Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Bocil jangan mendekat yaa!!!
Haikal membawa Aura masuk kedalam vilanya dengan menggendongnya seperti pengantin. Ya mereka memang pengantin baru bukan.
Menapaki tangga menuju kamar utama vila itu, mata Aura tak lepas menatap wajah tampan Haikal yang kini benar-benar menjadi miliknya. Bahkan Aura membayangkan tubuh kekar nan indah itu selalu meyambutnya saat membuka mata. Tak munafik wanita manapun akan menginginkan pria yang memiliki tubuh sempurna seperti Haikal ini.
Ceklek
Haikal mendorong pintu dengan kakinya, membawa wanitanya masuk kedalam kamar luas yang memilki jendela kaca besar.
"Pemandangannya indah Mas," Katanya saat Haikal membawanya menuju balkon yang menghadap ke laut sore itu.
Haikal memeluk tubuh wanitanya dari belakang, dan mendaratkan ciuman di bahu Aura yang tertutupi kain.
"Anggap saja ini bulan madu kita, karena dalam waktu dekat ini aku belum bisa mengajakmu pergi jauh." Haikal mengembuskan napas hangat disekitar telinga Aura, membuat wanita itu merasakan kehangatan yang menyebar membuat telinganya sedikit memerah.
Haikal mengigit lembut telinga itu membuat Aura merasakan merinding disekujur tubuhnya.
"Kamu boleh memikirkan resepsi pernikahan yang kamu inginkan, aku tak keberatan." Ucapannya lagi, kali ini dengan suara berat dan napasnya mulai pendek.
"Um, akan aku pikirkan nanti." Cicit Aura gugup.
Haikal membalikkan tubuh Aura hingga kini keduanya saling menatap.
Tatapan dalam Haikal seolah menyeret Aura untuk ikut menyelami kedalamnya. Tatapan bola mata hitam legam itu begitu memikat untuknya.
Senja sore menemani keduanya dalam kidung cinta yang nyata, Haikal menyentuh bibir tipis yang sudah menjadi candunya dengan lembut dan menuntut, sedangkan kedua tangannya melingkar erat di pinggang dan punggung Aura dengan posesif.
Enggh
Lenguhan manja keluar dicelah bibir keduanya yang tertaut, Aura melingkarkan tangannya pada leher Haikal membuat ciuman keduanya semakin menuntut.
Hap
Haikal mengangkat tubuh wanitanya kedalam gendongan, Aura nemplok seperti koala tanpa keduanya melepas ciuman.
Bugh
Ughh
Lenguhan dan decapan memenuhi kamar luas itu, Haikal melepar tubuh keduanya diatas ranjang. Ciuman panas nan menuntut begitu menyesakkan dada keduanya, udara panas menyebar kedalam tubuh keduanya bersama gairah yang mulai menanjak.
Aura mendesah saat bibir basah hangat Haikal menyusuri lekuk lehernya, bibirnya yang terasa kebas, kini giliran tubuhnya yang harus merasakan gelayar aneh yang baru dirasakan.
Tangan Haikal tak tinggal diam, menyusup kebelakang punggung Aura untuk mencari reseleting dan membuka pakaian yang menghalangi kegiatan panasnya.
Umm
Aura meleguh saat bibir Haikal kembali melumat bibirnya dan menyesapnya menuntut.
Napas keduanya memburu seolah berlomba untuk mencapai tujuan, Haikal menarik wajahnya menatap wajah Aura yang sudah tampak sayu.
"Mass.." Lirih Aura dengan tatapan sayunya.
Haikal menelan ludah, ledakan dalam dirinya menggebu-gebu untuk menyalurkan gairah yang selama ini terpendam. Meksipun dia bukan pria baik, tapi Haikal bukan pria yang suka keluar masuk bar dan menghabiskan waktu bersama wanita.
Ada kalanya dirinya merasakan lelah dan stress dan seorang pria yang sudah difase seperti itu memilih untuk menyalurkan hormon estrogen.
Jemari Haikal menyentuh anak rambut yang sedikit menutupi wajah Aura, disibaknya hingga membuat wajah cantik itu kini tampak lebih seksi.
"Aku akan pelan-pelan," Gumam Haikal yang kini menarik tubuhnya untuk membuka pakaian yang dikenakan.
Aura membuang wajah kesamping saat kini Haikal hanya menggunakan boxer pendek menutupi asetnya yang terlihat mengembung.
Tubuh Aura yang sudah panas kini semakin panas melihat tubuh Haikal yang begitu indah.
"Enggh..Mas.." Aura tersentak saat gaun yang dia pakai ditarik turun oleh Haikal.
Kini tubuh putih polos itu tampak meringkuk, menutupi dada dan pahanya.
"Mas.." Aura tampak malu, tangannya menyilang didepan dada dengan wajah memerah.
Bibir Haikal menyeringai, tatapanya tertuju pada sosok tubuh putih yang sangat indah.
Perlahan tubuhnya mendekat membuat jantung Aura semakin bertalu.
"Mas, aku malu," cicitnya saat tangan Haikal menarik pelan kedua tangannya dari dada.
"Ini sangat indah sayang," Katanya sambil menatap tak berkedip dua melon Aura yang masih tertutup kaca mata hitam berenda.
Wajah Aura tersipu, kemesuman nampak jelas di wajah Haikal.
Ahh
Desahan kembali terdengar saat bibir Haikal mengecup daging kenyal yang menyembul itu, hingga tangannya bergerak mencari pengait br*a di punggung sang istri.
Kini Haikal bisa melihat gunung yang sebelumnya tertutupi itu begitu indah dipandangnya, jakunnya naik turun seirama dengan salivanya yang tertelan.
Sedangkan Aura tampak pasrah dengan keadaanya yang benar-benar polos, meskipun dibawah sana masih ada segitiga pengaman yang menutupi aset terpentingnya.
"Wow.. sangat-sangat indah sayang," Katanya dengan mata penuh kekaguman.
Tenaganya mulai merayap memberikan sentuhan yang membuat tubuh Aura menggeliat, rasanya begitu panas seperti terkena tekanan aliran listrik yang mengejutkan.
"Umm, Mas.." Aura memejamkan matanya saat bibirnya kembali menjadi sasaran Haikal, kini semakin dalam dan menuntut dengan penuh hasrat.
Gelombang gairah semakin memuncak seiring dengan sentuhan yang sangat intim.
Enghh