Awalnya aku adalah seorang istri yang diperlakukan bagai Ratu. Hingga suatu saat, gelar Ratu itu lengser dariku. Suamiku datang lalu mengenalkan Ratu barunya. Kesedihan tak berhenti sampai disitu, aku terus disalahkan atas kesalahan ratu barunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
Tiga hari sudah berlalu, dan hari ini Elia sudah di perbolehkan untuk kembali ke rumah karena keadaannya sudah pulih sempurna. Selama tiga hari juga, Jhon dengan telaten membantu Elia dalam banyak hal. Mulai dari menyuapi, membantu memapahnya ke kamar mandi meski Elia sudah mengatakan jika dia bisa melakukanya sendiri. Menyisir rambut Elia, bahkan dia juga tak ragu untuk membantu Elia membasuh kakinya.
Tidak butuh waktu lama, Elia dan Jhon kini sudah sampai dirumah. Jhon dengan hati-hati menuntun Elia saat turun dari mobil. Bahkan, dia juga tak melepaskan genggaman tangannya saat sudah sampai didalam rumah. Mereka langsung disambut hangat oleh Ibu Sofia, Yana, Ive dan semua pelayan yang ada dirumah. Mereka beramai-ramai mengucap syukur atas kembalinya Elia dalam keadaan baik-baik saja tanpa cedera apapun.
" Istirahatlah Nak, biarkan Ive bersama Ibu dan Yana. " Sebenarnya Elia tidak merasa lelah sama sekali, dia malah ingin langsung memeluk Ive. Tapi melihat Jhon yang mengangguk agar Elia menyetujui ucapan Ibunya, dia hanya bisa ikut mengangguk dan berjalan menuju kamar bersama Jhon tentunya.
Sesampainya di kamar, Elia tersenyum bahagia. Beberapa hari yang lalu, dia benar-benar sangat takut jika kematian sudah berada di ambang pintu. Tapi untunglah dia masih diberikan keselamatan dan bisa kembali bersama orang-oramg yang ia cintai. Apalagi saat menghirup aroma kamar yang memiliki ciri khas baru, membuatnya menjadi semakin tenang. Aroma minyak telon dan bau Ive benar-benar meresap ke hidungnya. Walaupun tidak diperbolehkan bersama Ive hari ini, tapi aroma Ive seakan menemaninya di dalam kamar itu.
Elia kini beralih menatap Jhon yang mulai melucuti helai demi helai kain yang melekat di tubuhnya. Elia sempat tergoda untuk terus melihat, tapi kesadarannya cepat kembali dan langsung saja dia menggeleng untuk mengusir pikiran cabulnya.
Ya ampun aku benar-benar penasaran. Tapi aku malu kalau terlalu jelas menatapnya.
Elia dengan berat hati membalikkan tubuhnya untuk membelakangi Jhon yang sudah mulai melepas ikat pinggangnya.
Tentu saja Jhon melihat tingkah Elia yang malu-malu. Tapi dari pada memikirkan hal kotor dan tergoda oleh Elia, lebih baik dia segera mandi karena saat dirumah sakit dia tidak mandi dengan benar. Badannya saja masih terasa lengket dan baunya tidak sedap. Jhon melangkahkan kaki cepat dan langsung mandi. Dia benar-benar akan membersihkan dirinya hingga benar-benar bersih dan wangi tubuh maskulinnya yang akan tertinggal disana. Maklum saja, dia sudah punya rencana untuk menuntut kewajiban Elia saat ini juga. Sebenarnya, Elia sudah diperbolehkan di hari kedua dia menginap dirumah sakit. Tapi atas permohonan Jhon agar benar-benar memulihkan istrinya, Dokter dengan tangan terbuka merawat Elia dengan baik. Mulai dari makanan yang berkualitas tinggi dan sudah diperhatikan kebersihannya, kemudian perawatan dan vitamin tak pernah absen suster memberikannya. Semua itu Jhon lakukan karena benar-benar ingin melakukan apa yang sudah ia tahan selama ini. Dia kan juga bukan bujangan suci yang tidak pernah mencicipi wanita, tentu saja dia akan merindukan rasa itu. Tapi yang jelas, Jhon adalah pria yang tidak suka memakai wanita sembarangan tanpa adanya sebuah ikatan ataupun perasaan yang spesial.
Seperti biasa, Elia akan menyiapkan pakaian untuk Jhon agar bisa langsung dikenakan. Jujur saja, setelah keluar dari rumah sakit Elia benar-benar merasa tubuhnya sangat sehat dan tidak merasa lelah. Bahkan dia juga bisa memastikan kalau berat badannya pasti akan menambah.
" Ini baju mu, Jhon. " Elia menunjuk satu set baju rumahan karena dia tahu, Jhon pasti kelelahan karena selama tiga hari dia dirumah sakit, Jhon selalu memperlakukan Elia dengan telaten dan tidak menunjukkan rasa lelah sedikitpun. Tahu lah pasti itu lelah. Hanya saja Jhon tidak mau menunjukkan nya di hadapan Elia.
Jhon tersenyum mengangguk mendekati Elia. Seperti biasa, Elia akan sedikit menjauh dan memunggungi Jhon saat mengenakan baju. Tapi tidak untuk kali ini. Jhon dengan cepat menahan tangan Elia dan sedikit menariknya agar Elia jatuh kedalam pelukannya.
" Kau mau kemana? " Tanya Jhon yang sudah berhasil memeluk tubuh Elia.
Elia yang begitu gugup tak tahu harus mengatakan apa. Situasi nya saat itu benar-benar membuatnya hilang akal. Wajahnya menempel di dada bidang dan sixpack Jhon, apalagi adanya tetesan air yang masih tersisa di tubuh Jhon. Walau tak berani bicara, rasanya Elia benar-benar ingin sekali menerkamnya. Tapi karena gendernya perempuan, dan kebanyakan dari wanita kan selalu malu-malu dan berpura-pura menolak membuatnya untuk tetap sabar dan berakting sebaik mungkin agar tidak terlalu terlihat murahan di hadapan pasangannya kan? oh rumit sekali menjadi wanita ya?
" Aku akan ke ujung sana. " Tunjuk Elia di sebuah tempat untuk menyusun perlengkapan yang dibutuhkan Ive.
Jhon menyibak rambut Elia dan mencium tengkuk Elia perlahan. Jhon benar-benar hanyut oleh aroma tubuh Elia yang begitu khas dan begitu mempesona batinnya.
" Aku ingin menjadi suami mu ya g sebenarnya. Apa boleh? " Tanya Jhon.
Jelas Elia merasa begitu terkejut dan gugup. Rona merah di pipinya juga begitu terlihat nyata hingga wajahnya terasa begitu panas. Sempat bingung sesaat untuk berpura-pura menolak tapi dia juga tidak mau jika tidak jadi. Tapi terserahlah, Elia tak mau lagi membuat sesuatu menjadi sulit dan malah akan menimbulkan kesalahpahaman kalau sampai dia melakukan hal yang tidak seharusnya di suasana itu. Jadilah Elia hanya mengangguk tapi tak berani menatap Jhon yang kini tersenyum bahagia dibalik punggungnya.
Perlahan-lahan Jhon mengubah posisi tubuh Elia agar berhadapan dengannya. Elia masih sama, dia tertunduk malu tida tahu harus bagaimana bereaksi.
" Lihat aku, Elia. " Jhon meraih dagu Elia dengan lembut. Elia mengikuti apa yang dikatakan Jhon dan mulai mengangkat wajahnya untuk menatap Jhon.
" Kau tidak sedang terpaksa kan? " Elia yang sudah tidak tahan menahan malu, akhirnya kembali menunduk sembari menggeleng. Tak berhenti disitu, dia juga langsung memeluk tubuh Jhon erat.
" Tolong jangan tanya apapun lagi, Jhon. Aku malu. "
Jhon tersenyum lalu mengurai pelukan Elia agar bisa membuat wajahnya saling menatap. Jhon mengusap pipi Elia perlahan. Perlahan dia mulai menjalankan tangannya ke bagian tengkuk. Jhon menahannya lalu mulai menyergap bibir ranum dan berisi itu dengan ciuman yang begitu menuntut.
Semakin lama ciuman itu terjadi, baik Jhon dan Elia hampir tak bisa menghentikan kegiatan itu. Mereka sempat berhenti beberapa kali untuk mengambil nafas, tapi setelah itu mereka saling menyergap. Jhon membawa Elia untuk memposisikan dirinya ditempat tidur dan mulai mengukungnya lalu kembali menciumi Elia dan kini sudah menjalar ke bagian dada.
Tapi malang tak bisa ditolak. Jhon harus kembali bersabar karena Ron mengetuk pintu dengan suara yang panik. Jhon menghela nafas kasarnya. Begitu pun Elia yang sebenarnya sangat sebal dengan kedatangan Ron yang tidak seharusnya.
Dengan wajah kesal dan handuk yang masih melilit ditubuhnya, Jhon membuka pintu dan bertanya alasan Ron menemuinya.
" kenapa? "
" Keluarga Dargo ada di bawah, Tuan. Mereka ingin bertemu dengan anda. Sepertinya dia benar-benar terlihat begitu marah. "
TBC