Cerita ini merupakan lanjutan dari cerita JENDRAL NAGA HITAM , yang terpaksa tidak bisa dilanjut, karena kerusakan hp.
Lu Sun adalah putra tunggal dewa perang Lu Bu dan istrinya Diao Chan..
Ketika kota XIA PI yang dibawah kekuasaan Lu Bu diinvasi oleh CAO CAO.
Lu Bu mengirim Lu Sun ke Paman Kakek nya
yang tinggal dikota JIAN YE.
Naas ditengah perjalanan Lu Sun mengalami musibah dan terjatuh kedalam jurang.
Yang ternyata berbatasan dengan suatu segel formasi dewa.
Segel secara otomatis terbuka setiap 100 tahun sekali selama 3 jam.
Didalam segel formasi dewa terdapat suatu alam tempat menghukum para dewa yang melakukan pelanggaran yang sangat berat.
Lu Sun jatuh tepat diatas segel formasi dewa, yang sedang terbuka. Lu Sun bertemu dengan Guru yang mewariskan kemampuan silat dan berbagai pengetahuan militer padanya.
Disinilah pertualangan Lu Sun dimulai.
Mulai dari belajar silat sampai mewarisi ilmu strategi milter. juga perjalanan dan pertualangannya setelah meninggalkan alam hukuman para dewa.
Yang melibatkannya dalam, pertempuran, adu strategi militer, perluasan kekuasaan, tipu muslihat, asmara yang berliku-liku ada sedih,gembira, bahagia.
Semua dapat kalian baca lebih lengkapnya di
LEGENDA JENDRAL NAGA HITAM.
Semoga cerita ini dapat menghibur para pembaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MING2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMPURAN CAO CAO VS LU BU
Hari ini adalah hari ke tiga setelah pertemuan Lu Bu dan Cheng Gong.
Dipagi hari ini dipuncak tebing Awan Putih, masih terlihat berkabut.
Seorang prajurit pengawas yang sedang berjaga melihat seekor merpati putih diatas sebuah batu.
Dia segera menghampiri lalu menangkap merpati putih yang terlihat jinak, ketika ditangkap.
Siprajurit mengambil sebuah tabung kecil yang terikat pada kaki si merpati.
Kemudian membuka dan mengambil sebuah surat kecil dari kaki merpati, lalu membacanya.
Begitu membaca isi surat siprajurit terlihat sangat terkejut dengan segera berlari mencari komandannya.
"Komandan Si ... Komandan Si ..."
prajurit itu berlarian sambil memegang tabung dan isi surat berteriak memanggil Komandannya.
"Ada apa Alai, pagi-pagi gini kamu sudah berteriak-teriak ?" Tanya seorang pria bertubuh kekar agak pendek dengan wajah bulat dengan kumis melintang .
Dia adalah komandan Si komsndan yang berwenang memimpin pasukan ditebing sebelah kiri.
Ini..ini ada berita dari garis depan pasukan CAO CAO sedang bergerak kesini.
"Apa?' komandan Si terkejut, "kemarikan surat nya!"
Prajurit tersebut cepat menyerahkan surat kecil kekomandannya.
Setelah membaca Komandan memerintahkan prajurit tersebut menyalakan asap tanda siaga agar temannya yang ditebing kanan bersiap-siap.
Kalian semua bersiap-siap musuh berjarak 3km dari sini segera bersiap menyambut musuh.
Tempati posisi kalian masing-masing dengan peralatan dan perlengkapan kalian.
Sambil menunggu kedatangan
Jendral Gao Shun.
Komandan Si sendiri setelah memberi pesan kebawahannya, dia langsung menuju sebuah meja darurat menulis sepucuk surat digulung-gulung dimasukkan kedalam tabung kecil.
Lalu berjalan menuju kandang merpati , mengambil seekor merpati mengikat tabung kecil pada kakinya lalu melepaskan merpati kearah Lembah Celah Sempit Hijau.
Dibukit sebelah kanan juga terjadi kesibukan, setelah melihat asap tanda bahaya yang dilepaskan oleh tebing diseberang mereka.
Mereka pun bersiap-siap dan siaga diposisi mereka masing-masing.
dan seorang ditugaskan sebagai pengawas dari tempat tertinggi, terus mengawasi kearah depan untuk memberi kabar jarak musuh dari mereka.
Sementara 2 komandan yang bertugas mengawasi Lembah Celah Sempit Hijau juga terkejut mendapat kabar dari merpati yang dilepaskan Tebing Awan Putih.
Mereka pun secara berantai mengabari ke Chen Gong dan Lu Bu.
Chen Gong yang pagi itu baru keluar dari kamar sedikit terkejut melihat seekor merpati dihalaman depan kamarnya.
Dia segera menangkap merpati tersebut dan melepaskan tabung kecil di kakinya.
Untuk melihat pesan dari surat kecil yang dibawa merpati.
Cheng Gong sangat terkejut melihat surat tersebut dia segera membawanya menemui Lu Bu .
Ditengah jalan mereka berpapasan Lu Bu juga terlihat menggenggam secarik kertas.
Sama dengan Cheng Gong.
Dia juga menemukan merpati kecil didepan taman tempat dia biasa pagi-pagi berlatih Hua Ci .
Dan juga sudah melihat isi pesan yang sama dengan isi pesan yang dilihat Cheng Gong.
"Guru mereka akhirnya datang, aku sudah tidak sabar ingin kegaris depan menebas mereka semua."
Tidak Bu er, sekarang yang paling penting kamu bersiap kelembah celah sempit." "Bersama Zhang Liao buatlah kemah disana sambil menunggu kabar dari Gao Shun."
"Kamu bawa 40.000 pasukan untuk siaga disana."
"Sisakan 70.000 untuk bersiaga menjaga benteng pertahanan XIA PI."
"Dalam kondisi darurat kamu bisa menarik 30.000 pasukan lagi sebagai cadangan."
"Kamu sekarang segeralah berangkat kelokasi, kurasa Gao Shun sekarang sudah sedang menuju Tebing Awan Putih."
Aku juga akan menyusul ke Lembah Celah Sempit setelah menyiapkan perlengkapan ku.
Baiklah aku berangkat sekarang, ucap Lu Bu sambil membalikkan badannya lalu tergesa-gesa pergi.
Sementara Gao Shun yang berada tidak jauh dari perkemahan Celah Sempit.
Begitu mendapat kabar langsung bergegas kearah tebing.
Gao Shun langsung mendatangi kedua tebing dan memberi arahan pada mereka.
Lalu berdiam di tebing sebelah kiri menunggu kedatangan pasukan CAO CAO.
Sementara di Lembah terlihat para prajurit mulai sibuk mendirikan barak milter darurat.
Lu Bu dan Zhang Liao juga kedua komandan bawahannya terlihat sedang mengawasi pekerjaan tersebut.
Dipuncak Tebing para pengawas mulai memberi kode jarak kedatangan pasukan CAO CAO yang mulai terlihat seperti barisan ular raksasa, kalau dilihat dari tempat tinggi dan jauh.
Ketika berjarak 500 meter Gao Shun memerintahkan mulai menyalakan asap diatas bukit.
Pasukan CAO CAO semakin jelas terlihat , dipaling depan ada CAO CAO dan ketiga sekutunya Liu Bei , Guan Yu, Zhang Fei.
Dibaris kedua terlihat Dian Wei ,Xu Shu, Xu Chu, Xu Huang, Cheng Yu, Guo Jia , Xun Yu.
Dibelakangnya lagi berbaris pasukan kuda yang sangat panjang.
Sedangkan barisan pasukan tombak dan panah belum terlihat karena saking panjangnya iring-iringan pasukan CAO CAO.
Akhirnya pasukan CAO CAO sampai dibawah tebing, CAO CAO adalah seorang pria setengah baya dengan sepasang alis tebal, jenggot tebal melingkari diatas bibir sampai kedagu.
Mengenakan sebuah topi perdana Mentri kuno.
CAO CAO melihat kedua tebing didepan mereka dari bawah sampai atas.
"Sekarang hari sudah terlalu sore, bikinlah kemah disini malam ini kita beristirahat disini!" perintah CAO CAO pada Dian Wei yang sekarang ada disebelahnya.
"Siap," Perdana Mentri jawab Dian Wei sambil memberi hormat, lalu mundur menjalankan perintah dan tugasnya.
Para Jendral terlihat sibuk mengatur para prajurit membangun tenda.
Beberapa saat kemudian mulai terlihat tenda-tenda berbaris rapi.
Sisi kanan terdiri dari 5 tenda yang berjajar rapi berbaris kebelakang. Demikian juga sisi kirinya.
Sedangkan bagian tengah dibiarkan terbuka seperti buat jalan.
Dibagian paling depan bagian tengah dipasang penghalang dari kayu sebagai pagar
Menutup jalan keluar masuk dan dijaga oleh beberapa baris pasukan.
Ada juga beberapa barisan bertugas berjaga mengelilingi seluruh bangunan tenda dari depan sampai bagian paling ujung kemah.
Tenda CAO CAO adalah tenda yang paling besar dikelilingi oleh beberapa tenda kecil yang ditempati oleh para Jendral dan Penasehatnya. Termasuk tenda Liu Guan Zhang juga berjejer didekat sana.
Hanya tenda penasehat Cheng Yu dan Jendral Xu Huang terletak dibaris paling belakang ujung tenda.
Dibangun dekat bagian perbekalan yang berada paling ujung.
Memang Xu Huang dan Cheng Yu mendapat tugas mengurus dan mengamankan perbekalan.
Disana terlihat patroli barisan penjaga lebih banyak dan sangat ketat.
Setiap pasukan penjaga yang saling bertemu harus menyebutkan kode jaga malam . Yang ditentukan Cheng Yu untuk malam ini saja. Setiap hari kodenya akan dirubah agar menghindari penyusup. Semua terlihat sangat teratur dan rapi.
Pada malam harinya selain Xu Huang dan Cheng Yu semua jendral penasehat juga Liu Guan Zhang tampak hadir dalam tenda besar milik CAO CAO .
Mereka terlihat sedang merundingkan rencana buat penyerangan esok pagi.
"Saudara Liu bagaimana menurutmu cara terbaik yang akan kita ambil dalam invasi besok?"
semoga ada kesembuhn pada cerita ini