NovelToon NovelToon
Aku, Kamu Dan Akta Nikah

Aku, Kamu Dan Akta Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Pernikahan Kilat / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:50.6k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Nara Anjani Sukma berada di situasi harus menikah dengan adik angkat pria yang akan melamarnya. Sakti Pradana tidak menduga ia akan bertukar jodoh dengan kakak angkatnya. Dua karakter bertolak belakang, pertemuan tak terduga dan pernikahan mendadak seperti tahu bulat, drama rumah tangga apa yang akan mereka jalani.

===

“Sudah siap ya, sekarang aku suamimu. Bersiaplah aku buat kamu bahagia jiwa dan raga.” Sakti Pradana.

“Aku penasaran, apa milikmu bisa sesakti namamu.” Nara Anjani Sukma

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Nara Vs Samir

Bab 28

Sakti berbaring miring dengan tangan menopang kepalanya, memandang Nara yang masih terlelap. Ia tersenyum, ternyata menikah sebahagia itu. Mau tidur dan bangun tidur yang dilihat orang yang disayang.

Pertama bertemu dengan Nara, meski jutek dan galak. Sakti memang sudah terpesona dan ditakdirkan menikahi gadis ini. Cinta, ia memang sudah jatuh cinta. Ada penyesalan kenapa Tuhan tidak pertemukan mereka sejak awal.

Perasaan dan sikap Nara pun sudah berubah. Sangat yakin kalau Sakti tidak merasakan cinta sendiri apalagi bertepuk sebelah tangan. Memang istrinya tidak mengobral perasaan, tapi dari sikap dan ucapannya bisa disimpulkan kalau ia memang memiliki rasa yang sama.

“Cantik.” Sakti mengulurkan tangan mengusap wajah Nara.

Semalam mereka bicara cukup lama, deep talk. Tidak ada yang Sakti tutupi tentang dirinya dan keluarga angkatnya juga masalah perasaan. Nara bahkan tidak menjerit lagi saat Sakti mulai berani, bukan sekedar menyentuh dan memeluk. Sudah tidak ragu untuk mencium sampai melum4t pun sudah dia dapatkan. Namun, harus gigit jari saat Sakti meminta haknya.

“Aku datang bulan,” sahut Nara membuat Sakti menepuk jidat.

Namun, Nara tidak terbuka seperti Sakti. Lebih banyak diam dan mendengarkan serta sesekali mengejek saat mereka bicara. Sepertinya Sakti harus banyak tanya pada orang di sekeliling Nara. Salah satunya Weni. 

Bahkan ia pun baru tahu kalau Nara makan banyak atau memesan banyak makanan karena ada hal yang membuatnya resah dan stress. Kemarin pagi Nara melakukan itu, memesan banyak menu sarapan. Ternyata karena kesal dan cemburu.

Ponsel yang berada di atas nakas bergetar, ternyata milik Sakti. Nama Marko muncul di layar.

“Iya,” ucap Sakti.

“Bang, gue langsung ke lokasi ya.”

“Hm, nanti gue nyusul. Nyonya masih tidur,” ujar Sakti lirih.

“Wajar masih tidur, lo apain kali semalam.”

“Jomblo nggak usah tahu. Ini urusan orang dewasa, nanti lo pengen,” ejek Sakti.

Marko berdecak di ujung sana “Eh iya, ini tante Neli hubungi saya.”

Sakti mengernyitkan dahi mendengar itu, jangan sampai Nara tahu. Mulutnya bisa merepet terus dan tangannya tidak segan mencubit.

“Mau ngapain?” tanya Sakti lirih dan perlahan beranjak dari ranjang menuju balkon.

“Tanya-tanya masalah elo bang.”

“Jangan digubris,” seru Sakti. “Jangan urusan sama dia. Tahu sendiri track recordnya gimana. Suka sama berondong. Dia pernah ngajak gue pacaran, katanya semua kebutuhan gue dia tanggung. Kemarin dia nawarin gue jadi bintang produknya, ogah amat.”

“Gue juga ogah Bang. Masih mending asistennya mbak Nara.”

Sakti terus mengoceh dengan Marko melalui sambungan telepon, tidak menyadari kalau Nara sudah berdiri di pintu balkon mendengarkan semua yang dibicarakan.

“Cocok lo sama Weni, nanti gue bicarakan sama Nara.”

Tidak lama panggilan pun berakhir, Sakti berbalik dan ….

“Ya ampun, yang. Kamu ngagetin aja.”

“Ngagetin kamu? Memangnya aku patung demit. Feeling aku bener dong, si tante gir4ng itu memang suka sama kamu?”

“Tante girang?”

“Ya itu, nenek lincah. Sejak kapan kamu dekat sama dia?”

“Nggak dekat, Cuma pernah ketemu sesekali doang. Mandi yuk,” ajak Sakti merangkul bahu istrinya. “Aku mau survei lokasi showroom, rencana buka cabang di sini.”

“Siapa yang mengurus operasional?”

“Adalah, aku angkat orang lagi. Kandidatnya sudah ada.”

“Kalau mau ada kegiatan keluar kota atau ketemu orang, kabari aku. Apalagi kalau rekanan kamu perempuan.”

“Siap, yang.”

“Apaan sih dari tadi yang, yang terus. Emang aku loyang atau goyang.”

“Ah iya, aku penasaran lihat kamu goyang.”

“Mesum lagi.” Nara menjauh dari Sakti dan melepaskan rangkulan tangannya.

“Mandi bareng yuk. Aku sabuni sampai bersih, sampai lipatan yang tersembunyi.”

“Ogah.”

***

Nara menghabiskan juice-nya sambil menunggu Sakti berganti pakaian. Sedang melakukan foto prewed untuk resepsi pernikahan. Karena kesibukan, lokasi prewed berada di hotel tempat Nara mengisi acara.

Dengan tema glamour. Sakti dengan setelan jas pesta dan Nara menggunakan gaun panjang dengan belahan sampai pah4. Rambut sudah diatur sedemikian rupa dan make up serta heels membuat penampilannya tampak sempurna. Sakti berdecak menatap istrinya.

“Apa?”

“Bisa nggak kecantikan kamu dikurangi dikit, Nggak rela amat bagi-bagi.”

Weni terkikik geli mendengar pujian dan keluhan Sakti.

“Lebay.”

“Serius, yang. Kamu cantik banget.”

“Bersyukur dong. Kalau aku jelek mana kamu cinta.”

Sakti menggaruk kepalanya, Nara benar kalau tidak cantik belum tentu ia sampai jatuh cinta. Karena pada dasarnya para pria adalah makhluk visual.

“Sudah bisa kita mulai?” tanya fotografer.

“Bisa,” sahut Nara.

Tidak sulit bagi Nara untuk berpose dengan berbagai gaya. Sakti sempat protes dan berganti posisi.

“Ini jangan sampai terlihat, cukup aku aja yang lihat.” Mengeluhkan pah4 Nara yang sempat terekspos.

Nara tidak menolak, ia menghargai dan menghormati keputusan Sakti yang tidak suka tubuh istrinya terbuka. Meski Nara menganggap masih wajar, ia pun tidak pernah berbusana terlalu terbuka apalagi vulg4r.

“Agak merapat mbak, saling tatap ya. Tahan, tahan sebentar. Oke, bagus. Ganti kostum dan lokasi ya.”

Berikutnya tema casual. Setelah berganti pakaian, mereka berpindah ke kolam renang hotel. Ada area yang sudah disterilkan untuk kebutuhan berfoto.

“Nggak usah lama, lagi banyak tamu,” ujar Nara.

Dengan arahan fotografer, Sakti dan Nara bergaya.

“Mbak, cocok banget ini. Dua-duanya menjual sebagai model. Keren pokoknya.”

Nara melihat layar laptop melihat hasil fotonya dengan Sakti. Bahkan ada video candid saat Sakti menggodanya.

“Aku minta mentahan semuanya ya.”

“Siap, mbak. Mau diorbitin juga?” tanya fotografer itu karena tahu profesi Nara.

“Nggaklah. Yang ini mau di keep.”

Sakti sedang fokus dengan ponselnya. Weni menyerahkan botol air mineral dan kipas portabel pada Nara.

“Malam ini undangan makan malam dengan Pak Martin.”

“Iya, aku ingat.”

“Sayang, aku ke showroom dulu ya. Ada sedikit masalah,” ujar Sakti.

“Hm. Nanti malam jangan lupa.”

“Oke, kita bertemu di lokasi aja.” Sakti mendekat, mencium pipi Nara lalu pergi.

Sempat kembali ke kamar hotel untuk berganti kostum dan membereskan semua perlengkapannya. Weni sudah menghubungi Indro agar menjemput di lobby. Melangkah keluar dari lift, Nara mengekor langkah Weni. 

“Ternyata begini kelakuan kamu. Keluar masuk hotel.”

Nara menoleh, ada Samir di sana. Tersenyum sinis. 

Nara menatap sekeliling, Weni menatap Samir dan Nara bergantian. Kalau sampai ribut, dia juga yang repot. 

"Kamu bicara denganku?" tanya Nara. 

"TIdak ada manusia lain yang aku kenal di sini, tentu saja yang aku maksud kamu." 

"Asal kamu tahu, aku sering keluar masuk hotel karena bekerja. Silahkan cek di lantai tujuh, ada acara dan aku pemateri di sana. Bagaimana denganmu, ada di hotel ini sedang apa? Cek in?" Nara membalas dengan senyum sinis.

"Tentu saja bertemu dengan klien, mana mungkin aku di sini untuk hal tidak penting." 

Nara mengedikan bahu. 

"Samir ya, maaf saya telat. mau langsung ke kamar aja?" Seorang wanita menghampiri dan mengajak Samir naik. 

"Oh ini kliennya," cetus Nara sambil tersenyum mengejek meninggalkan Samir. 

"Nara, tunggu!" 

 

1
hiro_yoshi74
wk wk baru juga dapat teguran dari papi buana ehhhhhh dasar sakti ndablek
Felycia R. Fernandez
bener2... hati hati kejebak aja,
apalagi sampe jilat lepehan sendiri
Kas Mi
jangan mkn kuaci mulu..tar bibir jontor lg🤭
Ahmad Ibrahim
dari awal baca Sakti-Nara udah terkera kera aq kak
Iccha Risa
busyet ulet bulu mulai aksinya gakan tergoda, ada Nara yg halal yg setiap waktu buat Sakti tergoda..
Muhamad Carllo
💪💪💪💪 thor, ahir2 ini up nya sering telat2....
dtyas (ig : dtyas_dtyas): iya kak 😄,
total 1 replies
Quinza Azalea
next
Iccha Risa
nih Serli emang bisa jdi duri dlm daging sama kek Naryo dihh udh haus duit tuh mereka ga akan pandang sodara..
sakti harus keluarin kemampuan buat ngelawan orang2 penuh racunnn
hasatsk
PD sekali kamu serli mau merebut sakti dari nara.memangnya sakti mau samu kamu🤣🤣
Felycia R. Fernandez
liat laki-laki nya juga Ser,gak semua laki laki suka mendua... kalau laki laki sama kek pikiran kamu,dunia penuh dengan poligami
Siti Dede
Kenapa panik bos Naryo?
Shee
nah bangkrutin aja pih perusahaan nya biar jadi gembel sekalian 😒
Shee
harus, ngelawan orang kaya kamu mah harus sombong🤣
Shee
terlalu percaya diri sekali anda
Shee
bersyukur makanya serli, orang dah di tampung ko g sadar diri🙄
hiro_yoshi74
hayoooooo mau berkilah model apo lo nar
hiro_yoshi74
buat kembar 4 kan lain dari pada yg lain thor
mmh nengmuti
langsung 3 sak biar sm dg guntur
Quinza Azalea
next
Iccha Risa
sabar ya sampe gegana gitu Nara, udh Sakti tipe bucin ga kan nemplok ke yg laen kek cicak... kalo udh rezeki pasti punya sachetannya kalian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!