NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:40.9k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan.


Cinta yang seharusnya menguatkan, justru menjadi luka yang menganga. Eva, perempuan dengan hati selembut embun, dikhianati oleh pria yang dulu ia sebut rumah.

"Cinta seperti apa yang membuatku merasa sendirian setiap malam? Yang membuatku meragukan harga diriku sendiri? Cintamu .... cintamu telah membunuhku perlahan-lahan, hingga akhirnya aku mati rasa." gumam Eva Alexia


Bagaimana takdir cinta Eva Alexia selanjutnya? Apakah dia akan tetap mempertahankan pernikahan nya atau mengakhiri semuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Ego Dan Cinta

Seharian penuh Eva duduk terpaku di depan layar laptopnya. Tugas-tugas kantor yang menumpuk sengaja dia kerjakan tanpa henti, tanpa jeda istirahat yang cukup, seolah dia sedang berpacu dengan waktu. Bukan karena dedikasi semata, tapi lebih karena alasan yang tak terlihat: dia sedang melarikan diri dari pikirannya sendiri. Keletihan yang menjalar dari ujung kepala hingga kakinya bukan sekadar fisik—itu juga letihnya hati yang dipaksa kuat setiap hari. Dia hanya ingin terus sibuk, agar tidak ada ruang untuk kenangan-kenangan pahit tentang pengkhianatan suaminya, Ardian, yang diam-diam menghancurkan pondasi cinta yang mereka bangun bersama.

Satu kali pertemuan lagi. Hanya satu sesi sidang lagi yang memisahkan Eva dari kebebasan yang selama ini dia nanti. Dia berharap semua proses perceraian berjalan lancar, tanpa hambatan, tanpa drama. Dia sudah terlalu muak. Muak dengan kebohongan, air mata, dan janji-janji palsu yang selama ini dia telan mentah-mentah. Rasa sakit itu tidak lagi tajam seperti pertama kali dia mengetahuinya, tapi kini berubah menjadi rasa hampa yang dingin. Eva tak lagi mencari jawaban atau alasan. Yang dia inginkan hanya satu : mengakhiri semuanya.

Pelan, Eva mengambil ponselnya. Dia menyalakan layar dan membuka aplikasi galeri. Jari-jarinya menggulir layar perlahan, membuka satu per satu foto kenangan yang tersimpan sejak lama. Di sana ada tawa mereka, pelukan hangat, canda sederhana di malam hari, dan senyum manis di pagi buta saat mereka masih saling menyeduh kopi. Foto-foto itu bagaikan luka yang tak kunjung sembuh. Mereka dulu tampak sangat bahagia—begitu serasi, seakan dunia merestui hubungan mereka. Dari masa pacaran hingga tiga tahun pertama pernikahan, semuanya terlihat seperti potongan kisah cinta yang sempurna.

Namun, di balik senyum-senyum itu, ada harapan yang tak pernah tercapai. Mereka punya segalanya: rumah yang nyaman, karier yang stabil, dan cinta yang tampak hangat. Tapi tidak dengan seorang anak. Eva, sejak awal, sangat merindukan kehadiran seorang buah hati. Ia berdoa siang malam, menangis diam-diam, berharap Tuhan akan mempercayakan satu jiwa mungil di rahimnya. Namun, waktu terus berjalan tanpa kabar baik. Setiap bulan yang berlalu tanpa tanda kehidupan di rahimnya adalah pukulan yang perlahan melumpuhkan semangatnya.

Dan pada akhirnya, luka itu menjadi luka yang lebih dalam lagi. Ardian menikah diam-diam. Tanpa sepengetahuan Eva, lelaki itu membangun rumah tangga lain, dan bahkan telah memiliki seorang anak. Dunia Eva runtuh dalam sekejap ketika dia mengetahuinya. Hati perempuan mana yang tidak hancur saat menyadari bahwa selama ini dia ditipu oleh orang yang paling dia percayai? Bahwa impian terbesarnya—menjadi seorang ibu—telah diwujudkan oleh suaminya bersama perempuan lain!

Eva memejamkan mata, menahan sesak di dadanya. Penyesalan bukan lagi hal yang berguna saat ini. Apa yang telah terjadi tak bisa diubah. Suaminya telah mengkhianatinya, tidak hanya dalam tindakan, tapi juga dalam hati. Janji setia yang dulu diucapkan, kini telah dikubur dalam-dalam. Dan Eva tahu, dia juga harus mengubur cintanya pada pria itu. Tidak mudah, memang. Bagaimana mungkin bisa melupakan seseorang yang dulu menjadi seluruh hidupnya?

Tapi dia akan mencobanya. Setiap hari, setiap detik, Eva akan berjuang untuk berhenti mencintai Ardian. Meskipun hatinya masih terasa berat, meskipun kenangan masih sesekali datang menyusup, dia akan melawan semuanya. Sebab, hanya dengan begitu dia bisa kembali menemukan dirinya yang lama hilang. Sebab, hanya dengan begitu dia bisa sembuh.

Tok... tok...

Suara ketukan pelan di pintu memecah keheningan ruangan kerja Eva yang selama satu jam terakhir hanya diisi dengan deru lembut pendingin ruangan dan ketikan lembut di laptop. Eva mengangkat wajahnya yang lelah dan menatap ke arah pintu.

“Masuk,” ucapnya datar, sembari meletakkan pulpen di atas meja dan menyandarkan tubuh ke sandaran kursi.

Pintu berderit perlahan, memperlihatkan sosok seorang laki-laki yang sudah tak asing lagi baginya. Tubuh tinggi dan wajah tenangnya menunjukkan bahwa yang datang adalah asistennya, Sandi Julian.

“Julian?” Eva mengerutkan alis, sedikit heran. “Ada apa?”

Meski seluruh rekan kerja mereka memanggil laki-laki itu dengan nama ‘Sandi’, Eva tetap teguh memanggilnya ‘Julian’. Itu bukan tanpa alasan. Julian adalah nama yang ia kenal sejak masa kuliah dulu. Mereka memang tidak terlalu dekat saat itu, tapi cukup untuk saling tahu kabar dan latar belakang. Dan lebih dari itu—Julian adalah mantan kekasih dari Julia, sahabat terdekat Eva.

Baru saja Julian membuka mulut hendak menjawab, tiba-tiba pintu terbuka lebih lebar. Sosok perempuan dengan rambut panjang tergerai dan langkah tergesa masuk ke dalam ruangan tanpa permisi. Eva langsung tersenyum melihat kedatangan sahabat nya itu.

“Julia?” gumamnya, sedikit bingung sekaligus senang. Tapi sebelum sempat dia menyambut, reaksi Julian lebih dulu terdengar.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Julian, wajahnya berubah, antara terkejut dan bingung.

Julia hanya menatapnya dengan sinis, lalu melipat tangan di depan dada. “Anda siapa? Memangnya saya kenal anda?” Nada suaranya dingin, jelas dimaksudkan untuk menyakiti. Tapi Eva tahu, nada seperti itu justru muncul dari hati yang masih belum sembuh sepenuhnya.

Eva nyaris tertawa melihat reaksi keduanya. Hubungan antara Julia dan Julian memang sudah lama berakhir, tapi Eva tahu, mereka tak pernah benar-benar selesai. Masih ada sesuatu di antara mereka, sesuatu yang terlalu keras untuk diakui tapi terlalu jelas untuk diingkari. Tatapan yang saling mencuri pandang, sorot mata yang tidak bisa menyembunyikan luka dan rindu yang terpendam.

“Sudah, kalian ini seperti anak-anak,” celetuk Eva ringan, mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba menjadi tegang. “Julian, kamu tadi mau bilang apa?”

Julian mengalihkan pandangan dari Julia dan menatap kembali ke arah Eva. Ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih serius dan murung. “Saya ke sini ingin minta izin, Bu.”

“Izin?” Eva menyipitkan mata.

“Iya, saya ingin cuti selama satu minggu. Ibu saya sakit keras di kampung. Saya ingin menjenguk beliau. Sudah lama saya tidak pulang, dan hanya adik saya yang menemani beliau sekarang.” Suaranya lirih, tulus, dengan sorot mata yang dipenuhi kekhawatiran.

Eva terdiam sejenak. Kabar itu cukup mengejutkan, karena dia ingat betul sosok ibu Julian—perempuan sederhana yang hangat, yang pernah menjamu mereka makan siang saat liburan kampus dulu. Perempuan itu begitu baik dan penuh kasih sayang.

“Ya Tuhan...” Eva menarik napas. “Tentu saja kamu boleh cuti, Julian. Bahkan kalau kamu butuh lebih dari seminggu, tak masalah. Kesehatan ibumu jauh lebih penting. Kamu boleh kembali ke kantor setelah beliau benar-benar membaik.”

Julian tampak lega. “Terima kasih banyak, Bu...”

“Kapan kamu rencananya berangkat?” tanya Eva, tulus.

“Besok pagi,” jawab Julian, menatap Eva penuh rasa hormat dan syukur.

Eva mengangguk pelan. “Andai saja saya tidak sibuk, saya pasti ikut menjenguk ibumu. Saya masih ingat betul, betapa hangat sambutan beliau dulu.”

Raut wajah Eva terlihat menyesal. Namun, ia tahu bahwa besok adalah hari yang sangat penting dalam hidupnya. Sidang terakhir perceraiannya dengan Ardian akan digelar. Hari yang akan menjadi titik akhir dari babak menyakitkan dalam hidupnya.

Julian tersenyum. “Tak perlu repot-repot, Bu. Cukup doanya saja. Saya percaya, doa orang baik seperti Ibu akan sampai pada Tuhan.”

Eva membalas senyuman itu. Hatinya hangat, sekaligus getir. Dia merasa beruntung dikelilingi orang-orang yang tulus, walau di saat bersamaan, hidupnya tengah diuji dari banyak sisi.

Sementara itu, Julia yang dari tadi berdiri diam di sudut ruangan, hanya memperhatikan tanpa berkata. Eva melirik sahabatnya itu dan menyadari bahwa Julia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu. Tapi egonya menahan.

“Kalau begitu,” ucap Eva pelan, “Kamu boleh langsung pulang sekarang, Julian. Semoga ibumu lekas sembuh, dan hati-hati di jalan.”

“Terima kasih, Bu,” balas Julian, lalu melirik Julia sejenak sebelum beranjak keluar.

Julia masih berdiri di tempatnya, menyembunyikan perasaan yang mengendap dalam tatapan kosongnya. Eva memperhatikan keduanya—dua orang yang masih saling mencinta, namun masih juga saling menyakiti karena gengsi dan luka masa lalu.

Dalam hati, Eva hanya bisa berharap, semoga luka mereka bisa sembuh, seperti ia sendiri sedang berusaha menyembuhkan lukanya sendiri.

***

1
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: wokeee
total 1 replies
Mundri Astuti
Oalah....

next thor
Mardathun Lie: Wokee❤️
total 1 replies
Nur Nuy
hmm ini cerita nya jadi ada pembunuh bayaran sama mafia ya thor
Mardathun Lie: betul sekali
total 1 replies
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: wokeee /Kiss/
total 1 replies
Nur Nuy
dengan taunya arsen semoga Brandon dan arsen berbaikan, cepet sadar arsen kasian eva
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: wokeee/Chuckle/😁😁
total 1 replies
Nur Nuy
smeoga arsen ga kenapa kenapa
Mardathun Lie: amiinn
total 1 replies
Nur Nuy
yaampun arsen semoga g kenapa kenapa u
Nur Nuy: aamiin
Mardathun Lie: semoga yaa
total 2 replies
Yati Syahira
syukurlahh sdhh resmi ceerai hukuman buaatt tetep berjjalan jggn s6mpai bebas
Mardathun Lie: wah /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Yati Syahira
laki munafik yg brengsej
Yati Syahira
mungkin rita ama lisna yg ngru blong
Mardathun Lie: mungkin 😅
total 1 replies
Yati Syahira
enak aja eva dj jadiin ban serep ngimkpi cerai eva
Mardathun Lie: sabar 🤣🤣
total 1 replies
Yati Syahira
bekas nyelup lobang lain jijik teh celup ada gelas lain di celup menjijikan
Mardathun Lie: Sabar /Facepalm/
total 1 replies
Batara Kresno
bodoh kalau kamu kembali jangan jadi wanita lemah dan cengeng jadilah wanita kuat agar tak diremehkan
Mardathun Lie: good coment/Facepalm/
total 1 replies
Nur Nuy
hmmmmmmm
Mardathun Lie: 🙃🙃🙃🙃🙃🙃🙃
total 1 replies
Nur Nuy
bagus ceritanya
Mardathun Lie: terimakasih 🤩🤩😍😍
total 1 replies
Nur Nuy
yaampun kasian banget eva terancam lagi, semoga Brandon melindungi eva, Adrian belum moveon, jangan kembali ke dia ya eva mending ama arsen aja
Mardathun Lie: semoga aja yaa
total 1 replies
sarinah najwa
apakah yang pelakunya nivera
Mardathun Lie: mungkin
total 1 replies
Nur Nuy
lanjutkan
Mardathun Lie: wokeeee
total 1 replies
Nur Nuy
alhamdulillah akhirnya eva ketemu keluarganya, tinggal kedekatan arsen buruan kejar eva
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!