NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kultivator

Cinta Dan Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: J.Kyora

Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Seisi ruangan terdiam, Nero merasa disudutkan dengan pernyataan Juno. Sangat jelas ia ingin mengambil kembali kekalahan Roland dan mengembalikan wajah klub, bagaimanapun kekalahan Roland oleh siswa yang bahkan bukan dari klub manapun adalah publikasi yang buruk.

"Maaf saya tidak akan melanjutkan diskusi ini," Nero yang telah menjadi jengah menarik tangan Nadia dan berjalan menuju pintu keluar.

Namun sebelum sampai di pintu Buja mengejar dan akan memegang Nero. Nadia segera menarik Nero ke belakangnya dan berdiri menghalangi Buja. Buja dan Nadia sama sama sabuk hitam, meskipun keduanya dari klub berbeda, namun kemampuan mereka lebih kurang sama.

"Kau tidak bisa pergi begitu saja sampah!" Wajah Buja merah padam berbicara kepada Nero yang berada dibelakang Nadia.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Nadia, "aku akan mewakili Nero untuk berduel denganmu, apa kamu menerima tantanganku?" tantang Nadia lagi, wajahnya membara karena marah.

"Nadia, kami tidak ada urusan denganmu, kami tidak melibatkan klub taekwondo dalam urusan ini," Mutsa berkata dari belakang.

"Nero, jika kau laki-laki, maka terima tantanganku diarena!" Buja berteriak marah.

Nero masih berdiri tenang di belakang Nadia.

"Bagaimana jika kamu kalah?" tanya Nero.

"Maka klub karate akan melepaskan mu dan tidak mempermasalahkan ini lebih lanjut," Juno yang menjawab di belakang.

"Nero!" Nadia berteriak, hal seperti kemaren terjadi lagi.

"Kamu harus percaya kepadaku Nadia, aku tidak akan melakukan sesuatu tanpa pertimbangan," bisik Nero menenangkan Nadia.

Nadia memejamkan matanya, ia berusaha menenangkan diri.

"Tetapi jika kamu kalah, kamu harus meminta maaf kepada klub dan mengumumkannya di seluruh sekolah," lanjut Juno, "satu lagi, karena kemaren kamu memenangkan 10 juta dari Roland, maka pertaruhkan itu, kamu kehilangan jika kalah dan mendapat 10 juta jika menang. Apa yang kamu katakan?."

"Aku terima tantanganmu," Nero menatap lurus kepada Buja.

"Hahaha... bagus sekali, bagus sekali!" Buja tertawa senang, "Aku akan menghajar mu bocah!" sesumbarnya.

...

Nadia dan Nero melangkah keluar dari ruangan itu, mereka hanya diam ketika berjalan berdampingan.

"Tiga hari lagi, aku masih bisa bersiap untuk duel itu ," gumam Nero.

"Nero, apakah kamu yakin? Buja adalah sabuk hitam Dan 2," jelas Nadia sangat khawatir.

"Tidak tahu sebelum aku mencoba, tapi yang jelas aku tidak melihat jalan mundur di sana, dan mereka akan terus mengganggu jika aku menolaknya," jawab Nero pasrah.

Nadia menggigit bibirnya, ia tidak tahu harus berkomentar apa, selalu saja ada masalah untuk Nero, lalu ia teringat sesuatu.

"Besok sabtu acara kemping sekolah, kamu jadi ikut bukan?" Nadia mengalihkan topik pada sesuatu yang baru saja diingatnya.

Setiap sekali sebulan, kelasnya akan melakukan kegiatan ekstrakurikuler seperti kemping, hiking atau wisata ke suatu tempat, dan kegiatan dilakukan mulai dar pagi sabtu sampai dengan minggu sore.

"Ya, tentu saja," Nero bersemangat. Ia suka kegiatan itu, tetapi bulan kemaren ia tidak ikut dengan suatu alasan, ketika itu saat ia masih dekat dengan Rizka, dan masuk kelompoknya yang menyebalkan itu.

...

Berita tentang duel antara Nero dan Buja merebak begitu cepat, hanya dua jam setelah perundingan itu, seluruh sekolah telah mengetahui kabar tersebut.

Melalui sosial media bahkan ada selebaran yang ditempel di dinding kantin dan tempat keramaian lainnya, dan pertandingan dilakukan tiga hari dari sekarang.

Club karate sengaja menyebarkan berita itu, kekalahan Roland sebelumnya mereka anggap telah menodai reputasi klub karate, dan dengan publisitas pertandingan kali ini, mereka berharap akan kembali mendapatkan kehormatan mereka.

"Kamu terkenal sekarang," sindir Nadia disela suara riak air danau, di tangannya sebuah selebaran yang disebarkan dojo karate.

"Biarkan saja, mereka akan tahu mana yang baik untuk mereka," cibir Nero.

"Apakah kamu memang sepercaya diri itu?" ucap Nadia keheranan, wajahnya kembali menjadi kesal.

"Seandainya kalah, aku hanya akan meminta maaf," jawab Nero asal.

"Lalu bagaimana kalau kamu minta maaf saja sekarang, sebelum kamu dipatahkan oleh Buja!" Nadia bicara dengan giginya dirapatkan. Ia berdiri dari bangku dan menatap Nero tajam.

Nero geli melihat ekspresi Nadia, dia tertawa kecil, ia terharu dengan sikap Nadia yang selalu berusaha melindunginya.

"Baiklah, bagaimana jika begini.... pukul aku, jika kamu bisa mengenai ku sekali saja, aku akan meminta maaf sekarang kepada mereka," tantang Nero. Ia memandang wajah Nadia lekat-lekat.

"Oh.. serius?" jawab Nadia. Ia tidak yakin, tapi sepertinya tertarik.

"Huuh... kamu juga boleh gunakan kakimu," tambah Nero, ia tahu Nadia lebih jago menendang dari pada memukul, karena taekwondo menggunakan gerakan kaki.

Mata Nadia berbinar, "Ayo ke dojo, aku mau melihat kemampuanmu," ajak Nadia bersemangat.

"Ramai orang disana, lagipula ada pacarmu di situ," elak Nero.

"Tidak, hari ini tidak ada kegiatan, di sana paling pun yang ada hanya beberapa orang saja," jelas Nadia meyakinkan, ia menarik lengan baju Nero. "Ayo ... ikut aku," desak Nadia.

"Baiklah...," akhirnya Nero menyerah.

Setelah memohon kepada penjaga aula taekwondo, Nadia akhirnya diizinkan membawa Nero masuk keruangan, dengan sarat ia hanya boleh satu jam berada di dalam, karena satu jam dari sekarang ada kelas. Dengan gembira Nadia masuk ke dalam ruangan dojo.

Hanya ada empat orang yang sedang berlatih di dalam ruangan. Nero mengamati, lantai yang seluruhnya dilapisi matras berwarna biru, lalu di sisi ruangan dekat jendela berderet beberapa samsak besar, di dinding banyak poster-poster atlit terkenal taekwondo.

Nadia memberikan satu set baju latihan kepada Nero, Nero mengambilnya dan mengganti pakaiannya di ruang ganti.

Satu orang laki-laki muda dan seorang gadis remaja saling berhadapan, Nero memakai pelindung warna biru, Nadia memilih yang merah.

"Gunakan seluruh kemampuanmu," pinta Nero.

Nadia tertawa, "Jangan salahkan aku kalau kamu patah tulang."

Dengan setengah hati, Nadia mengayunkan tendangan teknik dasar ke arah Nero, Nero dengan mudah menghindarinya. Nadia menendang beberapa kali lagi, masih menggunakan teknik dasar, Nero bahkan hanya menggeser sedikit tubuhnya menghindari.

"Ayo lah, yang serius!" pinta Nero.

Menyadari semua serangannya tidak ada yang mengenai Nero, Nadia mulai dengan sikap serius. Dengan gerakan cepat tiga tendangan berturut turut dilancarkan Nadia, Nero masih dengan mudah menghindarinya.

Nadia mulai benar benar penasaran, lalu dengan sungguh sungguh ia menyerang, kali ini kombinasi serangan dengan teknik tinggi, namun tetap saja tidak satupun yang mengenai tubuh Nero.

Nero diam diam takjub dengan kecepatan menghindarnya sekarang, latihan kemaren di ruang dimensi benar-benar membuat kemajuannya sangat signifikan, bahkan ia bisa mengelakkan serangan dari petarung Dan 2 hampir tanpa kesulitan, namun dibandingkan dengan Eona, ia seperti seekor semut melawan dinosaurus.

"Apa kamu hanya bisa menghindar?" Nadia terengah-engah, wajahnya berubah jelek, ia kesal Nero hanya menghindari serangannya.

"Maksudmu aku boleh membalas?" tanya Nero.

"Giliranmu menyerang," tantang Nadia.

"Serius?" Nero tertawa.

"Ayo ... aku serius," Nadia memasang kuda-kuda bersiap menanti serangan Nero.

"Baiklah... aku akan lembut padamu," ejek Nero.

"Tidak perlu, kamu sungguh-sungguh saja, aku mau tahu kemampuanmu," tantang Nadia lagi, ia benar-benar sangat penasaran.

Nero tersenyum, lalu dengan satu gerakan cepat ia melakukan tendangan lurus kesamping tubuh Nadia, Nero sengaja untuk tidak mengenainya, namun Nadia sangat terkejut dengan kecepatan serangan itu dan menggeser tubuhnya kesamping, belum hilang keterkejutannya sebuah tinju telah berada tepat di wajahnya, tinju itu membeku di udara sebelum benar-benar mengenai wajahnya. Jika didalam pertarungan sesungguhnya, ia tidak dapat membayangkan wajahnya akan terpukul tepat di hidungnya.

"Cepat sekali!" seru Nadia terkejut, ia terperangah dengan kecepatan Nero, merasa tidak percaya bisa dipukul begitu mudah.

"Sekali lagi!," teriak Nadia, ia kembali memasang kuda-kuda.

"Baik," jawab Nero.

Dengan gerakan acak Nero melakukan tendangan menyamping, gerakan biasa memungkinkan Nadia untuk menangkisnya, namun ketika tangannya menangkis tendangan Nero, Nadia berteriak.

"Cukup!!" Nadia meringis.

Ia terduduk dilantai mengusap tangannya yang terasa sangat sakit, lengannya berasa dihantam logam berat dan kuat.

"Kamu tidak apa-apa?" Nero menghampirinya lalu berjongkok.

"Aihh.. sakit sekali!!" Nadia meringis lagi, sambil masih terus mengusap tangannya.

"Untung tidak pakai tenaga penuh," cibir Nero."

Kamu ah... lembek" ejeknya dengan ekspresi arogan.

Wajah Nadia merah padam lalu mengayunkan kakinya menendang Nero, dengan santai Nero memegang pergelangan kakinya.

"Lepaskan!" teriak Nadia.

Nero tertawa, lalu melepaskan pegangannya. Nadia terduduk dilantai dengan kaki terentang kedepan,

Nadia memandangi Nero takjub, Nero yang sekarang berbeda dari Nero yang dulu dikenalnya, tidak lagi terlihat raut wajah penyendiri dan tidak percaya diri seperti dulu. Bukankah selama ini ia sangat penurut? bahkan ia diam saja ketika ditindas, Nadia tidak habis pikir.

"Kalian berdua...," tiba-tiba sebuah suara memanggil di dekat mereka. Nadia dan Nero sama-sama menoleh.

Mereka tidak menyadari ada yang memperhatikan mereka berdua, laki-laki itu berdiri dengan kaki sedikit terbuka, tangannya bersidekap didada.

"Menarik sekali kecepatan mu, boleh saya tahu namamu?" tanya siswa itu sopan.

"Namanya Nero, Kak Evan, dia temanku," Nadia yang menjawab, Evan adalah senior Nadia di klub.

"Oh, namaku Evan," ia mengulurkan tangannya kepada Nero, Nero menyambutnya dan mereka bersalaman.

"Aku hanya tertarik, bolehkan kita melakukan pertukaran sedikit saja?" pinta Evan.

Nero mengalihkan pandangannya kepada Nadia,

"Kak Evan Dan 4, terserah mu kalau mau mencoba," kata Nadia.

"Baiklah, mungkin beberapa pertukaran," jawab Nero. Ia sesungguhnya juga ingin menguji kemampuannya, bagaimana jika menghadapi Dan 4.

Mereka saling berhadapan, Nadia menonton dari samping,

Setelah saling memberi hormat, Evan langsung melancarkan tendangan tornado mengarah ke kepala Nero, Nero menangkis dengan lengannya, gagal dengan serangan pertama Evan langsung memutar tubuhnya dengan kombinasi 360 round 2 kick, kedua tendangan itu diantisipasi Nero dengan menaikan lututnya hingga tekukan paha dan betisnya menahan serangan, kepala Nero mundur kebelakang menghindari tendangan kedua.

Serangan itu sangat cepat, Nadia gugup dengan intensitas bahaya dari kombinasi-kombinasi yang dilancarkan Evan, namun ia menjadi lega di setiap serangan itu dapat ditangkis dan dihindari Nero dengan sangat baik.

Evan terus melakukan serangan kombinasi dengan teknik-tekniknya yang sempurna hingga suatu kesempatan ia melakukan tendangan menyamping, Nero dengan ringan melompat dan menjadikan kaki Evan yang menendang sebagai pijakan untuk meloncat lebih tinggi lagi, lalu meluncur turun dengan tendangan tajam mengarah ke kepala Evan. Serangan itu sangat berbahaya, namun beruntung Evan sigap dan menyilangkan tangan didepan wajahnya, Nero menginjak tangkisan Evan dan berjumpalitan ke belakang, ia mendarat dengan satu kaki ditekuk dan satu lutut di matras, satu telapak tangannya menahan keseimbangan.

Nadia bertepuk tangan, Evan merasakan ngilu di kedua tangannya, sedikit meringis mengusap lengannya ia membuka pengaman kepala dan menghampiri Nero.

"Luar biasa, Nero!" katanya memberi pujian, "aku tidak menyangka ada bakat luar biasa selain yang aku kenal di sekolah ini." Lalu ia membuka sarung tangan dan menyalami Nero dengan senyum lebar.

Nadia sumringah dan menghampiri, gerakan terakhir Nero benar benar membuatnya terkagum-kagum, sekarang ia percaya, Nero tidak melakukan sesuatu yang sembrono dengan menerima tantangan Buja.

...

1
Rahmat Anjaii
lanjut thioorrr, klo prlu tambah babnya.
dear: diusahakan
total 1 replies
Rahmat Anjaii
lanjut thoorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!