Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.
Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.
Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.
Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?
*
Ig: aca0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Sena mengerjapkan mata menyesuaikan dengan pencahayaan dalam ruangan serba putih itu.
"Sayang, kau sudah bangun?" Tanya Evelyn lembut, dia menekan tombol di dekat ranjang dan memanggil dokter untuk segera datang kemari.
"A-aku dimana?" Tanya Sena, suaranya serak, tenggorokannya agak sakit. Dalam hati mulai bertanya-tanya siapa wanita cantik ini, lalu saat ingat saat ini ia sudah menempati tubuh Siena dia langsung terduduk. Matanya menatap Evelyn lekat.
Ibu mertuanya. Pasti wanita paruh baya ini adalah ibu dari Erlan.
"Ya ampun sayang, jangan banyak gerak dulu."Evelyn Kembali meminta Sena untuk kembali berbaring.
Tak lama kemudian dokter masuk. Melakukan serangkaian cek medis kemudian mengatakan pada Evelyn dan Sena kalau Sena hanya perlu banyak istirahat dan sudah boleh pulang besok.
"Kalau begitu saya permisi, nyonya." Kata dokter.
Setelah dokter itu pergi, Sena mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Sena merasa lega dan bersyukur tidak menemukan Erlan disana.
"Erlan masih di kantor, kalau dia sudah pulang akan langsung kesini," kata Evelyn sedih, mengira kalau arti tatapan Sena sedih karena tidak ada Erlan di sisinya saat bangun.
"Nggak apa-apa ma. Aku mau lanjut tidur, boleh?"
"Boleh dong sayang. Kamu istirahat ya, biar mom yang jaga. Tapi, ngomong-ngomong kok sekarang kamu manggilnya mama?" Tanya Evelyn keheranan.
Duh, Sena mana tahu kalau Erlan memanggil ibunya dengan sebutan mom. Sena meringis dalam hati, lalu dengan cepat memasang wajah sedih, "maaf mom, aku hanya rindu sama mama."
Semoga kali ini benar Siena memanggil ibunya dengan mama kalau tidak Evelyn akan curiga dan menyelidikinya. Lalu saat tahu kalau Sena sebenarnya bukan menantunya, tamat riwayatnya.
"Yaudah, nanti kamu ajak Erlan kesana."
Sena menghembuskan nafas lega. Bersyukur ia tidak salah. Tapi, soal Erlan, pria itu mendadak membuat Sena menjadi kesal sekaligus takut. Kemudian, wanita bernama Cindy itu nampaknya ingin bermain-main dengannya.
Jika dulu aku kalah dari orang-orang yang menindas ku karena tidak ada yang membela, maka kali ini kupastikan akan membuat menyesal siapapun yang berniat menindas.
Sena tidak perlu takut karena punya pendukung kuat seperti Evelyn juga ayah mertuanya.
Tapi, sepertinya akan lebih baik kalau ia bercerai dari Erlan. Sena mulai mempertimbangkan dalam hati langkah ke depannya. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini untuk sesuatu yang tidak berguna, seperti mengejar Erlan atau mempertahankan pernikahan terpaksa ini. Semua itu sungguh sia-sia.
...°°°...
Hari ini Sena sudah boleh pulang, Erlan juga datang menjemputnya meskipun dengan wajah datar. Sena yakin sekali pria itu tidak akan mau datang jika tidak dipaksa oleh ibunya.
Sena duduk di samping kemudi dengan canggung. Ia tidak berani melirik ke samping, dimana Erlan sedang duduk dengan wajah dingin. Aura yang dikeluarkan pria itu sangat mencekam, Sena bergidik ngeri.
" Keluar!" Kata Erlan dingin.
"Eh!" Sena tersentak kaget, melihat sekelilingnya, mereka sudah sampai di mansion keluarga Harrison.
Erlan membanting keras pintu mobil lantas masuk kedalam tanpa menunggu Sena.
"Buset dah, nggak bisa santai apa?" Gerutu Sena menyusul keluar. Sepertinya ia harus secepatnya bercerai dengan pria modelan Erlan.
"Duduk!" Perintah Erlan saat Sena melewati ruang tamu hendak pergi ke kamar.
Sena duduk dengan kaku di depan Erlan, meremas ujung bajunya dan mengedarkan netra nya ke manapun asalkan tidak bertemu dengan netra hitam tajam Erlan.
Duuhh! Sebenarnya apa yang di sukai Siena dari om-om galak kayak dia? Ganteng sih, tapi sifatnya- Sena menggelengkan kepalanya cepat, tak habis pikir dengan selera aneh Siena.
Erlan yang sedang mengamati Sena mengerutkan dahinya, agak aneh dengan Siena yang berubah menjadi pendiam. Atau ini hanya akal-akalan Siena saja untuk menarik perhatiannya? Ya, pasti begitu.
"Ekhm..."Erlan berdehem meminta atensi Sena yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Kenapa om?" Wajar saja Sena memanggilnya om karena kan ia masih SMA dan Erlan sudah hampir berusia dua puluh sembilan tahun ini, kalau tidak salah begitu dari artikel yang tak sengaja Sena baca.
"Om? Kamu memanggil saya om?"Erlan menggeram tidak suka.
"Ehhh - maksudku Erlan, ya, ya begitu..."Sena cengengesan sambil menggaruk hidungnya yang tidak gatal.
Erlan mengangkat sebelah alisnya, semakin heran dengan tingkah laku Siena. Biasanya Siena akan memanggilnya sayang, menggoda nya dan yang paling Erlan benci adalah saat Siena sudah mengganggu Cindy, wanita yang ia cintai.
"Terserah." Erlan berdiri, tiba-tiba suasana hatinya buruk. Dia pergi ke ruangan kerja tanpa mempedulikan Siena yang melongo di tempat.
" Selain akhlak minus, dia juga orang aneh. Ya ampun sen, kok bisa-bisanya suka sama cowok kayak gitu." Karena Erlan sudah pergi, Sena melanjutkan me-roasting Erlan dengan suara keras.
Selepas kepergian Erlan, Sena pergi ke kamarnya dan mengambil buku kosong yang tak sengaja ia temukan dalam laci meja rias. Ia akan mencatat beberapa rencana bertahan hidup.
Pertama jika ingin hidup enak, nyaman dan tentram ia harus menjauhi wanita bernama Cindy. Tapi, kan wanita itu sudah memfitnah nya dan menyebabkan ia masuk rumah sakit. Sena akan membalas perbuatan Cindy di kemudian hari. Ratu drama harus di lawan dengan drama.
Kedua, mungkin Sena harus secepatnya mengajukan gugatan cerai setelah menguras harta Erlan. Sena menopang dagunya dengan tangan, keluarga Calliope juga tidak kalah kaya jadi tidak perlu memikirkan itu. Saat ini juga Sena bisa melakukannya.
" Aku harus mengunjungi kedua orang tua Siena untuk melihat bagaimana perlakuan mereka, apakah menyayangi Siena atau malah sebaliknya." Sena menutup buku, menyimpan kembali ke dalam laci, ia akan bersiap-siap dan pergi ke kediaman keluarga Calliope.
Sena bergidik ngeri melihat semua baju-baju mewah milik Siena. Siena seperti nya sangat suka memakai baju seksi dan kurang bahan. Sena mengeluarkan semua baju tidak layak pakai, memotretnya satu persatu. ia akan menjualnya.
Setelah mengeluarkan pakaian kurang bahan itu, hanya tersisa beberapa pakaian layak pakai, meskipun bukan selera Sena ia terpaksa memakainya untuk saat ini.
" Aku harus membeli banyak pakaian setelah pulang dari rumah orang tua Siena," gumam Sena lantas keluar dari kamar.
" Erlan kemana bi?" Tanya Sena kepada salah satu pelayan yang kebetulan lewat di depannya.
"Tuan sudah berangkat ke kantor, Nya." Pelayan menjawab dengan kepala tertunduk.
"Benar-benar suami kurang ajar. Istrinya baru sembuh, eh dia malah pergi ke kantor bukannya nemanin di rumah." Gerutu Sena, tentu ia hanya berani berkata demikian jika Erlan tidak ada di dekat nya dan tidak bisa mendengar setiap makian dan gerutuan yang keluar dari mulutnya.
[ Aku akan ke rumah orang tuaku, mungkin akan menginap beberapa hari disana.]
Setelah mengirimkan pesan tersebut, Sena mematikan ponselnya tanpa menunggu balasan dari Erlan.
" Pak Bagas tolong antarkan ke rumah orangtuaku," kata Sena pada supir keluarga Harrison.
" Baik nyonya." Bagas pria empat puluh tahunan itu membukakan pintu dan mempersilahkan Sena masuk.
" Terimakasih pak."
Bagas menggosok matanya tidak percaya, sejak kapan Siena mau bersikap ramah kepada bawahan sepertinya? Nyonya nya itu juga tersenyum, padahal biasanya tidak pernah ia lakukan.
"Kenapa bengong pak?"tanya Siena heran, menurunkan sedikit kaca mobil.
"Maaf Nya, kita jalan sekarang."
Buru-buru Bagas naik dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Takut siena akan marah.