NovelToon NovelToon
AKU PUN BERHAK BAHAGIA

AKU PUN BERHAK BAHAGIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: sicuit

Jaka, adalah seorang yang biasa saja, tapi menjalani hidup yang tak biasa.
Banyak hal yang harus dia lalui.
Masalah yang datang silih berganti, terkadang membuatnya putus asa.
Apalagi ketika Jaka memergoki istrinya selingkuh, pertengkaran tak terelakkan, dan semua itu mengantarnya pada sebuah kecelakaan yang semakin mengacaukan hidupnya,
mampukah Jaka bertahan?
mampukah Jaka menjemput " bahagia " dan memilikinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sicuit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jaka, kemana kau, Nak?

Yunis menuju sebuah Mall besar yang ada dekat tempat tinggalnya.

Dengan bahagia dia sudah membayangkan apa saja yang akan dibelinya.

Pak Satpam mengangguk memberi hormat,Yunis membalasnya dengan senyuman. Sesuatu yang sangat jarang sekali.

Begitu masuk dalam Mall, matanya berbinar menatap deretan toko yang ada di sana.

Yunis masuk dalam salah satu toko yang menyediakan berbagai macam tas, dari yang paling murah hingga yang paling mahal.

Dengan teliti, dipilihnya satu - persatu yang dia suka. Dari warna cerah hingga warna soft.

Dan dia baru sadar kalau ternyata sudah empat tas yang ada di tangannya.

Yunis segera menuju ke kasir, membayar dan meneruskan berburu.

Tak terasa, sudah banyak yang dibeli.  Tas, sepatu, blouse, make up, bra, CD, dan pernak pernik lain yang menurutnya menarik. Sampai kedua tangannya penuh dengan barang belanjaan.

Yunis puas, dan segera pulang.

Tanpa sengaja, karena banyaknya barang yang dibawa, dia menyenggol seseorang yang sedang pilih parfum.

Yunis berbalik, hampir saja dia melotot dan memaki orang tersebut, meskipun dia yang salah. Kalau tidak keburu mengenali sosok itu.

"Ohh Dokter ... selamat siang, Dok," sapanya semanis mungkin.

Orang yang disapa mengernyitkan alis, berusaha untuk mengenali makhluk yang ada di depannya.

Sedetik kemudian ...

"Oh ... iya selamat siang, Mbak ...."  sengaja Dokter itu menggantung kalimatnya.

" Yunis, saya Yunis, Dok," jawab Yunis.

"Oh iya, Mbak Yunis, waduuhh belanja ya?"

Yunis tersipu dan mengangguk.

"Silakan dilanjut Dok, saya permisi," pamit Yunis.

Dokter mengamati Yunis dari atas ke bawah sambil tersenyum dan mengangguk.

Ketika Yunis akan melewatinya ...

"Maaf Mbak Yunis, apa bisa saya antar, sekalian saya mau pulang," kata Dokter.

Yunis tersenyum,

"Apa tidak merepotkan Dokter ... "

"Saya Aldi, tidak kok, mari sama - sama," ajaknya lagi.

Dokter Aldi dan Yunis berjalan beriringan menuju tempat parkir.

Betapa senangnya hati Yunis, merasa mendapat rejeki nomplok.  

        ##########

Jaka melangkah mendekat ke kamar Ibu, berdiri di depan kelambu usang beberapa lama.

"Bu, maafkan Jaka ya, sudah menyusahkan Ibu. Jaka pamit mau cari kerja lagi, doakan Jaka dapat kerja ya Bu," katanya dengan suara parau.

Ibu keluar dari kamar.

Dilihatnya Jaka, dan ditepuknya beberapa kali.

"Iya Le, ati - ati di jalan, semoga ada sing mau terima kamu kerja."

Jaka berjalan ke pintu diikuti oleh Ibu.

Dia membelai punggung Jaka.

"Yang sabar yo, Le. Gusti Allah mboten sare," kata Ibu mencoba untuk menguatkan hati anaknya.

"Iya, Bu. Jaka pamit," pamit Jaka sambil mencium tangan Ibunya.

Dengan tak tentu arah dan tanpa tujuan, Jaka berjalan menyusuri jalan yang panas dan ramai. Otaknya berpikir keras, kira - kira siapa yang mau menerimanya kerja.

Hingga di satu kedai yang cukup ramai, Jaka menghentikan langkahnya.

Dibacanya sebuah lowongan kerja yang terpasang rapi di tempat parkir.

DIBUTUHKAN SEGERA KARYAWAN UNTUK CUCI PIRING. 

Jaka mendekat, untuk memastikan lowongan itu, dia bertanya pada seorang tukang parkir yang ada di sana.

"Maaf Pak, apa benar resto cari karyawan cuci piring ya?"

"Iya benar, Mas. Baru tiga hari lowongan ini," jawab Pak parkir.

Dengan sedikit ragu, Jaka masuk.

Kedai tampak ramai sekali, banyak pengunjung. Para karyawan yang memakai seragam, hilir mudik mengantar pesanan makanan pada pelanggan.

Berdiri sejenak dekat pintu masuk, Jaka mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang bisa jadi tempatnya bertanya. 

Hingga pada satu titik, di meja yang terletak paling ujung. Jaka melangkah ke sana. Tapi belum sampai di tempat yang dituju, jaka berhenti. Di depannya ada seseorang yang sangat dikenalnya. YUNIS.

Dia sedang menyantap makanan dengan lahap, dengan sesekali bercakap dan bergurau dengan seseorang.

Jaka hanya bisa melihatnya dari samping, tapi itu pun sudah membuatnya semakin ciut.

Bahkan dari samping pun Jaka bisa tahu, bahwa dia berbadan tegap, berkulit bersih, tinggi badan pun pasti ideal. Semua jauh dari dirinya. Apalagi dengan kondisi seperti ini.

Tiba - tiba perut Jaka menjadi mual dan kepalanya pening.

Jaka buru - buru keluar dari dalam kedai. Dia cari tempat duduk yang teduh. Mengatur nafasnya yang turun naik tak beraturan.

"Ya Allah, kuatkan hambamu ini, aku sangat mencintainya, tapi aku tak bisa mencukupi kebutuhannya, aku ikhlaskan ya Allah asal dia bahagia."

Jaka berdoa dalam hati. Sedang air matanya sudah benar - benar membasahi wajahnya.

Diusap pelan dengan ujung bajunya.

Setelah dirasa, nafasnya sudah membaik, dan dadanya tidak segemuruh tadi, Jaka berdiri, dia berpikir untuk pulang saja hari ini. Perasaannya sudah terlanjur sakit.

Ketenangan yang dirasa telah menyeret Jaka ke alam bawah sadarnya. Yang ternyata belum siap menerima keadaan ini.

Dia berusaha menguatkan hati. Berjalan dengan fokus. Dengan gumaman pelan.

"Pulang ... pulang ... pulang...."

Melewati jalan - jalan yang dilaluinya tadi, Jaka berjalan pulang. Langkahnya yang tertatih, pelan membawanya jauh dari kedai itu.

Hingga tiba di pinggiran pasar.

Yang situasinya sangat ramai saat itu, orang hilir mudik membawa barang belanjaannya.

Tanpa sengaja Jaka menabrak seorang kuli yang membawa banyak barang. Kuli itu menjadi tak seimbang, hampir jatuh. Dan barang - barang yang dibawanya jadi jatuh berantakan.

"Haii ... jalan pake mata dong, jangan asal main tabrak aja!" teriaknya marah.

Tapi Jaka, yang tak merasa melakukan kesalahan, tetap saja berjalan pelan, sambil tetap bergumam pelan.

"Pulang ... pulang ... pulang...."

Merasa diabaikan, Pak Kuli jadi marah.

"Ooee.. kamu, tanggung jawab dong abis berantakin barang - barangku. Ooee ...!" teriaknya lagi.

Jaka tetap berjalan, menoleh pun tidak, hal ini membuat Pak Kuli bukan hanya marah, tapi naik pitam.

Diletakkanya semua barang bawaannya, dia berjalan mendekati Jaka.

Tanpa belas kasih, Jaka yang berjalan dengan kruk itu, langsung ditariknya keras - keras, hingga terbanting.

"Minta maaf ndak, nglonyor aja, sengaja ya!" teriaknya marah.

Buugghh !!

Buggh ! 

Buuughh!!!

Pukulan Pak Kuli mengenai wajah, tangan, dan perut Jaka.

Daass!!

Daaass!!

Bahkan tak puas sampai di situ, ditendang dan diinjaknya juga.

"Aaaghh ..."

"Aagghh ...."

Rintih Jaka kesakitan. Sesekali berusaha untuk menangkis pukulan Pak Kuli.

Orang - orang yang ada di situ langsung berdatangan. Mereka berusaha menolong Jaka.

Seseorang memegangi Pak Kuli.

"Sabar Pak ... sabar ya ..., marah sama wong edan iya gimana to, Pak. Sabar ... sabar," bujuknya.

Pak Kuli melepaskan tangannya yang dipegangi oleh orang itu. Dikibaskannya, supaya orang itu tak memeganginya lagi.

"Untung edan kowe, coba kalau waras, sudah tak abisi kau!" bentaknya marah, sambil meninggalkan tempat itu dan mengambil barang - barangnya lagi.

Sedang orang - orang masih ragu untuk benar - benar menolong Jaka. Mereka khawatir, jangan - jangn ini memang orang gila beneran

Saat itu Jaka kesakitan, dengan pikiran antara sadar dan tidak. Dia bisa merekam semua apa yang terjadi. Dan kata - kata " edan " memenuhi kepalanya.

Menguatkan diri, Jaka berdiri dan berjalan lagi. Kali ini bukan pulang yang digumamkannya, melainkan

" Harus kuat ... harus kuat ...."

       ##########

Hingga sore menjelang, Jaka belum pulang juga, Ibu menunggu di teras dengan perasaan cemas.

Sesekali ditengoknya di jalan. Tapi Jaka tak kunjung kelihatan.

Langit sudah mulai gelap. Mau tak mau Ibu harus keluar, dia harus mencari Jaka.

Berjalan di sepanjang jalan, dan bertanya pada satu - dua orang, tapi mereka semua tak ada yang tahu. Hati Ibu semakin khawatir.

Hingga jauh Ibu berjalan, bertanya dengan menyebutkan ciri - ciri Jaka, pada siapa saja yang ada di sepanjang jalan itu, tapi mereka juga tak ada yang tahu.

"Jaka, kemana kau, Nak?"

1
nightdream19
Bagus Thor. kisahnya buat aku juga jadi kebayang sama kejadian tadi. lanjut Thor.. /Smile/
nightdream19: ok. siap lanjutkan baca
sicuit: terima kasih kakak .. ikuti kelanjutan kisahnya ya.. 😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!