Terjerat Cinta Duda Kece
Selamat membaca
Velia berjalan mengekori sang mama yang sedang sibuk mempersiapkan diri untuk acara pertemuan antar ibu-ibu sosialita.
"Boleh ya mah, plis!" Kata Velia memohon.
"I said no .. " Kata mama Velia tegas. Ia mengingat kejadian terakhir yang dibuat Velia hingga membuat suaminya uring-uringan.
"Please mah, Veli janji deh ga akan macam-macam." Bujuk gadis itu lagi.
"No Veli .. kamu mau papa kamu marah lagi sama kita? Terus uang belanja mama bakalan dipotong. Ih .. mama ga mau ya." Mama Velia bergidik ngeri membayangkan uang belanjanya akan di potong sang suami jika dirinya kedapatan membantu putrinya lagi.
Velia menghentakkan kakinya kesal. "Veli benci mama."
Ia langsung pergi meninggalkan mamanya yang hanya melirik lewat kaca di meja riasnya. Kemudian kembali sibuk menata rambutnya lagi.
"Huh .. kalo mama bantu kamu lagi bisa habis uang jatah bulanan mama Vel." Gumam nyonya Bianca, ibunda Velia.
Velia yang kesal terhadap mamanya, membanting pintu kamar dengan sangat keras hingga para pelayan yang berjumlah 10 orang yang sedang bekerja di lantai bawah terlonjak kaget.
"Ya ampun nona kalo lagi marah ngeri banget ya." Ujar salah seorang pelayan di rumah itu.
Semua yang ada dalam rumah itu tahu tabiat Velia jika sedang marah.
Saat ini gadis itu sedang dalam masa hukuman karena membuat bisnis yang bernilai miliaran rupiah harus kandas di tengah jalan. Mendadak kliennya membatalkan kerja samanya dengan alasan putrinya tak bersikap dengan baik kepada kliennya.
"Apa tuan Al Fares mau menemui kita?" tanya tuan Daniel pada asisten.
"Iya tuan, beliau bilang kita bisa menemuinya nanti siang pukul 2." Ujar asisten tuan Daniel.
"Sebenarnya apa yang Velia perbuat?" Kata tuan Daniel mendesah berat.
.
.
.
Di dalam kamarnya Velia yang terlanjur marah membuka lemari pakaiannya. Ia mengambil beberapa perhiasan dan jam tangan mahal miliknya. Ia mengeluarkan ransel besar miliknya dan mengisinya dengan beberapa lembar pakaian. Bahkan Velia mengambil ijazah dan akta lahir nya siapa tahu diperlukan nantinya.
Velia membulatkan tekad untuk kabur dari rumahnya. Bagaimanapun dia tak suka cara ayahnya memberinya hukuman.
Velia mematikan daya ponsel nya dan mengeluarkan SIM cardnya lalu memasang sim card baru. Lalu menyalin semua kontak yang ada di SIM lamanya. Berjaga-jaga jika nanti ia membutuhkan bantuan teman-temannya jadi ia tak perlu repot mencari nomor mereka.
Velia keluar dari kamarnya, lalu ia turun kebawah untuk mengisi tenaga sebelum melancarkan aksinya. Sembari makan Velia terus memikirkan kira-kira apa yang akan dilakukan dirinya selama masa kaburnya. Uang cash yang dia bawa hanya sekitar 10 juta. Ditambah uang yang dipinjam oleh sahabatnya, dan Velia sudah meminta sahabatnya untuk mengembalikannya secara Cash. Beruntung sahabatnya tau betul jika seperti itu artinya Velia sedang bermasalah.
Setelah selesai makan Velia naik lagi ke atas. Ia mengeluarkan peralatan Wall climbing miliknya. Ia mencari sudut yang tidak tertangkap CCTV rumahnya untuk menjalankan aksinya. Ia menunggu mamanya pergi terlebih dahulu.
"Veli, mama pergi dulu. Dan jangan buat kekacauan lagi." Ujar nyonya Bianca pada sang putri. Namun Velia enggan membuka pintu atau menyahut perkataan mamanya. Nyonya Bianca menghela nafas panjang. Putrinya benar-benar sulit di taklukkan.
Setelah mendengar deru mobil milik ibundanya, Velia berganti baju dan menggendong tas ranselnya yang sudah berisi persiapan kaburnya.
Velia menulis memo untuk kedua orangtuanya.
"Kalian sudah merebut hak asasi Velia. Jangan cari Velia. Velia butuh waktu sendiri." Tulis Velia di memo itu.
Velia mengunci pengait wall climbing nya di gantungan gorden kamar mandinya. Ia langsung meluncur turun tanpa kendala. Velia langsung berlari kearah jalan raya. Dan menyetop taksi. Ia harus segera menemui sahabatnya.
.
.
.
Tuan Daniel sudah tiba di perusahaan milik Rian. Hari ini Rian baru mau menemuinya setelah satu Minggu lamanya tak mau menjawab telepon darinya.
Rian sedang memikirkan hukuman apa yang pantas di dapatkan oleh gadis angkuh itu. Padahal Rian tak tau jika gadis itu sudah kabur dari rumah.
"Selamat siang tuan Daniel." Sapa Rian.
"Selamat siang tuan Rian. Senang bisa menjumpai anda." Ujar ayah Velia basa-basi.
"Ada keperluan apa anda menemui saya, tuan Daniel. Bukankah putri anda sudah membatalkan kerjasama antara perusahaan kita?" tanya Rian.
"Maafkan atas kelancangan putri saya tuan Rian. Apakah bisa jika kita memulai semuanya dari awal. Saya tidak ingin hubungan yang sudah terjalin baik harus putus hanya karena ulah putri saya." Kata Tuan Daniel lagi.
"Kalau begitu keinginan anda. Silahkan bawa putri anda kemari dan buat dia mengakui kesalahannya." Ujar Rian penuh dengan keangkuhan.
Tuan Daniel mengiyakan permintaan Rian. Bagaimanapun dia harus membawa putrinya menemui Rian untuk minta maaf.
"Baiklah besok saya akan kembali menemui anda dan membawa putri saya kemari." Ujar Tuan Daniel.
Kekayaan keluarga Velia memang tak terhingga, namun Daniel selalu memegang teguh prinsipnya. Hubungan yang sudah terjalin baik tidak boleh rusak hanya karena keangkuhan. Sikap putrinya benar-benar membuatnya kehilangan muka.
.
.
.
Sore hari nyonya Bianca pulang dari acara kumpul-kumpul sesama kaum sosialita. Ia menanyakan keberadaan putri semata wayangnya pada seorang pelayan.
"Bi, tadi lihat Velia turun ga?" tanya nyonya Bianca.
"Engga nyonya. Sehabis makan non Veli ga kelihatan keluar kamar." Jawab pembantu itu.
"Oh ya sudah bi, saya keatas dulu."
Bianca naik keatas ke kamar putri semata wayangnya. Ia harus membujuk gadis itu jika tidak bisa fatal akibatnya. Tanpa dia tau, penolakannya tadi pagi memang berujung fatal.
Tok .. tok .. tok
"Sayang, mama boleh masuk ga?" tanya Bianca sambil mengetuk pintu. Lama ia mengetuk sampai sekelebat pikiran buruk menghinggapi pikirannya. Dia menyentuh gagang pintu kamar putrinya dan mulai menariknya kebawah. Dan langsung terbuka. Wajah Bianca semakin memucat karena biasanya Putrinya jika marah akan mengurung diri dan mengunci kamarnya. Tapi kenapa sekarang pintunya tidak terkunci.
Bianca langsung mencari ke setiap sudut ruangan. Namun seketika matanya membelalak mendapati tali wall climbing milik putrinya tergantung di jendela. Tubuh Bianca seketika lemas. Ia berteriak memanggil pelayannya.
Para pelayan menunduk takut saat satu persatu ditanyai kapan terakhir kali mereka melihat Velia.
Bianca meraih telepon genggam miliknya. Ia segera menghubungi suaminya untuk mengabarkan kelakuan putrinya.
"Halo ma, ada apa?" tanya tuan Daniel saat ia dalam perjalanan kembali ke kantor.
"Pa, Veli kabur." Ujar nyonya Bianca sesenggukan.
"APA ...?" seru tuan Daniel.
Ia segera memerintahkan supir untuk putar haluan. Ia harus secepatnya menemukan keberadaan putrinya.
Visual tokoh
Velia Agatha Hartanto
Rian Al Fares
Zafrina Ayunda Ardana
Jangan lupa like, vote dan hadiahnya untuk Zafrina.. semoga karya ini melambung seperti Menikahi ibu susu baby Zafa ya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Nur Bahagia
🤩
2024-09-19
0
Nur Bahagia
cantikk.. sesuai ekspektasi 👍🤩
2024-09-19
0
Nur Bahagia
velia waktu muda bar2 dan nekatan 🤭
2024-09-19
0