Seorang tentara bernama Refendra Wijaya ditugaskan di medan tempur berjuang untuk mempertahankan kedamaian dunia. Rafendra bertugas sebagai pasukan khusus yang memiliki kemampuan diatas semua tentara bahkan jendral tidak bisa memberikan perintah kepada pasukan khusus ini. Pasukan ini disebut pasukan bayangan yang berada langsung dibawah komando presiden.
Pasukan ini diturunkan karena pasukan utama yang menegakan keamanan dan ketentraman di satu negara tetangga kalah dan atas perintah presiden pasukan bayangan ini turun untuk membantu.
Singkat cerita Rafendra dan timnya berhasil dalam perang tersebut, tetapi ketua tim yaitu rafendra mengalami cedera dan harus cuti selama 2 minggu penuh. Dan setelah cuti dari tugas Tim yang di komando ni oleh Rafendra dibubarkan dan dia beserta timnya bekerja untuk perusahaan terbesar. disini lah dimana sorang CEO akan mengubah hidup Rafendra ke depannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khresno Bayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Keesokan harinya tepat pada hari minggu dirumah Kristina, Kristina yang baru bangun tidur segera keluar dari kamar untuk melakukan olahraga pagi walaupun dia bangungnya agak kesiangan. Sudah menjadi kebiasaan Kristina yang setiap bangun tidur pasti menyempatkan diri untuk olah raga pagi untuk menjaga bentuk tubuhnya dan kesehatan tubuhnya itu.
Kristina yang berjalan menurun tangga rumahnya melihat sang papa yang sudah rapi dengan setelan jas hitam dalaman putih yang hendak pergi keluar rumah. "Loh tumben papa minggu minggu dinas?" Ucap Kristina dalam hati yang heran dengan papanya itu.
Setelah sampai di lantai satu Kristina langsung menuju kearah papa dan mamanya yang sedang bersiap siap untuk berangkat ke kantor.
"Lohhh Pa tumben minggu - minggu Papa pergi ke kantor?" Tanya Kristina yang sudah berada di belakang mamanya yang sedang membenahi dasi Papanya itu.
"Ohhh ini Papamu tadi malam di undang oleh Bapak Presiden untuk ke istana negara" Sahut Linda yang menjawab pertanyaan Kristina.
"Memang ada hal yang penting ya Pa, sampai sampai pak presiden memanggil papa?" Kristina bertanya kepada papanya. "Iya Nak, ini berkaitan dengan nasip perusahan kita di negera ini" Penjelasan Subroto kepada Anaknya.
"Papa ada masalah ya dengan pak presiden, kok sampai bawa - bawa perusahaan segala" Tanya Kristina yang takut kamu papanya terkena masalah.
"Enggak nak perusahaan papa enggak ada masalah, cuma Papamu ini diminta ke istana negara untuk melakukan kerja sama dengan negara perihal perusahaan cabang yang nanti akan kamu pimpin" Sahut Linda yang menjelaskan ke anaknya.
"Ohh aku kira terjadi sesuatu dengan perusahaan kita Ma" Ucap Kristina dengan perasaan yang lega. Subroto dan Linda hanya tersenyum melihat kekhawatiran anaknya itu.
"Iya udah kalau begitu Tina mau olahraga bentar di halaman belakang pa ma" Ucap Kristina sambil berjalan ke arah belakang rumah meninggal kan papa dan mamanya.
"Ternyata anak kita sudah cukup matang ya Pa, sudah waktunya dia untuk menikah" Ucap Linda kepada suaminya itu. "Iya Ma, semoga saja dia segera bertemu dengan jodohnya" Sahut Subroto.
"Iya Pa, semoga saja anak kita tidak mendapatkan pacar seperti Aris lagi mama kasihan melihat Kristina kemarin pulang karena habis menangis" Ucap Linda kepada suaminya.
Subroto dan Linda mengetahui semua kejadian itu berkat empat pengawal yang disuruh untuk mengawal dan mengawasi Kristina kemarin dan setelah Kristina pulang dipun curhat kepada ibunya perihal Aris yang telah membuatnya sangat kecewa.
Linda yang mendengar penjelasan anaknya itu sangat terpukul karena dari dulu memang Linda berharap Kristina bisa menjadi istri dari Aris agar kelak ke hidupnya jauh lebih baik dan tidak merasakan apa namanya kesusahan dalam hidup.
Tapi semua niatan Linda kepada anaknya telah menemukan penjelasan dari Tuhan yang telah menunjukan sebusuk apa Aris itu di belakang mereka.
"Iya udah Ma, Papa berangkat dulu takut kena macet soalnya acaranya jam sembilan pagi" Ucap Subroto sambil mencium kening istrinya itu.
"Iya Pa, hati hati di jalan ya" Sahut Linda sambil mencium tangan suaminya itu. Setelah berpamitan Subroto langsung berangkat karena perjalanan ke istana negara memerlukan waktu tiga puluh menit kalau tidak macet.
*********
Dilain tempat
Tepat dirumah Jendral Herman, Rafendra, Ahmad, Zaki, dan Fikri masih bersiap siap untuk pertemuan dengan Pak Presiden di istana negara yang akan dijadwalkan pukul sembilan pagi.
"Woeee Fik cepet gantian keburu telat ini" Ucap Zaki yang jengkel karena Fikri tidak keluar keluar dari kamar mandi. "Sabar Zak kamu tau sendiri kan Fikri kalau mandi lama kayak perempuan, kamu sih tadi disuruh duluan enggak mau" Ucap Rafendra yang mencoba menenangkan Zaki.
"Hahhh kebiasaan tu anak kalau mandi lama banget" Ucap Zaki yang kambali duduk di kamar mereka. Karena dirumah dina Jendral Herman hanya terdapat dua kamar mandi yang satu digunakan oleh siti dan sherly dan yang satu digunakan Rafendra dan anggota untuk mandi.
Karena lokasi kamar mandi satunya berasa di dalam kamar siti dan sherly jadi mereka berempat tidak bisa main sebarangan masuk kedalam kamar mandi satunya.
"Sudah jangan heran gitu ngapa Zak yang penting dia di mendan perang tidak pernah lama kalau di kamar mandinya" Ucap Ahmad yang mencoba merubah suasana.
Selang sepuluh menit Fikri keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sama sekali tidak merasa bersalah. "Ahhhhh seger banget habis mandi" Ucap Fikri yang sudah keluar dari kamar mandi.
"Dasar mandi apa mandi kamu tadi Fik" Ucap Zaki yang merasa kesal karena Fikri yang lama mandi dan membuatnya paling akhir siapnya.
"Ya mandi dong masak iya ngapain, hahahaha" Ucap Fikri yang melihat sahabatnya itu badmood karena menunggunya.
"Udah udah kalian mau berantem apa siap siap, Zak sana buru mandi sudah hampir jam setengah sembilan" Tegur Rafendra dari arah kamar.
Zaki dan Fikri memutuskan untuk pergi, Zaki pergi ke kamar mandi untuk mandi dan Fikri pergi untuk siap siap. Setelah dua puluh menitan mereka berempat sudah siap dan menunggu Jendral Herman dan Sherly.
Ahmad yang melihat Sherly memakai setelan baju kantor dengan atasan kemeja dan bawahan calan panjang agak sedikit ketat, sukses membuat Ahmad terprana melihat kemolekan tubuh Sherly.
"Itu mata kenapa Mad liatin Sherly kayak gitu, kalau udah kebelet buruan dinikahin biar enggak dosa" Sendiri Fikri yang sontak membuat wajah Ahmad memerah.
"Halo gaes, maaf agak lama aku siap siapnya" Ucap Sherly yang sambil duduk disebelah Ahmad. Selang beberapa saat Jendral Herman keluar dari arah kamarnya dan menuju ke arah Rafendra dan ke empat temannya itu.
"Kalian sudah siap" Tanya Jendral Herman kepada mereka berlima, "Kami sudah siap Jendral tinggal berangkat saja, tapi Jendral ini tidak apa apa kalau kami tidak memakai penutup wajah?" Ucop Rafendra yang heran karena dia dan anggotanya malah disuruh pakai setelan hem dan celana panjang.
"Tidak apa apa, ini sudah sesuai dengan apa yang pak presiden suruh, ayo kita berangkat sudah waktunya" Ajak Jendral Herman kepeda mereka. Sherly yang mendengar itu hanya mengangguk saja.
"Oh iya Leon dan Siti kalian jaga rumah dulu" Perintah Jendral Herman kepada Leon dan Siti sontak mereka berdua mengangguk mengiyakan perintah dari Jendral mereka.
Jendral Herman dan Rafendra dan anggotanya berjalan beriringan ke istana negara yang cuma berjarak sepuluh menit jalan kaki kalau dari rumah dinas Jendral.
Sherly yang sejak dari tadi diam saja dilihat oleh Ahmad dan tanpa menunggu aba - aba Ahmad langsung melenggang tangannya agar tidak panik. Sherly yang menyadari itu kemudian tersenyum karena kepekaan Ahmad kepadanya.
Setelah berjalan kurang lebih sepuluh menit mereka sampai di istana negara. Di dalam istana mereka disambut oleh staf kepresidenan dan diarahkan langsung menuju ke ruang rapat istana negara.
Didalam ruang rapat masih kosong karena pak presiden masih bersiap siap, setelah sampai diruang rapat mereka pun duduk berjejer dengan Jendral Herman duduk paling dekat dengan tempat duduk pak presiden dilanjut Rafendra dan teman temannya.
Selang beberpa menit Pak presiden masuk keruang rapat bersama seseorang di sampingnya. "Oh kalian sudah sampai disini ya" Ucap Pak Presiden melihat Rafendra dan Teman temennya.
Rafendra dan teman temannya kemudian berdiri dan memberikan hormat kepada pak presiden, "Silahkan kalian duduk kembali" Suruh pak presiden kepada Rafendra dan keempat temannya itu.
Setalah duduk pak presiden mengenalkan orang yang tadi berjalan masuk ke bersama pak presiden, "Kenalkan ini Pak Subroto pemimpin perusahaan Subroto dan seharusnya kalian berempat sudah pernah bertemu dengan dia bukan?" Ucap Pak Presiden kepada Rafendra dan anggotanya.
"Benar Pak" Ucap Rafendra dengan nada tegas. "Oh jadi ini ya sosok dibalik Shadow Tim yang waktu itu menolong putriku" Ucap Subroto sambil memandangi Rafendra.
"Benar Pak, Perkenalkan saya Rafendra Wijaya Kusuma alis Crow selaku kapten dari Tim Shadow" Ucap Rafendra membenarkan ucapan Pak Subroto.
"Ternyata kamu benar benar tampan dan gagah ya, oh iya saya memanggil kamu Pak atau bagaimana ini?" Tanya Subroto kepada Rafendra.
"Panggil saja saya Rafendra Pak, kalau di panggil Pak saya tidak setia itu" Sahut Rafendra memberikan solusi atas pertanyaa Subroto. Sontak kata - kata Rafendra itu membuat ketiga sahabatnya itu menahan tawa.
"Baik baik Rafendra salam kenal dan saya ucapkan terimakasih berkatmu saya tidak kehilangan putri saya" Ucap Subroto berterimakasih kepada Rafendra.
"Sama sama Pak itu semua sudah menjadi tanggungjawab dan tugas saya sebagai kapten dari Tim Shadow ketika menjalankan tugas atau misi" Sahut Rafendra berbicara ke Subroto.
Subroto yang mendengar itu sangat salut dengan sikap rendah hati dari Rafendra yang tidak membanggakan jabatannya itu. Pak Presiden dan Jendral Herman yang melihat itu hanya tersenyum.
"Baiklah kita mulai pembahasan untuk Shadow Tim kedepannya" Ucap Pak Presiden memotong pembicaraan Subroto dan Rafendra. Sontak membuat ruangan itu manjadi fokus kembali.
"Susah dengan informasi yang kalian Terima dari Jendral Herman saya akan jelaskan detailnya" Ucap Pak Presiden kepada Rafendra dan anggotanya serta Sherly.
"Untuk tugas ini merupakan permintaan dari Pak Subroto sendiri kepada staf kepresidenan untuk meminta kalian berempat untuk bergabung dengan perusahaannya" Penjelasan Pak Presiden kepada Rafendra.
"Untuk posisi kalian sudah dijelaskan lewat file yang dikirimkan oleh Jendral kalian kemarin dan sudah termasuk kerjaan untuk Sherly" Lanjut penjelasan Pak Presiden.
"Khusus kamu Rafendra dan tidak ada penolakan, kamu akan mendapat tugas tambahan untuk menjaga dan mengawasi putri dari Pak Subroto ini" Ucap Pak Presiden kembali.
Rafendra yang mendengar itu hanya mengangguk karena dia sudah mendapatkan informasi terlebih dahulu kemarin. Sedangkan Sherly yang mendengar itu pun bahagia karena dia tidak sia sia datang ke ibukota.
"Selain itu kalian juga akan mendapatkan tugas untuk menjaga Perusahaan Cabang dari perusahaan Subroto yang bergerak di bidang interior dan manufaktur dan membuat seminimalisir mungkin ancaman yang datang" Ucap Pak Presiden.
"Apa kalian mengerti?" Tanya Pak presiden kepada Rafendra dan Timnya. "Baik Pak kami mengerti" Sahut ke empat empatnya.
"Baiklah, Pak Subroto kemungkinan mereka berlima akan masuk ke perusahaan bapak besok pagi sesuai posisi yang bapak tawarkan kemarin" Penjelasan Pak presiden kepada Pak Subroto.
"Baik Pak terimakasih banyak atas persetujuan dan bantuannya" Ucap Pak Subroto kepada Pak presiden. "Dan saya titip Pak untuk kedepannya untuk Tim ini kepada bapak karena masa jabatan saya sudah hampir selesai kemungkinan Shadow Tim akan di non aktifkan" Sahut kembali dan menitipkan Rafendra dan anggota kepada Pak Subroto.
"Maaf Pak, apakah benar kalau Shadow Tim di Non aktifkan" Ucap Rafendra yang masih penasaran dengan ucapan Pak Presiden.
"Benar karena masa jabatan ku sudah hampir habis kalian semua akan di Non aktifkan sementara waktu dari pasukan khusus untuk melindungi eksistensi pasukan ini dari pihak luar" Penjelasan Pak Presiden kepada Rafendra.
"Dan satu hal yang harus kalian ketahui, Shadow Tim akan mulai beroperasi kembali jika negara membutuhkan bantuan kalian dan selama itu saya harap kalian bisa menjalani kehidupan yang selayaknya" Lanjut penjelasan Pak presiden kepada Rafendra dan ke empat sahabatnya itu.
"Untuk masalah akomodasi dan bonus kalian selama aktif di Tim ini sudah di transferkan ke rekening kalian masing - masing gunakan itu semua untuk keperluan hidup kalian nanti, dan selanjutnya kalian akan mendapatkan gaji dari Perusahaan Subroto" Ucap Pak Presiden menjelaskan kembali ke Rafendra.
Rafendra yang mendengar itu pun hanya terdiam, karena sesuai dengan perkataan Jendral mereka bahwa Pak Presiden ingin mereka yang ada di Tim Shadow mempunyai kehidupan yang layak.
Setelah rapat yang berlangsung kurang lebih dari dua jam itu akhirnya selesai dan Pak Subroto meninggalkan ruangan rapat bersama Pak presiden dan Rafendra, Ahmad, Zaki, Fikti dan Sherly berjalan kembali ke rumah dinas Jendral.