NovelToon NovelToon
Benci Jadi Cinta

Benci Jadi Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: arsifa nur zahra u

naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21 * malam yang hanya milik kita *

Langit malam di atas kota seperti kanvas yang dilukis pelan-pelan. Lampu-lampu jalan berpendar lembut, menciptakan siluet sempurna dari balkon kamar hotel tempat Raka membawaku malam ini.

Bukan tempat mewah berlebihan, tapi cukup eksklusif untuk membuatku merasa seperti satu-satunya orang di dunia.

"Aku pengen malam ini jadi milik kita sepenuhnya," ucap Raka saat membuka pintu, tangannya menggenggam jemariku erat.

Aku mengangguk, masih sedikit gugup, tapi tak ingin mundur.

Kami berdua duduk di sofa panjang dekat jendela besar. Raka membuka wine merah, menuangkannya ke dua gelas, lalu menyerahkan satu padaku.

“To healing , dan untuk kita,” katanya sambil menyentuh gelasku dengan lembut.

“To us,” jawabku, menatap matanya yang malam itu terlihat lebih dalam, lebih hangat, lebih... menginginkan.

Beberapa menit hanya diisi percakapan ringan. Tawa kecil sentuhan singkat di tangan dan keheningan yang terasa lebih berarti dari seribu kata.

Lalu tiba-tiba Raka berdiri, melangkah ke arahku, dan berlutut di depanku. Tangannya menyentuh pipiku, dan jari-jarinya menyisir rambutku ke belakang dengan lembut.

“Aku suka kamu kayak gini, Nay. Santai nggak harus mikirin kerjaan, gak harus jaga sikap. Cuma kamu... yang nyata.”

Aku tersenyum kecil, hatiku berdebar hebat. “Aku juga suka kamu yang kayak gini. Bukan bosku. Bukan atasan. Cuma... Raka.”

Dia mencium keningku, lama. Lalu turun ke pipi, dan berhenti beberapa senti dari bibirku. Nafas kami saling bertabrakan hangat , menegangkan dan manis.

“Kalau aku cium kamu sekarang, kamu bakal marah?” bisiknya.

Aku menggeleng pelan. “Coba aja dulu.”

Dan ciuman itu pun datang.

Tak terburu-buru lembut , dalam seolah kami berdua menyimpan rasa yang terlalu lama terpendam, dan malam ini adalah waktu untuk membiarkannya bebas.

Ciuman itu berubah makin intens saat Raka menarikku ke pangkuannya. Tubuhku melekat pada tubuhnya, dan tangannya menyusuri punggungku, pelan tapi mantap. Aku membalas, menarik kerah kemejanya, membiarkan jarak antara kami benar-benar lenyap.

Rasa panas menyebar dari kulit ke dada, dari napas ke napas. Dan ketika tangannya menyentuh pinggangku, menarikku lebih dekat, aku tak lagi peduli pada apapun.

Dia membawaku ke tempat tidur perlahan. Dengan gerakan lembut namun penuh hasrat, dia melepas satu per satu penghalang di antara kami. Dan aku membiarkan dia melihat sisi diriku yang paling rentan.

Tapi bukan hanya tubuh yang kami buka malam itu.

Di sela-sela napas yang tersengal dan kecupan yang tak habis-habis, kami juga membuka isi hati.

“Aku takut jatuh cinta sama kamu di awal,” kataku lirih.

Dia tersenyum, membelai pipiku. “Aku udah jatuh dari lama. Tapi aku tahan Karena aku takut gak bisa profesional. Tapi nyatanya, perasaan ini gak bisa dikubur.”

Aku memejamkan mata, membiarkan rasa itu menyapu seluruh diriku. “Malam ini... aku milik kamu, Rak.”

“Dan kamu... selalu jadi milik aku.”

Malam itu kami menyatu. Bukan sekadar dalam arti fisik, tapi juga emosi. Setiap sentuhan, setiap bisikan, seolah menegaskan bahwa luka, rindu, dan ketegangan yang pernah ada akhirnya menemukan tempat pulang.

Tak ada kantor , tak ada orang lain. Hanya kami berdua dalam pelukan dan dalam rasa yang tak lagi bisa disangkal.

Dan saat semuanya reda, aku menyandarkan kepala di dadanya. Jantungnya berdetak pelan, tenang.

“Kamu nyadar gak?” tanyaku pelan.

“Apa?”

“Kita tuh bener-bener benci banget dulu.”

Dia tertawa kecil, membelai rambutku. “Dan sekarang kita bener-bener saling punya.”

Aku ikut tertawa. “Semesta tuh aneh ya.”

“Enggak, dia cuman suka kasih plot twist.”

Kami terdiam beberapa saat. Hanya ada napas yang perlahan kembali normal, dan suara lembut dari lagu jazz di speaker.

“Aku mau kamu tahu satu hal,” kata Raka kemudian. “Aku gak cuma suka kamu di waktu santai atau pas kita mesra kayak gini. Aku suka kamu yang keras kepala, yang perfeksionis, yang kalau marah bisa diem tiga jam. Aku suka semua versimu.”

Aku tersenyum, menahan haru. “Dan aku suka kamu yang nyebelin, bossy, tapi tau caranya bikin aku ngerasa aman.”

Dia mengecup keningku sekali lagi lama dan dalam.

Malam itu, kami tidur dalam pelukan. Gak ada alarm, gak ada tekanan. Hanya rasa hangat yang membungkus kami berdua. Dan mungkin, untuk pertama kalinya dalam hidupku… aku gak takut bangun besok pagi.

Karena aku tahu, aku gak sendirian lagi.

*

Suara deburan ombak dari speaker kamar hotel menjadi satu-satunya latar saat aku perlahan membuka mata. Tirai balkon masih sedikit terbuka, menampilkan langit fajar yang mulai memerah di kejauhan. Tapi bukan itu yang pertama kali menarik perhatianku.

Raka masih di sebelahku.

Terlelap dengan lengan melingkar di pinggangku, napasnya teratur dan tenang. Rambutnya sedikit acak-acakan, dan bahkan dalam tidur pun wajahnya terlihat... damai. Tidak seperti sosok tegas dan penuh tuntutan di kantor. Ini Raka versi paling jujur, paling manusiawi.

Aku menyentuh pipinya pelan, mengingat kembali semua yang terjadi malam tadi. Bagaimana kami membuka diri, menanggalkan semua topeng, dan memilih percaya satu sama lain.

Untuk pertama kalinya sejak aku mengenal Raka, aku merasa seperti benar-benar dilihat, dipahami, dan... dicintai.

Aku menggeliat pelan, mencoba bangkit tanpa membangunkannya. Tapi ternyata, tangannya malah menarikku lebih dekat.

“Mau kabur ke mana?” gumamnya, masih setengah mengantuk.

Aku terkekeh kecil. “Nggak kabur, cuma mau ambil air putih.”

“Mmm... nanti aja. Lima menit lagi di sini, ya?” bisiknya sambil mengecup pundakku lembut.

Jantungku langsung melonjak lagi. Ada yang luar biasa tentang cara dia menyentuhku—bukan sekadar hasrat, tapi kelembutan yang membuatku merasa disayangi sepenuhnya.

“Aku nggak pernah nyangka,” ucapku pelan sambil menatapnya, “kalau orang yang dulu pengen aku racunin di ruang meeting... ternyata bisa bikin aku ngerasa kayak gini.”

Raka tertawa kecil. “Kalau waktu bisa diulang, aku pengen ketemu kamu bukan sebagai atasan. Tapi sebagai cowok biasa di kedai kopi, yang jatuh cinta ke cewek keras kepala dengan mata paling tajam yang pernah aku lihat.”

Aku mencubit perutnya. “Gombal pagi-pagi.”

“Serius,” katanya sambil menarikku lagi hingga wajah kami berhadapan. “Malam tadi itu... bukan cuma tentang kita tidur bareng, Nay. Itu lebih dari itu.”

Aku menatap matanya. Ada kesungguhan di sana yang tak pernah kulihat sebelumnya.

“Kamu nggak nyesel?” tanyaku hati-hati.

Raka menggeleng pelan. “Nggak. Justru ini pertama kalinya aku ngerasa bener.”

Dia mengusap rambutku, lalu duduk, menyandarkan punggung di kepala ranjang. Tangannya meraihku agar ikut bersandar di dadanya.

“Mulai sekarang, mungkin semuanya gak akan mudah. Kantor, proyek, dan gosip. Tapi aku gak mau lagi pura-pura gak ada rasa.”

Aku diam sejenak. Berat, tapi hangat. Aku tahu dia benar. Dunia luar mungkin gak seindah kamar ini. Tapi selama kami saling terbuka, aku gak takut lagi.

“Aku juga gak mau sembunyi,” bisikku. “Tapi satu hal yang pasti... aku gak akan kehilangan diriku sendiri dalam hubungan ini.”

Raka mencium ubun-ubunku. “Dan aku akan pastikan kamu gak perlu. Karena aku jatuh cinta sama Naya yang sepenuhnya.”

Kalimat itu menusuk tepat ke dadaku. Jelas, tenang, dan penuh makna. Hatiku rasanya seperti meleleh.

*

Beberapa jam kemudian, kami keluar dari hotel, tampak biasa di mata dunia. Tapi hanya kami yang tahu kalau segalanya sudah berbeda.

Di perjalanan pulang, kami berhenti di coffee shop kecil yang tersembunyi di pojok kota. Tempatnya tidak ramai, dengan interior kayu dan tanaman hijau di setiap sudut. Raka menarikku duduk di meja dekat jendela.

“Aku punya satu pertanyaan penting,” katanya tiba-tiba sambil menyodorkan roti croissant ke arahku.

Aku menatapnya curiga. “Apa?”

“Kalau suatu hari... aku bukan atasan kamu lagi. Dan kamu harus pilih aku atau karier kamu... kamu pilih yang mana?”

Aku mengerutkan alis. “Itu jebakan.”

Dia tertawa. “Enggak, serius. Aku pengen tahu aja.”

Aku berpikir sebentar. “Kalau kamu bener-bener cinta aku... kamu gak akan bikin aku milih.”

Raka terdiam. Matanya menatapku lama. Lalu dia mengangguk pelan. “Jawaban paling tepat yang pernah aku denger.”

Kami duduk lebih lama di sana, membicarakan hal-hal kecil impian ketakutan. Hal-hal yang selama ini kami kubur karena status dan kesibukan.

Tapi momen paling tak terlupakan adalah saat kami kembali ke mobil, dan sebelum masuk, dia menahanku. Di pinggir jalan di bawah pohon dengan daun-daun yang rontok tertiup angin.

Dia memelukku dari belakang. “Aku pengen terus kayak gini sama kamu.”

Aku tersenyum, menyentuh tangannya yang melingkari pinggangku. “Kita akan terus kayak gini. Selama kita jujur dan saling jaga.”

Dan di tengah riuh dunia, kami menciptakan ruang kecil untuk cinta kami sendiri. Sederhana, tapi nyata.

Malam tadi bukan akhir dari konflik. Tapi itu awal dari rasa yang tumbuh dari benci, berubah jadi cinta, dan berkembang jadi sesuatu yang tak bisa dibohongi.

Kami mungkin masih akan berdebat. Mungkin akan kembali menyebalkan satu sama lain. Tapi aku tahu satu hal pasti di balik semua itu, ada Raka yang akan tetap memilihku, dan aku yang akan tetap memilih dia.

*

1
putrie_07
mantap pollll.....
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
putrie_07
akhirnya /Proud//Proud//Proud//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
kantor Thor... BKN kantot😁😁😁🤭
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩
As'asri Mbu'a Bayu: /Facepalm/wkwk
total 1 replies
putrie_07
knp sih g MW😬😬😬
putrie_07
/Chuckle/
putrie_07
sabar y cint btuh pejuangann😭😭😭
putrie_07
/Smug/
putrie_07
/Grievance//Grievance//Grievance//Grievance//Grievance/
putrie_07
/Smile//Smile//Smile/
putrie_07
masa lalu tp terkdan kita teringat masa lalu. betul ap btul/Grin//Grin/
putrie_07
asykk/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
qiu qiu/Joyful//Joyful//Joyful/
putrie_07
ud mulai deh jatuh cinta /Sly/
putrie_07
/Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
mecom...😊
yeqi_378
Cocok buat semua.
Sena Kobayakawa
Jangan tinggalin aku kaya gini thor, aku butuh kelanjutannya 😭
Lửa
Dahsyat, author kita hebat banget bikin cerita yang fresh!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!