Pernikahan nya dengan seorang duda beranak dua,menyisakan luka yang setiap hari nya di rasakan oleh Fifian,,sang mantan istri yang selalu membayangi rumah tangga nya membuat sang suami tidak perhatian pada nya..Di tambah lagi pekerjaan yang selalu menyibukan diri nya..
Ketikan Fifian meminta cerai barulah Alexander sang suami menyadari akan kesalahan nya..
Akankah Fifian memaafkan Alexander..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dada_1407, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan Kosong
"Kamu hanya boleh menyentuh aku dengan seizin aku Mas .."
"Jadi kali ini kamu nggak ngasih izin..?"
"Belum..ketika kamu sudah bisa menepati janji kamu untuk melupakan Febi sepenuh nya dan mencintai aku dengan tulus, aku akan mengizinkan kamu menyentuh ku. Kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau pada tubuhku."
Alex hanya bisa menghela napas dan mengangguk. Meskipun Alex tidak bisa menyentuh istrinya, menyentuh dalam artian berhubungan badan, Alex sudah senang fifian sudah mau memuaskan nya.
Lalu hening lama..
Alex masih diposisinya miring dan tangan mengusap
Punggung istrinya, sementara Fifian masih betah melihat ke arah jendela seraya memandangi awan di langit biru .
"Mas Alex..."
"Hm."
"Apa sesulit itu kamu membuka hati untuk perempuan baru dalam hidup kamu? Tiga tahun Mas bukan waktu yang singkat, tapi itu masih belum cukup membuat kamu mencintaiku?" tanya Fifian tanpa menolah.
Alex bisa merasakan rasa kecewa, luka, dan nyaris frustasi dari nada bicara istrinya.
"Kamu pernah dengar ini, laki-laki hanya jatuh cinta sekali dan sisanya hanya melanjutkan hidup."
"Jadi, tidak ada kemungkinan kamu akan jatuh cinta kepada ku?"
Alex terdiam. Jika dia menjawab iya, Fifian pasti langsung menuntut soal cerai saat ini juga. Tapi jika dia berbohong, sama saja memberikan harapan palsu pada Fifian.
"Kamu pernah dengar ini juga, Tuhan maha membolak-balikkan hati manusia," ucap Alex setelah dia memutar otak bagaimana menjawab pertanyaan Fifian tanpa melukai hati istri nya.
"Iya aku tahu, semua yang terjadi di hidup kita atas kehendak Tuhan. Tapi kita juga bisa memutuskan kan Mas. Kita bisa memilih sesuai dengan keinginan hati. Entah kamu sadar atau tidak kamu tidak berusaha membuka hati kamu. Kamu masih terjebak dengan masa lalu kamu."
Fifian menghela napas berat sebelum melanjutkan ucapan nya.
"Aku juga tahu Febi yang menemani kamu dari kecil, dia selalu ada untuk kamu saat kamu susah atau senang. Febi juga cinta pertama kamu dan pasti sulit melupakan cinta pertama. Tapi mau sampai kapan kamu kayak gini Mas?Kalau kamu masih cinta sama Febi, ya udah kamu kembali saja sama dia, jangan menyiksa perempuan lain dengan harapan-harapan yang tidak akan pernah terwujud." ucap Fifian
"Jujur saja, aku nggak tahu bagaimana perasaan aku sekarang, entah aku masih mencintai Febi atau tidak. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, aku tidak akan pernah kembali pada Febi. Febi hanya masa lalu aku dan kamu masa depan aku."
"Masa depan kamu tidak akan pernah bahagia kalau bayang-bayang masa lalu kamu masih mengikuti. Kamu harus lebih tegas dengan pilihan kamu atau kamu akan kehilangan masa depan kamu."
Alex hanya diam dan perlahan dia melihat punggung istrinya bergetar. Fifian menangis. Alex bisa melihat itu. Setiap mendengar istrinya menangis, hati Alex sakit sekali.
Dia pun beranjak,lalu memakai resleting nya dan duduk di samping istrinya. Ingin mengarahkan kepala Fifian agar bersandar di pundak nya, tapi Fifian justru mendorongnya.
"Nggak usah menawarkan pundak untuk bersandar, Mas. Karena kamu sendir yang telah membuat aku menangis."
"Paling tidak biarkan aku mengusap air matamu."
"Nggak usah, aku punya tangan sendiri."
"Ya udah aku usap ingus kamu."
Alex lalu mencapit hidung Fifian dan seketika membuat Fifian melotot. Jelas saja di tangan Alex ada ingusnya, tapi Alex sama sekali tidak jijik. Dia justru senyum-senyum aneh.
"Aku ke kamar mandi bentar ya." ucap Alex
Alex pun ke kamar mandi dan mencuci tangan. Lalu mengambil tisu dan memberikan nya pada Fifian.
"Mau nangis lagi? Atau nangis nya di tunda dulu. Kita jemput anak-anak ke sekolah. Sekarang udah hampir jam empat."
Fifian lalu melirik jam dinding. "Oh ya ternyata sudah jam empat."
"Ya udah kita jemput anak-anak. Tapi kamu mandi dulu, badan kamu bau ituu."
"Oke, tapi mandinya-"
"Nggak. Kamu mandi sendiri." bentak Fifian
"Aku bahkan belum selesai ngomong."
"Tapi aku tau selanjutnya. Aku tunggu di mobil aja.!"
Alex berdecih melihat istrinya melangkah keluar kamar. Lalu setelah pintu tertutup, Alex pun tersenyum.
Meskipun hari ini Alex belum bisa menyentuh istrinya, tapi Alex tetap senang. Akhirnya sedikit demi sedikit Fifian mulai mau menerima nya lagi.
"Kali ini gagal, tapi besok, lusa atau kapan-kapan aku pastikan, kamu akan mengandung benih ku, Sayang."
Alex pun bersenandung dan masuk ke dalam kamar mandi.
***
Setelah dari hotel Fifian dan Alex langsung pergi menuju ke sekolah Gani dan Gina karena sekarang sudah menunjukkan pukul 4 sore.
"Tumben Mommy sama Daddy barengan jemput Gani dan Gina ke sekolah," ucap Gani terheran-heran.
Biasanya Fifian yang menjemputnya sendiri atau beberapa kali Alex menjemput tapi dengan Febi.
"Iya kebetulan tadi Mommy lagi sama Daddy. Ayo masuk,kita pulang.." ajak Fifian..
Gani dan Gina pun masuk ke dalam mobil. Gani senang Mommy dan Daddy-nya akur, tapi Gina tidak suka. Gina lebih suka Daddy nya dekat dengan Mama Febi. Gina pun langsung mengadu dan mengirim pesan pada Febi kalau Daddy dan Mommy-nya barengan menjemput nya di sekolah.
"Aku lebih suka kalau Mama Febi dan Daddy yang jemput kita," ucap Gina.
"Kita? Kamu aja kali, aku enggak. Aku suka Mommy sama Daddy yang jemput," sinis Gani pada adiknya.
****
Padahal lagi seru-serunya🥺🥺