NovelToon NovelToon
A Night With Mr. Ex-Husband

A Night With Mr. Ex-Husband

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Selingkuh / Tamat
Popularitas:498.6k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Eleanor tak pernah membayangkan akan bertemu Nicholas lagi, mantan suami yang bercerai darinya tujuh belas tahun silam. Semua berawal dari pesta rekan kerja yang ia datangi demi menemani sahabat kecilnya, William. Malam yang mestinya biasa berubah kacau saat tatapannya bertemu dengan Nicholas, lelaki yang dulu pernah ia cintai habis-habisan sekaligus orang yang paling ia hindari saat ini. Pagi hari setelah pesta, Eleanor menemukan dirinya terbangun tanpa pakaian di samping Nicholas. Pertemuan malam itu membawa hubungan baru dalam hidup keduanya. Apalagi setelah Nicholas dikejutkan dengan keberadaan remaja berusia enam belas tahun di rumah Eleanor.
Bagaimana takdir akan membawa hubungan mantan suami istri itu kembali? Atau justru Eleanor akan menemukan cinta yang baru dari seorang berondong yang sudah lama mengejar cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menekan Elio

Elio menyeka meja terakhir ketika manajer cafe tempatnya bekerja, Laurent, mendekat dengan wajah tegang.

“Elio… ada masalah.”

Elio menatapnya, masih memegang kain lap. “Masalah apa?”

Laurent menghela napas. “Pemilik gedung baru saja menghubungi. Mereka ingin menghentikan sewa kafe. Katanya ada perubahan kebijakan properti.”

Elio mengerutkan kening. “Kapan?”

“Minggu depan.”

“Tidak mungkin… kita masih punya kontrak enam bulan.”

Laurent menyerahkan surat di tangannya. Di bagian bawah tercetak jelas tanda tangan pemilik baru, Nicholas Armand.

Elio menatap surat itu, darahnya seperti berhenti mengalir.

“Apa ini lelucon?”

Laurent menggeleng, wajahnya penuh dengan penyesalan. Elio remaja dengan perilaku baik dan rajin, sedikit berat untuk melepaskannya. “Aku tidak tahu siapa orang itu, tapi dia baru saja membeli bangunan ini kemarin.”

Elio menegang, kedua tangannya mengepal di kedua sisi.

Pintu kafe menutup di belakangnya dengan suara klik yang terasa seperti penghinaan terakhir. Begitu langkahnya menyentuh trotoar, hujan menyambutnya dengan hantaman dingin yang menusuk kulit.

Elio mendongak menatap langit yang gelap.

“ARGGHHH!”

Teriakannya tenggelam oleh suara hujan. Napasnya terengah, namun untuk sesaat paru-parunya terasa lega. Perlahan kakinya melangkah menelusuri hujan, berharap udara dingin mengurangi beban di kepalanya.

Ponsel Elio berbunyi satu kali, ketika ia baru saja membuka pintu rumah.

Dari Mum:

Boy, Mum pergi ke supermarket sebentar.

Elio menatap pesan itu lama, tanpa berpikir panjang ia menuju kamar Eleanor. Aroma kamar ini menenangkan, namun malam ini ketenangan itu tidak bisa menahan rasa gelisah yang merayap ke tulangnya.

Ia mulai membuka laci demi laci dengan perlahan dan hati-hati. Elio tidak tahu apa yang ia cari. Satu hal yang ia tahu hanyalah: Nicholas pasti melakukan semua ini karena sesuatu yang berkaitan dengan Eleanor. Ketika ia hampir menutup laci terakhir, sebuah sudut kertas yang menonjol menghentikan tangannya. Elio membeku, perlahan ia kembali membuka laci itu lalu menarik kertas itu keluar.

Ini bukan kertas, tapi sebuah foto. Nicholas Armand dan Eleanor Chen tampak bahagia dalam satu frame. Senyum Eleanor lebih tulus daripada apa pun yang pernah dilihat Elio di hidupnya. Dan Nicholas menatapnya seperti lelaki yang telah menemukan belahan jiwanya.

Elio menutup mata, jantungnya berdegup sangat kencang. Tangannya gemetar saat ia membalik foto itu. Ada tulisan usang dengan tinta hitam di ujungnya, “You make me want to die.”

Elio berdiri, menutup laci itu pelan, lalu memasukkan foto itu ke dalam kantong jaketnya. Bajunya belum benar-benar kering saat ia menutup pintu dan membiarkan hujan kembali mengguyur tubuhnya.

Hanya ada satu orang yang mungkin tahu semua ini sejak awal. Elio menarik napas panjang, langkahnya berubah menjadi lari.

Suara hujan tipis menampar kaca jendela apartemen William. Secangkir kopi hangat menemani malamnya kali ini. Sesekali ia mengacak rambutnya kasar, Nicholas Armand menggunakan kuasanya untuk menekan Eleanor dari berbagai sisi. William tidak keberatan kehilangan pekerjaan dan galerinya untuk Eleanor.

Kepalanya menoleh, ketika bel berbunyi dari luar. Ia bangkit dari kursinya, membuka pintu dengan cepat saat mengetahui Elio telah menunggu di depan pintu dari kamera pengawas.

“Elio.”

Pemuda itu berdiri di ambang pintu, jaketnya basah dan rambutnya acak-acakan.

“Kau tahu siapa Nicholas Armand, kan?” suaranya parau, tapi tajam.

William menatapnya, bingung. “Apa maksudmu, Elio?”

Elio memasukkan tangannya ke saku jaket, lalu mengangkat foto itu di depan wajahnya.

William membeku, suaranya merendah. “Duduk dulu, Elio. Biar aku jelaskan…”

“Jangan suruh aku duduk, Uncle!” Nada Elio meninggi. “Beasiswaku dicabut, kafe tempatku bekerja ditutup tiba-tiba.”

“Elio, aku tidak...”

]

"Tolong, Uncle" potong Elio Lirih.

William menghembuskan napas panjang, “Dulu… Nicholas dan ibumu pernah saling mencintai, Elio.”

Elio terpaku, tangannya meremas foto itu tanpa sadar. Pelan-pelan ia mulai memahami, berarti Nicholas adalah pria yang menyakiti ibunya di masa lalu dan sumber dari mimpi buruknya selama ini.

“Apa yang pria itu inginkan dari ibuku, Uncle?” tanya Elio lirih.

William menghela napas, “Kau mengenal ibumu lebih dari siapa pun, Elio. Ia tidak akan membiarkanku tahu lebih dari pada itu.”

Elio menatapnya dengan mata menyala. “Kalau begitu aku akan mencari tahu sendiri. Aku sudah muak jadi korban dari seseorang yang bahkan tak pernah kukenal sebelumnya.”

William berjalan mendekat, menahan bahunya. “Kau tidak tahu siapa yang sedang kau hadapi. Dia bukan orang biasa, Elio.”

Elio menepis tangan itu kasar. “Aku tidak peduli dia siapa. Kalau dia mau menghancurkan hidupku dan ibuku, aku akan menemuinya dan menghajarnya dengan tanganku.”

William hampir berteriak, “Kau pikir dia akan diam saja ketika kau menghajarnya?! Dia bahkan bisa menutup sekolahmu hanya dengan satu panggilan, Elio!”

Elio membalas cepat, “Kalau dia bisa, biar dia lakukan sekalian!” Ia meraih jaketnya lagi, menatap William dengan kemarahan yang berubah jadi getir. “Aku cuma mau tahu satu hal, Uncle. Kenapa semua orang harus selalu menunduk padanya? Karena uangnya? Karena namanya? Karena ketakutan seperti yang kau punya?”

William menutup matanya sesaat. Ia paham Elio hanyalah remaja yang masih kesulitan dalam mengontrol emosinya. “Elio, dengarkan aku,” suaranya hampir bergetar. “Kau tidak paham, orang itu… dia bukan orang biasa. Dia terbiasa membuat dunia tunduk. Kalau kau melawannya, dia tidak hanya menghancurkan hidupmu, dia akan membuatmu percaya bahwa kau memang pantas dihancurkan.”

Elio memandangnya lama lalu tersenyum tipis, senyum yang mengandung kebencian.

“Jika pun aku harus hancur,” katanya lirih, “aku bersumpah tidak mengizinkan dia yang memutuskan kehancuranku, Uncle.”

Ia melangkah cepat ke pintu keluar.

“Elio, jangan pergi,” kata William cepat. “Kau mau ke mana?”

Elio menatapnya singkat. “Aku mau melihat sejauh apa kekuasaan itu bisa menatap balik kalau kita tidak menunduk.”

Lalu ia pergi tanpa menghiraukan panggilan William.

William berdecak keras, menatap hujan yang makin deras. Tangannya gemetar saat meraih ponsel. Ia menekan satu nomor dengan terburu-buru seolah dikejar waktu. Nada sambung berbunyi lama sekali…

“Sial, Eleanor. Tolong angkat!” ia menekan tombol call sekali lagi.

Tak butuh waktu lama suara lembut terdengar di ujung sana.

“Will, maafkan aku. Aku baru saja…”

“Eleanor,” William memotong ucapannya dengan cepat. Suaranya serak dan tergesa. “Eleanor, dengarkan aku baik-baik. Elio datang padaku. Dia marah karena beasiswanya dicabut, dia juga dipecat dari cafe tempatnya bekerja. Dan dia juga tahu ini ulah Nicholas.”

Keheningan sejenak memenuhi sambungan telepon.

Eleanor menegakkan tubuh, suaranya langsung berubah cemas dan terbata. “Apa?”

“Elio pergi… aku yakin dia mau menemuinya langsung.”

Eleanor berdiri, selimut jatuh dari bahunya. “Kau biarkan dia pergi sendiri?”

“Dia tidak mau mendengarkanku, Ele. Aku sudah coba…”

Suara Eleanor pecah, “Ya Tuhan, Will… dia tidak tahu siapa yang sedang dia datangi.” Suara napasnya memberat, seperti orang berlari tanpa bergerak.

Di seberang sana, William berkata lirih, “Aku tahu, Ele. Itu yang kutakutkan.”

Eleanor tidak menjawab, namun langkah kaki yang menjauh di tengah hujan dan suara pintu taksi yang menutup keras terdengar di Seberang sana.

Elio menatap keluar jendela di dalam taxi, lampu-lampu Paris melintas di wajahnya seperti garis-garis luka cahaya. Ia menggenggam ponselnya erat, tapi tidak menelepon siapa pun.

Sopir menatap dari kaca spion. “Ke mana, anak muda?”

Elio menjawab tanpa ragu, matanya menatap jauh ke arah gedung tinggi yang menjulang di kejauhan.

“Armand Tower.”

Hujan turun lebih deras. Kilat menyambar dari langit seolah menandai pertemuan yang tidak akan bisa diurungkan lagi.

Taxi yang ia tumpangi berhenti di depan menara kaca yang menjulang seperti bilah es di jantung kota. Lampu-lampu putih memantul di jalan basah, sementara air hujan menetes dari kap mobil, jatuh di genangan yang berkilau seperti cermin.

“Sudah sampai, Monsieur,” kata sopir.

Elio mengangguk tanpa bicara. Ia membuka pintu, langkah sepatunya langsung tenggelam dalam air hujan. Udara malam langsung menusuk, ketika ia menginjakkan kaki kedua kalinya di tempat ini.

Armand Tower berdiri dingin dan sempurna, bendera-bendera kecil di depan pintu berderak pelan diterpa angin. Dua penjaga keamanan di bawah naungan lampu menatapnya dari jauh. Dengan napas beruap di udara dingin, Elio mendorong pintu kaca berat Armand Tower. Matanya menatap langsung ke kamera CCTV seolah berkata,

'Aku datang untukmu, Nicholas.'

1
Fera Susanti
keren banget ceritanya
Les Tari
bagus banget
Demar: Terimakasih
total 1 replies
SylvanDream
aah baguuusss...kak demar selalu terbaik
Demar: Terimakasih
total 1 replies
XYZimk09
bagus
Demar: Terimakasih
total 1 replies
Rynda Atmeilya
pantes dijadikan drama novelmy thor👍👍
Demar: Terimakasih
total 1 replies
Zuli Lestary
banyak bawang .. ikut mewek 😭
Zuli Lestary: di tunggu karya selanjutnya kakak
total 2 replies
Kartika Naufal
thanks thot telah menyajikan cerita yang keren 👍 semangat trs thor membuat cerita novel lainnya
Demar: Terimakasih Kartika
total 1 replies
Lina Ningdyar
suuuukkkaaaaa
Demar: Terimakasih sudah ikutin sampai end😍
total 1 replies
karisma
sukaaaa banget ,, ceritanya gak pasaran. jadi gk bisa ditebak
karisma: tapi menurutku bagus kok kak..
semangatt kak tetap berkarya.
penulisannya pun rapi dan jelas enak dibacanya.
total 3 replies
M akhwan Firjatullah
ishh biasanya ada salak segede gunung tp ini ada bawang segede gunung ...sedihhhh
Ernawati Dewi
kalau begitu ceritanya aku gak setuju ya kalau ele cepat maafin nic
Mbak Dil
biar bintang yang bicara
Demar: Terimakasih sudah ikutin sampai end😍
total 1 replies
Emmy Berek
keren
Demar: Terimakasih sudah ikutin sampai end😍
total 1 replies
Ima Kristina
Ditunggu karya berikutnya Kakaa
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya.🙏

Hai Kak, Baca juga di novel ku yang berjudul "TABIR SEORANG ISTRI"_on going, atau "PARTING SMILE"_The End, Biar lebih mudah boleh langsung klik profil ku ya, Terimakasih 🙏
total 1 replies
Ima Kristina
Princess Elodie pengganti princess Elia....lengkap sudah kebahagiaan mereka..... happy ending
Ima Kristina
Elio dewasa sebelum waktunya dari kecil
Ima Kristina
ulet bulu tetaplah ulet bulu
Maria Christanti
smga mrk mau menurunkan egonya masing2 demi kebahagian anaknya.
Ima Kristina
Elio suka banget bikin daddy Nic kesal
Ima Kristina
co cweet banget kisah cinta Ele dan Nic mencintai selamanya meski sempat tersesat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!