Warning! (***)
Pernikahan atas dasar perjodohan bukan berarti sesuatu yang tidak dipedulikan.
Pernikahan tetaplah pernikahan!
Apapun itu, aku akan selalu memperjuangkan rumah tanggaku sampai kata cinta tumbuh di antara kami berdua.
"Apakah kau tak mau melakukan malam pertama kita, Mas?" cegah Dianka saat Darwin hendak berlalu.
Sanggupkah ia membuat hati Sang CEO itu luluh?
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Dekat
Setelah kejadian itu Darwin lebih menjadi terbuka pada Dianka, Darwin akan meminta hak nya saat ia mau dan saat situasinya memungkinkan.
Dianka pun tak pernah menolak keinginan sang suami, ia hanya menuruti apa yang suaminya inginkan. Dianka bahkan merasa senang jika Darwin menginginkan bercinta dengan dirinya.
Rumah tangga mereka pun berjalan dengan baik, tak terasa pernikahan Darwin dan Dianka sudah memasuki bulan ke enam.
Tapi meskipun begitu Darwin terkadang masih bersikap dingin dan cuek, ia hanya akan berkata jika ada maunya.
Mungkin memang itulah sifat Darwin, namun Dianka akan terus berusaha membuat suaminya luluh sampai rasa cinta tumbuh diantara mereka berdua.
"Mas aku turun ya, kau hati-hati dijalan jangan terlalu kencang membawa mobil" Ucap Dianka saat mobil mereka baru saja tiba di depan butik.
"Ya, aku akan berhati-hati"
"Kalau begitu aku turun, selamat bekerja"
Dianka mencium bibir Darwin seperti biasa, setelah itu barulah ia keluar dan masuk setelah mobil Darwin tak terlihat.
***
Siang hari ketika Dianka sedang sibuk mendesain sebuah rancangan busana tiba-tiba pintu ruangannya diketuk, kemudian Dianka menyuruh orang itu untuk masuk.
"Permisi bu, ada seorang pelanggan yang ingin menemui Anda dibawah" Ucap pegawai wanita disana.
"Baiklah, aku akan segera kesana"
Dianka lalu merapikan pekerjaannya dan keluar dari ruangan untuk menemui pelanggan yang katanya ingin menemui Dianka.
Tetapi dari jauh Dianka sudah dapat mengenal siapa seseorang itu, ia pun melangkah untuk mendekat .
"Alfred?"
Lelaki tersebut berbalik dan langsung tersenyum kaku kala melihat Dianka yang sudah berdiri dibelakangnya.
"Eh, Hai Dianka"
Dianka tersenyum sebagai tanggapan.
"Tumben kau kesini sendirian, ada apa?" Tanya Dianka.
"Emm... Aku kesini mau memesan lagi sebuah pakaian seperti yang kemarin. Tapi aku ingin kau yang melayani ku, tidak apa kan? " Jawab Alfred yang menjelaskan tujuannya.
"Dengan senang hati, kalau begitu mari aku tunjukkan sebagian koleksi yang cocok untukmu" Alfred mengangguk dan mengikuti kemana Dianka berjalan.
Dianka mengambil salah satu setelan jas yang digantung di dekat sebuah manekin, ia menunjukkan setelan tersebut pada Alfred.
"Kebetulan kemarin kami baru saja membuat rancangan baru, sepertinya ini cocok untuk mu"
Alfred menelisik jas itu, busana yang ditunjukkan dianka memang bagus, tetapi sayang Alfred kurang suka dengan modelnya.
"Aku kurang suka dengan modelnya, bisa tunjukkan yang lain?"
"Tentu, mari aku tunjukkan"
Mereka pun berkeliling menyusuri tiap sudut butik, Dianka terus menunjukkan bebagai busana yang butiknya punya.
Alfred yang mengikuti sebenarnya hanya fokus melihat wajah cantik Dianka, ia selalu menolak setiap model yang dianka tawarkan padanya. Hal itu karna Alfred ingin lebih lama memandang dan mendengar suara wanita yang sudah meluluhkan hatinya.
Sampai dimana Dianka menunjukkan pakaian terakhir.
"Alfred aku rasa ini yang terakhir, kami belum mengeluarkan desain baru lagi" Ujar Dianka.
Alfred melihat jas berwarna navy yang Dianka pegang, tanpa menolak lagi Alfred langsung menyetujui untuk memesan busana tersebut.
"Ya sudah aku ingin pesan yang seperti ini saja"
Dianka tersenyum senang, ia lalu menggantung kembali busana itu.
"Baiklah, sekarang aku akan mengukur tubuhmu terlebih dahulu"
Alfred pun kembali mengikuti Dianka, wanita itu mengambil tali ukur dan mulai mengukur tubuh besar Alfred.
Jarak mereka yang berdekatan membuat Alfred tak kuasa untuk tidak memuji wanita itu dalam hati, senyum Dianka yang selalu menghiasi wajah cantik itu semakin membuat jantung Alfred berdegup dengan kencang.
Saat Dianka tengah mengukur bahu Alfred tak sengaja matanya bersitatap dengan mata hitam lelaki itu. Dianka merasa Alfred memandang tak biasa padanya. Sedetik kemudian Dianka memalingkan pandangannya.
"Sudah selesai" Ucap Dianka.
"Oh iya, kira-kira kapan kau membutuhkan pakaiannya?" Tanya Dianka.
"Masih lama, sekitar sebulan lagi. Tidak perlu terburu-buru, aku tidak mau kau sampai kelelahan"
Mendengar penuturan Alfred Dianka hanya tersenyum simpul, mungkin saja Alfred masih merasa tidak enak hati akan kejadian tempo lalu.
"Oke, kalau begitu nanti aku akan menghubungimu jika sudah selesai" Ujar Dianka.
"Kemarin malam aku mengirimkan mu pesan, tapi ponselmu tidak aktif" Kata Alfred berujar.
Dianka menoleh bingung, ia memang tidak tahu jika Alfred mengirimkan sebuah pesan pada ponselnya.
"Benarkah?"
"Iya"
"Ah sepertinya aku belum membuka ponselku dari kemarin, maaf. Ngomong ngomong ada apa sampai kau mengirimkan pesan padaku?"
Alfred menggeleng kepalanya pelan.
"Tidak ada, hanya ingin memastikan jika nomor kau kau beri bukan nomor palsu" Canda Alfred yang membuat Dianka terkekeh saat itu juga.
"Tentu saja aku memberikan nomor asli ponselku, kau tidak perlu khawatir. Tapi maaf karna kemarin aku tidak sempat membuka pesanmu"
"Tidak masalah, lagipula bukan hal yang penting"
Alfred menatap jam tangan mahalnya, sudah cukup lama ia berada disini, dirinya harus segera kembali ke kantor karna ini masih jam kerja dan sebentar lagi ada rapat.
"Dianka sepertinya aku harus pergi"
"Oh begitukah?"
"Iya, emm... Dianka... "
"Ya?"
"Emm... Jangan lupa untuk menyimpan nomor ponselku, aku akan menghubungimu kembali" Setelah berkata demikian Alfred pun pergi meninggalkan Dianka yang berdiri dengan kebingungan nya.
"Menghubungi ku kembali?"
Untuk apa Alfred menghunginya? Dianka terus bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya apa yang lelaki itu ingin bicarakan?
"Ah sudahlah, sebaiknya aku bekerja kembali" Ia pun berlalu dan memasuki ruang kerjanya lagi.
waah .. enak bener gak dihukum krn rencana pembunuhan ke Dianka..
Pikir ... pikiiiirrrr .... kalo Alfred beneran nolongin, gak mungkin lah sampe selama itu kamu "dikurung" ...
Katanya di villa, tp koq ya sama sekali gak boleh keluar kamar sekedar buat jalan2..
Buat keamanan ?
Justru sekarang kamu berada di tempat yg gak aman, Dianka ...
gimana kalo nanti Darwin tau bhw otak kejahatan itu adalah mantan tersayang nya ...
Darwin masih "main2" tuh sama Adelia .. 😡😡😡