Sheina harus menelan pil pahit karena laki-laki yang dibencinya dari SMA tiba-tiba menuduhnya sebagai wanita malam, dan membuatnya kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Tak cukup sampai di situ, Sheina juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah hamil tanpa suami.
Akankah laki-laki itu bisa meluluhkan hati Sheina yang sudah terlanjur membatu, demi anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TGM Bab 12
Bara baru saja sampai di kantornya. Ia langsung menghubungi Gery untuk menanyakan informasi mengenai Sheina.
"Ya ampun, urusan sama kamu seribet ini. Nggak sabaran banget sih jadi orang." Gery menarik kursi untuk duduk di hadapan Bara.
"Gimana? Bayarannya mahal loh, jadi ya harus sesuai dong."
"Aku nggak minta tolong bokap, tapi tadi malam aku suruh orang buat selidiki Sheina. Dari info yang mereka dapat, Sheina udah pernah nikah dan suaminya ngilang entah ke mana pas Sheina udah hamil."
"Kalau kamu mau sabar nunggu, nanti malam kita akan dapat gambar lengkapnya. Gabriel itu anaknya Sheina, bukan cowoknya. Nah, bosnya si Devan ini yang ngebantu mereka sejak awal."
"Apa Sheina beneran suka sama Devan? Atau jangan-jangan Gabriel itu anaknya Sheina sama Devan?"
"Nah itu masih dicari tau, kamunya nggak sabaran. Infonya nggak lengkap deh," oceh Gery yang mulai kesal.
"Apa jangan-jangan anak itu anakku sama Sheina? Tapi, aku cuma sekali melakukannya, tidak mungkin 'kan sekali tembak langsung melendung?" batin Bara.
"Udah nggak usah dipikirin. Tunggu info nanti malam aja. Sekarang mending kamu kerja, biar laporan ke papamu jadi mudah." Gerry berdiri, lalu ia meningglkan ruangan Bara.
Bara masih memikirkan kemungkinan Sheina hamil anaknya. Jika memang hamil, kenapa Sheia tidak meminta pertanggung jawabannya. Apa keluarganya pernah menolaknya?
Bara tidak bisa berkonsentrasi. Ia terus memikirkan Sheina dan anaknya. Bara mengacak rambutnya, frustrasi. Ia benar-benar tidak sabar dan ingin bertanya langsung pada Sheina.
Laki-laki itu akhirnya pergi ke kantor Davin. Jalanan yang macet saat makan siang begini menghambat waktunya untuk menemui Sheina. Ia baru saja sampai di perusahaan Davin saat jam makan siang hampir habis. Setelah membujuk dan meyakinkan Davin, akhirnya Bara berhasil menemukan ruangan Sheina.
Sheina baru saja selesai makan siang dan kembali ke ruangannya. Ia sangat terkejut melihat Bara.
"Kamu ngapain di sini? Tau dari mana aku kerja di sini?"
"Itu nggak penting Shein. Sekarang aku butuh jawaban kamu karena ini lebih penting. Apa hubungan kita malam itu membuat kamu hamil?"
Plak
Sheina menampar Bara dengan keras. Seharusnya dari awal ia melakukan ini. Ia bukan wanita yang lemah seperti dulu. Setelah menjadi ibu, Sheina berubah menjadi wanita yang kuat.
"Pertama, aku tanya sama kamu. Kamu siapa emangnya berani nanyain kehidupan pribadiku? Yang kedua. Aku nggak merasa punya hubungan apa pun sama kamu dan aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu. Yang ketiga. Aku nggak sudi nyimpen apa pun dari orang yang aku benci. Yang ke empat. Ini tempat kerja, aku nggak peduli kamu di sini mau apa, tapi kalau kamu ganggu aku lagi, aku akan suruh satpam buat nyeret kamu!" jawab Sheina dengan tegas.
Teman-teman satu timnya di bagian administrasi melihat kejadian Sheina menampar Bara. Tidak lama Sheina menelepon satpam untuk mengusir Bara, beruntung Davin melihat keributan itu dan membawa Bara ke ruangannya.
"Lo kenapa sih cari ribut sama dia? Untung Kak Devan nggak ada, kalau dia ada dan tau kamu bikin ribut sama Sheina, pasti kamu dilarang ke sini lagi."
"Gue penasaran sama anaknya Sheina," jawab Bara. Ia meneguk minuman soda yang disuguhkan Davin.
"Itu lagi. Kemarin di rumah juga ribut karena nenek nolak anaknya Sheina. Kata nenek itu anak haram yang nggak jelas bapaknya, makanya nenek ngga setuju Kak Devan nikahi Sheina."
"Apa? Sheina sama Devan ngga dapat restu? Terus anak Sheina?"
🥀🥀🥀
Jangan lupa ritualnya ya, biar aku makin semangat updatenya. Boleh follow ig aku di @ittaharuka kali aja ada mau kasih rekomen visualnya Shein 😅😅