Dicerai saat jahitan bekas operasi sesar belum kering, Yunda juga mendapat penolakan dari keluarganya karena malu memiliki anak seorang janda.
Yunda pun pergi dari kotanya dan pindah ke kota besar. Berbekal ijasah S1, Yunda pun mencari pekerjaan di kota besar. Yunda pun bertemu dengan Gandhi, pria beristri yang ternyata adalah bos-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDKDSO BAB 30
Hari wawancara pun tiba.
Lagi dan lagi Yunda terpaksa membawa Amreesha karena tidak ada yang menjaganya. Tapi untungnya di perusahaan Gandhi ada fasilitas playground sekaligus tempat penitipan anak-anak untuk para karyawan yang bekerja di perusahaan itu. Biasanya karyawan wanita yang membawa anaknya ke kantor rata-rata anaknya masih berusia di bawah dua tahun yang masih membutuhkan ASI Ibu-nya.
Penitipan itu gratis, bagi anak-anak yang orangtuanya berstatus karyawan tetap maupun kontrak di perusahaan itu, berhubung Yunda bukan karyawan di perusahaan itu, mau tidak mau Yunda harus membayar uang penitipan yang hitungannya sebesar dua puluh lima ribu perjam.
Karena hitungannya perjam, jadi Yunda baru akan menitipkan anaknya saat sesi wawancara di mulai nanti.
Pukul 10.00
Sudah satu jam setelah pengambilan nomor antrian ditutup, tapi belum ada tanda-tanda wawancara akan di mulai.
Untung saja Yunda tidak langsung menitipkan anaknya di penitipan, kalau tidak entah berapa uang yang akan Yunda keluarkan.
Total pelamar yang kebagian nomor antrian ada dua puluh enam orang dari empat puluh nomor antrian yang di sediakan, artinya sisanya gugur karena datang terlambat atau memang tidak mau datang.
Dari dua puluh enam orang itu Yunda melihat semua pelamar kebanyakan perempuan, hanya empat orang saja laki-laki. Penampilan pelamar perempuan juga cantik-cantik, tidak seperti penampilan Yunda yang sederhana, bahkan pakaian yang Yunda pakai juga pakaian waktu jaman Yunda kuliah dulu.
Waktu terus berlalu, sekarang sudah jam sebelas siang. Tapi wawancara juga belum di mulai. Para pelamar pun mulai gelisah, mengomel dan bahkan ada yang merasa di tipu oleh perusahaan itu. Hanya Yunda yang terlihat sabar padahal saat ini Yunda sambil menggendong anaknya.
"Bu, jam berapa sih di mulai wawancaranya? Kita disini udah dari jam setengah delapan, sekarang udah jam sebelas lewat." tanya salah satu pelamar dengan nada kesal kepada resepsionis.
"Sabar yah Mbak." hanya itu yang bisa resepsionis itu katakan. Dia juga tidak tau sampai kapan pelamar harus menunggu di wawancara karena mereka juga menunggu Bos mereka datang. Karena Bos mereka sudah berpesan dari awal kalau Bos mereka lah yang akan turun tangan langsung mewawancara para pelamar.
Satu jam kemudian. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, sudah waktunya makan siang. Salah satu pelamar kembali menanyakan kepada resepsionis kapan wawancara di mulai.
"Bu, tolong dong hubungi HRD-nya, ini kita udah nunggu berjam-jam loh tapi gak di wawancara-wawancara juga, kita udah laper ini. Nanti kalau kita pergi makan siang, tiba-tiba HRD dateng, kita dianggap gugur lagi!" omel salah satu pelamar.
"Tunggu yah Mbak, saya tanyakan dulu ke bagian HRD." jawab resepsionis.
"Tanya dulu, tanya dulu! Sebenarnya perusahaan ini niat gak sih nerima orang kerja! Atau cuma mau ngerjain kita-kita aja? Kita udah laper ini Bu, jangan permainkan waktu kami lah!" marah pelamar yang lainnya.
"Iya, sabar yah, sebentar saya tanya dulu." balas resepsionis itu dengan sabar.
Ada dua belas pelamar pun rusuh di meja resepsionis dan terus menekan resepsionis bahkan ada salah satu pelamar laki-laki dengan arogannya merampas telepon resepsionis untuk bicara dengan bagian HRD. Sedangkan sisanya termasuk Yunda, walaupun kesal tapi mereka memilih untuk tidak ikut-ikutan rusuh di meja resepsionis dan duduk ngemper di lobi perusahaan.
Karena rusuh, enam orang sekuriti pun turun tangan mengamankan para pelamar yang rusuh di meja resepsionis, si resepsionis juga sudah pergi agar tidak kena amukan para pelamar.
"Ada apa ini?" tiba-tiba saja suara berat dan tegas seorang pria menggema di lobi.
Sontak semua pelamar yang rusuh di depan meja resepsionis menoleh ke arah pria yang ada di belakang mereka.
💋💋💋
Bersambung...
jadi oon terus...