Dendam dua jiwa.
Jiwa seorang mafia cantik berhati dingin, memiliki kehebatan dan kecerdasan yang tak tertandingi, namun akhirnya hancur dan berakhir dengan mengenaskan karena pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Jiwa yang satu adalah jiwa seorang gadis lugu yang lemah, yang rapuh, yang berlumur kesedihan dan penderitaan.
Hingga akhirnya juga mati dalam kesedihan dan keputus asaan dan rasa kecewa yang mendalam. Dia mati akibat kelicikan dan penindasan yang dilakukan oleh adik angkatnya.
Hingga akhirnya dua jiwa itu menyatu dalam satu tubuh lemah; jiwa yang penuh amarah dan kecewa, dan jiwa yang penuh kesedihan dan putus asa, sehingga melahirkan dendam membara. Dendam dua jiwa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28. Keberanian Annabella
"Ada apa ini?"
Suara bariton yang penuh dengan sikap tenang itu rupanya cukup ampuh, dapat menghentikan tindakan Anindita yang hendak bertindak anarkis terhadap Annabella.
Serta-merta, baik Annabella dan Friska maupun geng Dita, segera menoleh ke sumber suara tenang itu. Dan tidak butuh lama mereka segera mendapati seorang siswa tampan dan keren tengah melangkah ringan menuju ke mari bersama empat pria tampan dan keren lainnya.
Seperti biasa, jiwa Fiorella tidak mengenal kelima cowok keren itu, apalagi cowok yang berkata dengan suara bariton tadi.
Tapi jiwa Annabella segera memberi tahu kalau cowok itu bernama Kenzie Raditya, Ketua Osis PAS 1, serta memberi tahu tetek-bengek yang berkaitan tentang Kenzie. Dan empat cowok lainnya adalah anggota geng Kenzie sekaligus anggota osis.
Namun begitu, setelah mengetahui siapa itu Kenzie, jiwa Fiorella tampak biasa saja, tak ada kesan kagum apalagi tertarik dengan cowok keren itu. Lebih-lebih lagi jiwa Annabella yang sama sekali tidak memiliki rasa apapun terhadap Kenzie, sekarang ini.
Dulu --sebelum dia mati-- Annabella merupakan salah seorang cewek biasa yang terkagum-kagum dan tertarik dengan Kenzie. Namun sekarang tidak lagi setelah jiwa dan tubuhnya dikuasai oleh jiwa Fiorella.
Sedangkan Friska, tentu saja dia nervous melihat geng Kenzie, geng idolanya, menghampiri mereka. Untung saja dia berada di belakang Annabella. Jadi sikapnya yang memalukan itu tidak terlalu kentara.
Cuma sebentar dia sanggup menatap Kenzie, sang idola-nya itu. Selanjutnya dia cuma curi-curi pandang saja. Setiap kali menatap Kenzie, hatinya langsung berdebar gugup.
Sementara Anindita dan ketiga sahabatnya, begitu mengetahui jika yang datang itu adalah geng Kenzie, mereka tampak nervous dan salah tingkah juga.
Lebih-lebih Anindita, salah seorang cewek yang menyukai Kenzie dan apapun yang ada pada cowok tampan itu. Tapi cepat-cepat dia menstabilkan lagi kondisi dan perasaannya agar tidak malu-maluin di depan Kenzie.
"Ada apa ini?" tanya Kenzie lagi dengan suara dan sikap tenang begitu dia dan empat temannya telah sampai di dekat cewek-cewek cantik itu.
Dan begitu tiba, sepasang matanya yang kerap menyorot tajam dan tegas langsung menatap Annabella. Dia seakan tersedot oleh pesona penampilan baru Annabella yang begitu menawan.
Tapi sedapat mungkin Kenzie menjaga sikap dan perasaannya itu agar tidak kentara di luaran.
Annabella tentu saja tidak akan menjawab duluan pertanyaan itu. Dia seperti membiarkan Anindita yang bicara. Sekaligus ingin mendengar apa yang akan cewek itu katakan di depan sang Ketos yang keren abis ini.
Benar saja, Anindita langsung mengambil alih pembicaraan, seolah tidak ingin memberi kesempatan bagi Annabella untuk menanggapi pertanyaan itu. Takutnya cewek itu bicara macam-macam di depan Kenzie.
"Ah... nggak ada apa-apa, Kak Ken," sahut Anindita bernada kalem dan lembut seraya tersenyum manis. "Kami hanya saling menyapa saja dengan Bella. Karena... dia 'kan baru masuk lagi setelah sakit lama."
Kenzie maupun keempat temannya tahu jika sempat terjadi ketegangan antara geng Dita dan Annabella tadi. Mereka tadi sempat melihat sedikit adegan menegangkan di antara mereka. Tapi entah persoalannya apa, baik Kenzie maupun keempat temannya tidak tahu persis.
"Baiklah kalau begitu," kata Kenzie memutuskan, seolah tidak ingin memperpanjang masalah. "Jika nggak ada lagi yang kalian hendak bicarakan, sebaiknya kalian cepat masuk kelas!"
Ucapan atau kalimat terakhir itu Kenzie tujukan pada geng Dita, sebenarnya, karena dia menghadap ke arah keempat cewek cantik itu.
"Baik, Kak," sambut Anindita menunjukkan sikap kepatuhan dan rasa hormat yang elegan. "Permisi, Kak."
Setelah berucap itu, geng Dita langsung tinggalkan tempat itu dengan sedikit tergesa-gesa. Namun Anindita sempat melirik ke arah Annabella, menyorotkan kilatan dendam. Sebagai isyarat jika persoalan ini belum selesai.
Menyusul nyaris bersamaan Annabella langsung membalikkan badan, segera tinggalkan tempat itu, tanpa embel-embel apapun; tak menoleh sedikit pun pada Anindita seakan tidak menganggapnya ada, tanpa ucapan permisi, apalagi menundukkan kepala sebagai rasa hormat kepada sang Ketua Osis.
Membuat Friska yang masih berdiri diam jadi serba salah. Tapi dia cepat menyusul Annabella setelah mengucap permisi dengan kikuk dan gugup.
★☆★☆
"Bella, aku nggak menyuruhmu pergi...."
Ucapan dengan suara bariton yang tenang itu seketika menahan kaki Annabella yang baru melangkah dua tindak.
Sedangkan Friska yang baru membalikan badan langsung terdiam membeku. Ketakutan langsung menyergapnya dengan gugup.
Ada apa Ketus Osis itu menahan Bella? Apakah Bella melakukan kesalahan yang nantinya akan dihukum oleh cowok yang selalu tampak tenang itu?
Annabella segera berbalik menghadap ke arah Kenzie setelah dua-tiga detik ucapan Kenzie itu terlontar. Melangkah satu tindak, lalu menarik Friska, membawa ke belakangnya sebagai tindakan proteksi terhadap gadis itu.
Sedangkan semua tindak-tanduk Annabella sejak tadi, nyaris tidak luput dari perhatian anggota geng Kenzie. Sikapnya yang santai dan tenang, parasnya yang datar tapi kalem nan manis, menebar pesona tersendiri yang mengagumkan.
Sikap dan perlakuannya dalam melindungi seorang teman begitu kokoh dan absolut.
Sungguh mereka melihat jika Bella sekarang nyaris berubah 180 derajat. Hal itu membuat mereka nyaris tak memperhatikan geng Dita.
Begitu pun juga dengan Kenzie, terus menatap Annabella seakan tak mau berkedip. Tapi sorot matanya masih menampakkan ketegasan. Sulit diketahui arti lain dari tatapannya itu.
Sementara Annabella, begitu sudah memastikan jika Friska aman dalam perlindungannya, dia berkata bernada datar tapi masih dalam taraf sikap sopan pada Kenzie.
"Apakah ada hal yang hendak dibicarakan kepadaku?"
Beberapa detik lamanya baik Kenzie maupun keempat sahabatnya tertegun mendengar ucapan Annabella serta sikap gadis itu yang begitu santai dan tenang, sama sekali tak ada rasa takut maupun rasa segan dalam sikap dan prilakunya.
Friska yang tampak dan semakin tidak tenang melihat sikap Annabella yang tidak sopan menurutnya di hadapan Ketua Osis dan para anggotanya. Dia takut dan khawatir orang-orang osis itu menghukumnya karena sikapnya yang seolah tidak menghormati mereka.
"Saat jam masuk kelas nanti kamu temui aku di ruang osis," kata Kenzie memberi tahu maksudnya menahan Annabella.
Ucapan itu diucapkan dengan kalem dan tenang, tapi sanggup membuat Friska terkejut. Berbagai pikiran buruk bergelayut di benaknya yang akan menimpa sahabatnya ini.
Namun jelas dia tidak bisa berbuat apa-apa bukan?
"Apakah ini perintah atau permintaan?" tanya Annabella bernada datar tapi kalem dan tenang.
Empat anggota osis itu; Stevan, Edwin, Arya, dan Genta cukup dibuat terkejut dengan pertanyaan berani Annabella barusan.
"Kenapa kamu musti bertanya segala, Bella?" kata Edwin bernada kesal dan jelas tersinggung. "Kamu tinggal menurut saja, nggak usah membantah atau mengajukan negosiasi!"
"Kayaknya sekarang kamu udah nggak ada rasa hormat dan segannya lagi terhadap kami sebagai Dewan Osis, Bella," kata Arya bernada dingin, mengandung ancaman. "Apa kamu sudah mulai berani kepada Dewan Osis?"
"Apakah Dewan Osis itu merupakan kumpulan orang-orang yang gila hormat?" tanggap Annabella dengan berani, bernada kalem dan tenang. "Sehingga siswa seperti aku harus selalu tunduk dan takut setiap kali berhadapan dengan kalian...?"
★☆★☆
"Be-be-bella...," suara Friska langsung tercekat di tenggorokan saking takutnya akan konsekuensi dari ucapan sahabatnya tersebut.
Kenzie sedikit goyah ketenangannya mendengar ucapan Annabella yang begitu berani itu. Tampak dari wajahnya yang sempat mengeras.
Tapi cuma satu detik. Setelah itu dia kembali tenang seolah tidak terpengaruh atau tersinggung dengan ucapan yang laksana tamparan itu.
Stevan dan Genta juga tampak tersinggung. Tapi mereka masih bisa menahan diri seperti sang Ketua Osis.
Sedangkan Edwin maupun Arya tidak bisa lagi menahan emosi, dan rasa tersinggung langsung menguasai pikiran mereka. Tapi baru saja hendak bertindak kepada Annabella, Stevan langsung menahan mereka.
"Edwin, Arya, berhenti...!"
"Kenapa kau menahan kami, Stev?" berang Edwin.
"Kalian mau bikin apa hah?" balas Stevan tidak kalah sengit.
"Cewek sialan ini sudah berani menghina kita, apa kau dia saja?" sanggah Arya bernada jengkel.
"Apa kalian nggak bisa diam hm?!" tegur Kenzie meski pelan tapi bernada tajam.
"Tapi, Ken...," Edwin hendak membantah.
"Diam!"
Kalimat itu diucapkan dengan pelan saja, tapi kedengarannya cukup mengerikan, sehingga membuat Edwin maupun Arya langsung bungkam. Sedangkan Friska tersentak ngeri mendengar ucapan Kenzie itu.
Sementara Annabella tetap diam tenang di tempat berdirinya. Cuma memperhatikan drama yang berlangsung di depan matanya.
Setelah menenangkan kebodohan Edwin dan Arya, Kenzie kembali menatap Annabella masih dengan tenang, tanpa ada emosi. Lalu terdengar dia berkata menanggapi pertanyaan Annabella tadi, bernada tegas.
"Ini perintah!"
"Baiklah," kata Annabella merespon tetap bersikap kalem dan tenang. "Tapi kamu harus memberi tahu dulu kepada Pak Gunawan, kalau dewan osis memanggilku untuk menghadap."
"Jam pertama di kelasmu nggak ada, karena Pak Gunawan ada urusan keluarga," kata Kenzie memberi tahu.
"Sekarang, aku dan temanku sudah boleh masuk ke kelas?"
"Sorry, apa kamu nggak nanya, kenapa kami memanggilmu menghadap?" tanya Stevan cukup penasaran dengan sikap Annabella yang baru ini.
"Tuan Ketua Osis sudah mengatakan kalau panggilannya itu adalah perintah," sahut Annabella masih dengan kalem dan tenang. "Itu artinya kalian telah menyalahkan aku tentang suatu perkara, lalu memanggilku menghadap untuk meminta pertanggung jawaban."
"Apakah... aku harus bertanya jika begitu, Tuan Wakil Ketua?"
Geng Kenzie, termasuk Kenzie sendiri, langsung tercengang mendengar ucapan yang santai namun lugas dan tepat dari Annabella barusan. Mereka semakin merasa jika Annabella yang sekarang ini benar-benar berbeda.
"Apa kami boleh pergi?" tanya Annabella lagi mengulangi pertanyaannya.
"Oh... iya, silahkan!" Stevan, sang Wakil Ketua yang menjawab, sedikit tersentak, di tengah rasa heran dan penasarannya.
Setelah mendapat persetujuan dari Wakil Ketua, dengan menggandeng tangan Friska, Annabella lalu meninggalkan tempat itu tanpa menoleh lagi. Tanpa menghiraukan geng Kenzie yang masih tercengang akan ucapan sang gadis.
★☆★☆★
bella menunggu momen di mana dia benar benar diusir oleh keluarga winata, baru dia mau keluar.