Mencintai pria dewasa yang umurnya jauh lebih matang sama sekali tidak terbesit pada diri Rania. Apalagi memikirkannya, semua tidak ada dalam daftar list kriterianya. Namun, semua berubah haluan saat pertemuan demi pertemuan yang cukup menyebalkan menjadikannya candu dan saling mengharapkan.
Rania Isyana mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang sedang menjalani jenjang profesi, terjebak cinta yang rumit dengan dokter pembimbingnya. Rayyan Akfarazel Wirawan.
Perjalanan mereka dimulai dari insiden yang tidak sengaja menimpa mobil mereka berdua, dan berujung tinggal bersama. Hingga suatu hari sebuah kejadian melampaui batas keduanya. Membuat keduanya tersesat, akankah mereka menemukan jalan cintanya untuk pulang? Atau memilih pergi mengakhiri kenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3
"Hehe ... iya Pak, kok Pak Dokter bisa di sini?" Rania keki sendiri.
Jangan bilang nih orang kerja di sini juga, bisa apes hidup gue kalau harus sering ketemu nih orang.
"Sayangnya iya, saya kepala bagian rumah sakit ini, wakil direktur rumah sakit, dan sekaligus satu-satunya pewaris dari Medika Hospital," paparnya cukup membuat gadis itu menelan ludah gugup.
Seperti bisa membaca pikiran Rania, Rayyan menjawab lugas dan cukup santai.
Poor you Rania Isyana
"Oke, terus kaitanya dengan sederet apa yang Bapak punya adakah hubungannya dengan saya? Mohon maaf Pak Dokter yang budiman, saya di sini karena sudah ditentukan dari pihak kampus untuk program profesi di rumah sakit ini, mohon izin dan bimbingannya," ujar Rania penuh doa dan harapan.
Pertemuan pertama keduanya cukup frontal jadi masih menyisakan getaran sengit diantara mereka.
"Kamu tahu gara-gara kelakuan berkendara kamu yang seperti bocah, kamu hampir membuat saya celaka, dan juga saya hampir terlambat menangani pasien operasi yang sudah dijadwalkan. Gara-gara kamu hari saya menjadi semrawut dan mobil kesayangan saya harus bertamu ke bengkel. Bukan hanya itu, mobil saya terancam opname di sana karena mengalami kerusakan yang cukup signifikan dengan total rincian yang tidak sedikit, jadi— saudara—" Rayyan membaca biodata dan surat pengantar dari dekan yang Rania sodorkan.
"Rania Isyana Rasdan, Pak, nama saya," jawab Rania percaya diri.
"Ya kamu, akan saya setujui koas di sini dengan syarat khusus yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan yang akan dilakoni."
"What! Maksudnya?" Rania menyorot penuh tanda tanya.
"Kamu harus ganti rugi," jawab Rayyan yakin.
"Owh ... itu? Ya ... mobil saya juga rusak, tetapi saya mampu bayar bengkel sendiri, jadi kita impas 'kan?"
Ini orang cari gara-gara nih, sebenarnya niat nerima nggak sih, emang ada gitu ya sejarahnya rumah sakit menolak mahasiswa yang mau mengikuti program profesi. Ngadi-ngadi nih orang!
Rayyan berdiri dari kursi, melepas jas kebesarannya, dan hanya menyisakan kemeja yang cukup pas di tubuhnya. Sedikit menggulung lengan kemejanya sampai bawah siku, lalu duduk di meja tepat di depan Rania duduk. Pria itu sedikit merunduk, menatap lekat wajah gadis di depannya dengan begitu mengintimidasi, sontak membuat Rania gelagapan sendiri.
"B-bapak ngapain?" tanyanya gugup dengan membuang muka.
"Mau ganti rugi, atau sama sekali tidak mendapat rekomendasi apa pun dari saya, saya bisa saja bilang ke dosen kamu Pak Wardana itu, bahwa kamu sangat tidak berkompeten dan bersungguh-sungguh menjalaninya sehingga memilih mundur!"
"Wah ... Bapak ngancam saya, yang ada saya ini yang bisa tuntut Bapak, karena mencampurkan urusan pribadi Bapak dengan pekerjaan," sela Rania tak terima.
"Kamu tahu, salah satu yang menyebabkan kegagalan seseorang dalam bidang tertentu karena dia tidak pro, melainkan kontra dengan kenyataan. Nyatanya semua bisa berjalan dengan mudah dan mulus kalau sejalan. Terserah! Pilihan ada di tangan kamu, silahkan pertimbangkan, dan bawa surat pengantar ini kembali, jangan pernah datang lagi karena saya paling tidak suka merepetisi apa pun!"
Mati aku! Gegara minta duit tambahan saja aku sudah kena ceramah tiga hari tiga malam, ini malah aku disuruh ganti rugi biaya mobil orang, duit dari mana. Duit nyokap mah banyak, tapi apa ya aku nggak digiling duluan. Hua ...
Rania bergeming, mendadak ia mumet sendiri, padahal teman-temannya cukup mudah tanpa hambatan apa pun orang cuma mengantar surat pengantar dari dekan kepada kepala bagian terkait rumah sakit terus mulai koas, ini kenapa jadi ribet? Sungguh ujian baru bagi Rania. Cita-cita jadi dokter semenjak kecil terancam kandas, alias gagal total ketikung sama oknum paling menjengkelkan.
"Pak, saya 'kan belum kerja, bisa nggak saya ngutang, nanti kalau saya udah lulus terus jadi dokter muda beneran, saya ganti semua kerugian Bapak, gimana?" Rania mencoba bernego dengan jurus rayuan tiga ratus enam puluh lima.
Rasanya Rayyan pingin ngakak guling-guling mendengar betapa bar-barnya gadis di depannya. Ia bahkan sampai lupa sejenak kalau punya masalah dan beban percintaan yang berat menimpanya. Rupanya ia sedikit mempunyai hiburan tak terduga yang datang tanpa sengaja. Ya walaupun sedikit menyalahi aturan atas kuasa dirinya. Namun, begitulah hidup, realitanya yang punya wewenang yang bakalan menang.
"Kamu boleh mengganti rugi dengan yang lainnya," ucap Rayyan mengamati tubuh gadis itu dengan jeli.