Demi menghindari bui, Haira memilih menikah dengan Mirza Asil Glora, pria yang sangat kejam.
Haira pikir itu jalan yang bisa memulihkan keadaan. Namun ia salah, bahkan menjadi istri dan tinggal di rumah Mirza bak neraka dan lebih menyakitkan daripada penjara yang ditakuti.
Haira harus menerima siksaan yang bertubi-tubi. Tak hanya fisik, jiwanya ikut terguncang dengan perlakuan Mirza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadirnya kehangatan
Untuk yang kesekian detik Mirza terpaku. Matanya tak berkedip dengan bibir terkunci. Itu seperti sebuah mimpi baginya. Selama tujuh tahun Mirza larut dalam penyesalan karena perbuatannya. Terkadang sempat mengira jika orang yang ada di hadapannya saat ini sudah mati. Ia tenggelam dengan rasa bersalah yang mendalam. Namun sekarang, Tuhan memberikan jawaban, ia di pertemukan dengan wanita yang masih berstatus istrinya.
Haira menarik tubuh mungil Kemal lalu bersandar di dinding. Kepalanya terus menggeleng. Dadanya menyimpan ketakutan yang sangat luar biasa.
Wajahnya yang sangat tampan tak membuat Haira lupa, hingga apa yang pernah dilakukan Mirza padanya itu terlintas.
"Tu…tuan Mirza," sapa Haira tanpa menatap.
"Haira…" Akhirnya panggilan itu lolos dari bibir Mirza dengan lugas.
Keringat dingin bercucuran membasahi kulit Haira. Ingin berlari, namun ia menemui jalan buntu, ingin berbicara takut. Takut jika Mirza akan memarahi dan memukulnya seperti kala itu.
Jadi ibunya Kemal adalah Haira, lalu siapa Daddy nya? Kenapa Kemal bilang daddy nya tidak akan pernah hadir diantara mereka?
Mirza mencerna setiap ucapan bocah itu. Menatap ibu dan anak itu bergantian.
"Apa aku boleh masuk?" tanya Mirza dengan ragu. Meskipun dirinya yang lebih berkuasa dan bisa melakukan apapun yang diinginkan, namun ia merasa saat ini menjadi tamu yang harus minta izin pada sang pemilik.
"Mommy, Om nya bertanya?" Kemal menarik ujung baju Haira saat wanita itu nampak bengong.
"Silahkan, Tuan," jawab Haira gugup.
Kenapa Tuan Mirza bisa menemukanku. Bagaimana kalau dia membunuh Kemal.
"Tidaaaak…"
Haira menjerit lalu menangis histeris. Menggendong tubuh Kemal dan membawanya ke kamar. Menutup pintu dengan keras, menandakan jika ia sangat ketakutan.
Mirza hanya diam menatap pintu yang tertutup rapat. Merutuki dirinya sendiri yang mungkin seperti monster di mata Haira. Pergerakannya tercekat. Haira mampu membuatnya lemah tak berdaya.
Mendengar teriakan dari dalam membuat Erkan ikut masuk dan menghampiri Mirza.
"Ada apa, Tuan?" tanya Erkan.
"Tidak ada apa-apa. Kamu keluar saja!" titah Mirza pelan.
Sayup-sayup Erkan mendengar tangisan seorang perempuan, namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan Mirza.
Setelah beberapa menit bergelut dengan otaknya, Mirza beranjak dari duduknya. Mengetuk pintu, kemana Kemal dan Haira masuk.
"Ra, buka pintunya!" ucap Mirza lirih.
Haira semakin mengeratkan pelukannya. Sedikitpun tak membiarkan Kemal lepas darinya.
"Mommy…"
Kemal menatap wajah Haira yang nampak kacau. Tangannya mengulur, mengusap air mata yang terus membasahi pipi Haira.
"Om itu baik, Mommy jangan takut. Dia sudah berjanji padaku, tidak akan menggusur rumah kita."
"Ra, kamu buka pintunya sekarang, atau aku dobrak," ancam Mirza yang sudah kehabisan kesabaran.
"Mommy, nanti kalau om itu dobrak pintunya, siapa yang akan benerin, Mommy kan gak punya uang. Biar aku yang buka."
Kemal melorot, lalu berlari dan membuka pintunya.
Senyum manis menyapa Mirza yang mematung di depan kamar Kemal.
"Erkan," teriak Mirza memanggil sang sekretaris.
Erkan menghampiri Mirza.
"Ajak Kemal main di luar."
Erkan langsung menggendong tubuh mungil Kemal dan membawanya pergi.
Mirza membuka pintu kamar Haira lebar-lebar. Matanya menyusuri ruangan yang nampak sempit dan sederhana. Tirai terbuat dari kain dan ranjang yang nampak rapuh. Langit-langit berlubang hingga menampakkan genting nya.
Pandangannya berhenti pada sosok wanita yang duduk dilantai dengan merengkuh kedua lututnya. Kaki Mirza mengayun menghampirinya.
"Jangan mendekat!" pekik Haira, menatap kaki Mirza yang sudah berada di depannya.
"Kenapa kamu pergi dariku?" ucap Mirza mengawali pembicaraan.
"Bukankah kamu sudah berjanji akan menjalani hukuman itu seumur hidup?" imbuhnya. Menatap rambut Haira yang sedikit kusam.
Mirza mendenguskan hidungnya saat mencium aroma yang menyengat dari kolong ranjang. Ternyata itu berasal dari obat nyamuk bakar yang menyala.
Apa Haira dan Kemal selalu memakai ini?
Mirza mengambilnya lalu membuang di luar jendela. Ia mengangkat tubuh Haira dan membawanya ke ranjang, lalu mendudukkannya dengan pelan.
Mirza menutup tirai jendela lalu kembali duduk di samping Haira. Tak peduli dengan sprei yang jauh di bawah standar, yang pastinya membuat Mirza nyaman.
"Sa…saya __"
"Kamu sudah membohongiku, Ra. Dan kamu tahu apa konsekuensi untuk orang yang sudah melanggar janjinya."
Mirza tersenyum tipis. Melirik ke arah Haira yang nampak ketakutan.
"Saya minta maaf, Tuan. Saya __" Lagi-lagi ucapan Haira terpotong saat Mirza memeluknya tanpa aba-aba.
Eh, ada apa ini, kenapa Tuan Mirza baik padaku, apa saat ini dia kerasukan jin baik. Atau ini caranya untuk membawaku kembali.
Haira mendongak, menatap wajah Mirza dengan lekat.
Sama seperti dirinya, Mirza pun nampak berkali-kali mengusap pipinya yang dipenuhi air mata.
Haira menyandarkan kepalanya di dada Mirza. Mendengarkan detak jantung pria itu. Ketakutan nya lenyap saat tangan kekar sang suami terus mendekapnya. Kehangatan yang pernah ia rindukan dari seorang suami, namun tak pernah ia dapatkan meskipun hanya sekali.
"Sekarang katakan padaku, siapa ayah Kemal? Kenapa dia bilang kalau Daddy nya tidak akan pernah hadir."
Deg deg deg
Jantung Haira berdegup dengan kencang. Itulah yang ia takutkan, dan akhirnya Mirza mempertanyakan jati diri putranya.
"Daddy Kemal sudah meninggal. Itulah kenapa saya bicara seperti itu padanya."
Ternyata ayah Kemal bukan aku.
Mirza sangat kecewa dengan ucapan Haira. Padahal, ia berharap penuh jika wanita itu menyebut namanya, namun semua itu hanyalah keinginan yang tak akan pernah terwujud.
Ingin marah, namun apa daya, Mirza tak berhak melakukan itu lagi.
Dia adalah putramu, darah dagingmu, tapi aku nggak mau kalau sampai kamu merenggutnya dariku.
Mirza melepaskan pelukannya, lalu menangkup kedua pipi Haira. Suara yang tadi sudah tersusun rapi tiba-tiba ambyar. Ia belum bisa untuk mengungkap sebuah fakta yang menyelimuti nya.
"Maafkan aku, Ra." Mirza menyatukan keningnya dengan kening Haira. Tangannya terus mengelus pipi wanita itu dengan lembut.
Tidak ada jawaban, Haira masih mencoba mencerna apa yang diucapkan Mirza. Ia tak mau percaya diri, dan menganggap Mirza adalah Tuannya seperti dulu.
"Om, aku mau naik yang itu."
Teriakan Kemal dari arah luar membuat Haira tersenyum. Dari lubuk hati yang terdalam, ia ingin mengungkap semuanya, tapi rasa takut itu seolah-olah menariknya hingga bibirnya harus berbohong.
"Apa kamu mau pulang denganku?" pinta Mirza penuh harap.
Wajah Haira meredup. Bibirnya terasa berat untuk menjawab. Ia tak ingin mengulang masa-masa itu. Kasihan Kemal jika harus menyaksikan penderitaannya.
"Tapi __"
Ssstttt
Mirza mendaratkan jarinya di bibir Haira. "Kita akan menjalani kehidupan baru, selayaknya suami istri. Kamu akan menjadi nyonya Glora di rumah kita."
Haira kembali terisak di pelukan Mirza. Meluapkan kebahagiaannya yang selama ini tak pernah ia dapatkan.
𝚑𝚎𝚕𝚕𝚘 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚎𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚔𝚗𝚕 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚊𝚞𝚗𝚝𝚢 𝚊𝚗𝚐𝚎𝚕𝚊 🤣🤣