My Sexy Secretary

"Hei, kalian sedang apa?" pekik Aneeq, melihat El dan Caka yang terlihat sangat intim, menempel pada sudut ruangan dengan tubuh yang saling menempel, bahkan jas Caka ada pada tubuh wanita itu, mereka seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Aneeq terperangah, merasa tak percaya, tetapi detik selanjutnya dia mengangguk paham apa yang sedang dilakukan oleh kedua orang dewasa itu, tetapi masalahnya adalah tempat mereka bercumbu, apa mereka tidak ada modal untuk menyewa kamar, sampai melakukan di situ.

Apalagi dia membawa Jennie dan Ziel, bersamanya. Jennie yang melihat itu langsung menutup kedua mata putranya. Agar tidak melihat adegan tak senonoh itu.

Sementara Elly hanya menundukkan kepala, tak ingin ikut terlibat dengan perdebatan yang akan terjadi.

Aneeq menatap nyalang, memberikan sorot mata itu pada Caka dan El secara bergantian.

"Kalian ini seperti tidak punya uang saja, sana pergi ruanganku kalau mau itu-itu, jangan di ruangan terbuka seperti ini! Kalian pikir kantorku ini tempat apa?" cetus Aneeq sambil menahan pintu lift.

Mendengar itu, sontak saja keduanya langsung saling tatap dengan bola mata melebar, lalu cepat-cepat keduanya menjauh dari tubuh masing-masing, El dan Caka sama-sama meneguk ludah, mereka benar-benar seperti maling yang tertangkap basah.

El melirik Caka yang tengah merapikan dasinya, lalu melangkah keluar, disusul pria tampan itu, wajah mereka sama-sama tak bisa dikondisikan, pipi El merah merona karena merasa malu, sementara Caka tampak pias, padahal mereka tidak melakukan apa-apa.

"Maaf, Tuan, saya bisa jelaskan kejadian tadi," ucap Caka yang tidak ingin Aneeq salah paham dengan mereka berdua.

Kedua netra Aneeq menyipit, dia mengusap pangkal hidungnya. "Apa maksudmu? Jangan bilang kamu tidak ingin tanggung jawab setelah melakukan sesuatu pada adikku!"

Karena sebejat-bejatnya Aneeq, dia tidak pernah membiarkan anacondanya menerobos masuk ke dalam sarang yang belum semestinya. Apalagi sampai membuat anak orang hamil, lalu lepas tanggung jawab begitu saja.

Ucapan Aneeq langsung membuat Caka gelagapan, tanggung jawab apa, mereka saja tidak melakukan apa-apa. "Tuan, tidak seperti itu, saya dan Nona El benar-benar tidak melakukan apapun, kami hanya salah paham."

Aneeq terlihat tidak terlalu peduli dengan penjelasan Caka, dia memutar bola matanya jengah, lalu mengibaskan tangan, meminta Caka untuk menyingkir. "Terserahlah, tapi kalau sampai terjadi sesuatu padanya, aku orang pertama yang harus kamu hadapi!" Tegas Aneeq dengan intonasi yang tak main-main.

Caka tampak menundukkan kepalanya, tak mampu untuk membantah lagi ucapan sang tuan. Dia tahu bagaimana pria ini menjaga adiknya, dan dia tidak akan marah akan ancaman itu, toh dia tidak melakukan apapun pada El.

Dan hal tersebut, lagi-lagi membuat Jennie melihat sesuatu yang lain dari diri Aneeq. Sebenarnya pria itu adalah pria yang penyayang, tetapi sikapnya saja yang menyimpang.

Aneeq sudah hendak melangkah, tapi El menahan dengan mencekal pergelangan tangan Aneeq. "Kak, tunggu!"

Membuat Aneeq menghela nafas panjang, dia berbalik dan menatap El yang mencebik. Kedua tangannya kini bertolak pinggang. "Apa lagi, terserah kamu mau ciuman-ciuman dengan Caka, aku tidak akan memberitahu Mommy dan Daddy." Ujar pria tampan itu dengan sedikit ketus.

"Ish, apa sih? Aku tidak mau membahas itu!" El membalas ucapan Aneeq tak kalah ketus.

"Lalu apa?"

Tak langsung menjawab El justru melirik ke arah Jennie dan bocah tampan yang berdiri di belakang sang kakak, bahkan ada baby sitter pula. "Siapa, Kak?" Tanyanya dengan sorot mata penasaran. Karena baru kali ini, El melihat dua orang itu.

Aneeq ikut melirik ke arah Jennie dan Ziel. Baru saja dia ingin menjawab, Ziel lebih dulu berlari ke arah El yang sedari tadi terus dia perhatikan. Wanita cantik yang terlihat seperti boneka barbie di matanya.

"Helo, Aunty Barbie. Aku Ziel, dan itu Mommy-ku," ucapnya mengenalkan diri sambil menunjuk Jennie, membuat El tersenyum.

Dia suka anak kecil yang tidak malu-malu seperti Ziel. El berjongkok lalu mengusap puncak kepala Ziel. "Hai, Ziel. Aku El, adiknya Kak An, kamu tampan, dan Mommy-mu juga cantik."

"Tentu saja, Mommy Ziel memang cantik, Daddy saja suka pada Mommy. Tapi Aunty juga cantik, Aunty seperti boneka barbie."

Mendengar itu, El langsung terperanjat kaget, raut wajah wanita itu kembali berubah. Bukan karena Ziel yang memujinya seperti boneka barbie, tetapi panggilan bocah tampan itu pada sang kakak yang membuatnya tiba-tiba tak bisa bernafas dengan leluasa.

"Daddy? Apa maksudnya Daddy?"

*

*

*

Kakak lu tuh baru kenal minta jadi Daddy 🤣🤣🤣