Setelah membaca tolong tekan LIKE ya.
Ini sequel dari novel My Husband Is Possessive.
Lebih tepatnya ini cerita Wulan dan Kevin.
Penyesalan karena kehilangan perempuan yang di cintai membuat Kevin berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Tiap hari dia habiskan untuk bekerja dan mencari Wulan.
Bagaimana perjuangan Kevin dalam mencari Wulan yang tiba-tiba kabur dalam keadaan hamil.
Kalau ada yang masih binggung alur ceritanya, baca dulu novelku yang judulnya My Husband Is Possessive.
Cerita ini hanya khayalan author kalau ada kesamaan atau salah mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Tolong maafkan aku, aku sadar aku salah. Beri aku kesempatan lagi untuk membuktikan," tak henti-hentinya Kevin mengucapkan kata itu.
"Aku pulang dulu, besok aku kesini lagi tetapi jangan kabur atau pergi dari ku karena kemana pun kamu pergi aku akan selalu menjadi bayangan mu," kata Kevin mengelus kepala sang istri tak lupa mendaratkan ciuman di kening Wulan. Namun kata Kevin tadi bagaimana ancaman untuk dirinya agar dia tidak kabur lagi.
"Oh iya, jaga anak kita baik-baik jangan sampai orang yang ngaku-ngaku calon suami kamu itu membawa aura kelek ke anak dalam kandungan kamu," kata Kevin cepat.
Wulan mendelik kesal. "Ck dasar Kevin," kesal Wulan.
Kevin berjalan cepat menuju pintu namun dia menoleh ke arah Wulan dan tersenyum manis sebelum pergi.
"Pergi sana," kesal Wulan.
Keesokan harinya...
Wulan berjalan pelan seperti biasa, dia berolahraga dengan berjalan kaki mengelilingi kampung. Beberapa warga yang mengenalnya menyapa Wulan ada juga yang bertanya siapa pria yang ada di belakangnya. Sebelum Wulan menjawab Kevin terlebih dahulu mengatakan kalau dia adalah suami Wulan jadi mau tak mau Wulan pun mengiyakan.
"Sayang pasti kamu capek, ayo minum dulu," Wulan merasa pusing sedari tadi mendengar pria di belakangnya mengoceh terus menyuruhnya berhenti untuk minum.
Kevin beberapa hari ini selalu mengikuti Wulan kemanapun itu membuat Wulan pusing sendiri sedangkan Rita maupun Vera tak mau ikut campur, ya biarlah Wulan sendiri yang memutuskan karena ini hidup Wulan dan pilihan yang dia ambil itu pasti penuh pertimbangan.
"Aku masih belum lelah, kamu minum saja sendiri," tolak Wulan sambil melotot.
"Apa dia mau buat aku ngompol apa, sedari tadi nyuruh aku minum terus," gerutu Wulan namun masih bisa di dengar Kevin.
Kevin menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia binggung karena dia hanya ingin berbuat baik dengan istrinya karena tak tega melihat dia berkeringat dari tadi.
"Pulang sana, kerja. Ngapain sih masih di sini terus," protes Wulan.
Kevin bukannya marah, dia justru tersenyum. Inilah Wulan yang dia kenal, Wulan yang bar-bar dan berbicara terus terang berbeda dengan Wulan beberapa bulan lalu yang selalu menurut kata-katanya tanpa bantahan. Ternyata dia yang merubah Wulan dengan cepat namun dengan cepat pula membawa luka untuk Wulan.
"Tenang sayang, sudah ada Ray yang mengurus," jawab Kevin dengan enteng.
"Ck mentang-mentang bos," gerutu Wulan.
"Aku kangen kamu yang seperti ini," tanpa sadar Kevin berbicara seperti itu namun dengan suara pelan dan masih bisa di dengar oleh Wulan.
"Apa?" Wulan menoleh, bertanya kepada Kevin apa yang dia dengar tadi takutnya dia salah mendengarnya.
"Aku bilang kamu begitu cantik hari ini," Kevin melemparkan rayuan mautnya.
Bukannya senang Wulan justru kesal. "Jadi dulu aku tidak cantik begitu,"
"Bu-bukan begitu maksudku. Dulu kamu cantik dan sekarang semakin cantik," jawab Kevin cepat namun dengan raut wajah takut.
"Pffff...." Wulan menahan tawa melihat wajah Kevin yang seperti ini. Wulan berjalan dengan riang entah kenapa suasa hatinya menjadi lebih baik, dia mengelus perutnya dengan penuh kasih sayang.
Sedangkan Kevin terdiam dengan pemikirannya sendiri.
"Apa sudah benar ya kata-kata ku," batin Kevin, dia mengikuti petunjuk yang dia dapatkan dari internet bahkan dia juga belajar merayu wanita kesayangannya meskipun Kevin sedikit gugup, dia berdoa semoga Wulan luluh dan mau memaafkannya.
Melihat Kevin yang sepertinya diam tak mengomel dari tadi, Wulan langsung berbalik dan melihat Kevin ternyata masih berjalan di belakangnya. Wulan berpura-pura memasang wajah galak.
"Kamu tidak bosen ngikuti aku terus," kesal Wulan menatap pria yang sedari tadi mengikuti dirinya padahal dia sudah mengusirnya pergi.
"Sayang ini jalan umum jadi bebas dong aku mau kemana saja," jawab Kevin dengan santai.
Mendengar ucapan Kevin membuat Wulan manyun, dia pun melanjutkan olahraga pagi seperti biasa yaitu jalan kaki karena sudah beberapa hari ini dia malas berolahraga jadi membuat sedikit lelah apalagi sejak kedatangan Kevin.
"Dasar muka tembok, sudah di usir masih saja ngikutin," gerutu Wulan namun masih di dengar Kevin.
"Biarin asal istri ku kembali, aku siap melakukan apapun," jawab Kevin tak mau menyerah.
"Tergantung..." Jawab Wulan asal.
Mendengar jawaban dari sang istri, Kevin langsung tersenyum cerah seperti hangatnya sinar matahari.
"Berarti kamu sudah memaafkan ku?" Kevin mendekat dan tanpa sadar bertanya kepada Wulan.
"Apa?" Wulan binggung dengan ucapan Kevin, dia langsung teringat ucapannya tadi.
"Ck kenapa aku keceplosan berbicara seperti itu," gerutu Wulan di dalam hatinya saat ini.
"Tadi kamu bilang tergantung jadi itu artinya kamu mau memaafkan aku dan kembali pulang?" Tanya Kevin dengan antusias.
"Bukan, maksudku tergantung ketulusan mu, ya ketulusan mu baru ku pertimbangkan," jawab Wulan.
"Baik," Kevin begitu senang tanpa sadar dia memeluk Wulan.
"Hei lepaskan aku, malu dilihat orang," protes Wulan mencoba melepaskan pelukan Kevin.
Kevin dengan wajah cemberut melepaskan pelukannya.
"Neng Wulan," sapa Wawan entah pria itu muncul dari mana Wulan tak tahu.
"Minggir sana jangan dekat-dekat neng Wulan," Wawan dengan kesal menarik Kevin dan kini dia bisa berada di dekat Wulan.
Melihat tingkah pria itu Kevin marah.
"Kamu itu siapa sih? Wulan itu ISTRI ku jadi dekat-dekat begini sah-sah saja," protes Kevin kini giliran dia yang menarik Wawan menjauh.
Wajah Wawan terlihat masam saat Kevin mengatakan kata istri.
"Pergi sana, di cariin Mak mu," kata Kevin dengan sinis.
"Kamu saja yang pergi, aku mau ketemu neng Wulan kok," Wawan menolak.
"Pergi sana jangan ganggu istri ku," kesal Kevin.
Wulan memijit keningnya merasa pusing melihat mereka berdua.
"Satu aja sudah bikin pusing, eh sekarang muncul satu lagi," gerutu Wulan di dalam hatinya.
"Stop kalau kalian mau berantem silahkan, aku mau pergi," kata Wulan meninggalkan mereka berdua. Wulan berjalan dengan cepat.
"Gara-gara kamu sih neng Wulan pergi," protes Wawan.
"Kok aku sih, justru kamu itu yang menggangu," kesal Kevin.
"Sayang tunggu aku," teriak Kevin menyusul Wulan.
Wawan tak mau kalau dia juga berteriak memanggil Wulan. "Neng Wulan tunggu aku,"
"Sayang jangan tinggalkan aku," teriak Kevin.
"Neng Wulan tunggu mas Wawan," Wawan juga tak mau kalah.
Keduanya saling menatap namun tatapan permusuhan.
Kedua berusaha mengejar Wulan namun mereka berdua masih saja berantem saling tarik-menarik atau saling mendahului.
"Pergi sana, balik ke planet lain sana," sinis Wawan menatap Kevin.
"Kamu tuh yang harusnya sadar diri, dasar pebinor," kata Kevin menatap Wawan sinis.
Wulan tak menghiraukan panggilan mereka berdua, dia memilih berjalan cepat ingin segera sampai di rumah karena sudah lelah apalagi menghadapi tingkah keduanya itu.
Bersambung....