kenal masuk dengan wajah menunduk. Dan seketika wajahnya memucat.
Saat keempat orang itu masuk, Joe memanggil Grace untuk ikut. Sementara Lusi dan Irene saling melempar pandangan.
"Joe, suruh dua orang di luar itu untuk pulang." Ujar Rian, dan Joe langsung melaksanakan perintah itu.
Rian bangkit berdiri tapi sebelum itu ia menarik pistol dari dalam jasnya.
"Kalian ingin bicara sendiri atau ku buat kalian berbicara dengan caraku?" tanya Rian.
Kelima orang itu tampak bergetar ketakutan apalagi melihat pistol itu diarahkan pada mereka.
"M-maafkan saya tuan."Desis salah seorang dari mereka.
"Apakah kita sedang dihari raya Joe? Kenapa mereka semua meminta maaf?" ujar Rian.
"Tidak tuan .."
"Lalu katakan untuk apa kalian. meminta maaf?" --- Rian.
Wajah Rian tampak datar. Tak ada ekspresi marah, kecewa atau yang lainnya. Ia benar-benar datar. Namun justru itu yang membuat mereka khawatir dan takut.
"Ampuni kami tuan." Kelima orang itu bersimpuh di kaki Rian.
"Mengampuni kalian?" Desis Rian. Dan kelimanya mengangguk.
"Jangan mimpi ..!! Kalian tau siapa aku? aku adalah Rian Al Fares da aku benci penghianatan." ---- Rian.
Joe hanya menatap datar kelima manusia yang ada dihadapannya, dia sudah menghubungi anak buahnya untuk menyeret kelima orang itu ke penjara.
"Tuan, ampuni kami. Kami akan kembalikan semua uang yang telah kami ambil. Tapi tolong beri kami kesempatan." Ujar mereka mengiba.
"Aku akan beri kalian pilihan. Masuk bui dan kembalikan uangku, atau mati di tanganku?" Kelima orang itu dengan susah payah menelan salivanya.
Sepertinya memang nasib mereka hanya sampai di sini. Dan mereka benar-benar menyesali apa yang telah mereka perbuat.
Tak lama orang-orang suruhan Joe tiba. Mereka menggiring kelima orang itu, serta membawa bukti kejahatan mereka.
Rian terlihat membuang nafasnya kasar. Saat ini dia begitu merindukan Veli.
.
.
.
Rian kembali ke rumah sakit. Infus Veli sudah dilepaskan, Zafrina dan keluarganya sudah pulang. Bianca tampak sangat kehilangan kesenangannya.
"Rian, sering-seringlah mengajak Ina ke rumah kami. Kami sangat menyukainya." Ujar Bianca. Rian tersenyum dan mengangguk
"Pa, ma Veli dan Rian pulang dulu ya. Besok Veli bakal kesini lagi." --- Velia
"Sudahlah Veli, mending kamu fokus dengan permintaan putrimu." Ujar Bianca dengan mata mengerling kearah putrinya yang wajahnya seketika itu memerah karena malu.
"Iih .. mama. Apa-apaan coba?"
⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅
Gini dulu ya guys biarkan othor berpikir enaknya bawa cerita ini gimana, karena jujur sebelum nulis ini othor udah nulis part hareudang, cuma udah 2x di tolak. Akhirnya othor ganti.
jempolnya di tekan ya..