Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan Pertama
Maher mengendap-endap di rumah Mok Wati, karena ia sudah mengetahui keberadaan Aminah dan Umar di ruang Tv.
"Ketauan kalian ada disini ya?" Kata Maher dalam hatinya.
Mpok Wati menyadari keberadaan Maher yang perlahan hendak mengagetkan Aminah dan Umar.
Batin Mpok Wati, "Nah kan, bikin ulah nih Maher" seraya menatapnya serius.
"Sutt ..." isyarat Maher terhadap Mpok Wati.
"Huft ...." keluh batinnya. "Alamat jadi kapal pecah deh ini rumah" mencibir kembali.
Lalu dengan sekaligus, "Dar ...." Maher mengagetkan Aminah dan Umar yang sedang menonton Tv.
"Astaga ...., kamu bikin kaget saja!" Kesal Aminah terbangun.
"hahaha ..."
"Mau copot nih jantung ku"
Umar bangkit dengan wajah geram nya, ia pun mengejar Maher dengan membawa remote Tv, berniat untuk memukul Maher. Namun, Maher lari dari kejaran Umar yang hendak memukul nya.
"Uhhhh ..., yayah, yayah ..." teriak Umar sambil mengejarnya membawa Remote Tv.
"Ye ..., Ayok kejar Ayah, Umar jelek, Umar jelek" balas Maher berlari mengeliling ruang tengah Mpok Wati sambil mengejek Umar.
Umar semakin geram atas ejekannya, ia pun melemparkan Remote Tv ke pada Maher, "Brug ..." suara remote dilemparnya ke dinding. "Yayah ..., gerrr ..., gerrrr" teriaknya kesal sehabis melempar Remote Tv dengan wajah lucu.
"Umar jangan nak" kata Aminah seraya tersenyum.
Mpok Wati mengeluh, "Dasar kalian ini, selalu saja buat gaduh" sambil tertawa tipis.
Kata Maher mengejeknya, "Ayok kejar Ayah kalo bisa" dengan menunjukkan wajah jeleknya.
"Maher sudah, kasian Umar, sampe keringatan tuh" kata Aminah.
Lalu, Maher pun terdiam jongkok dipojokan Ruang Tengah karena Aminah menyuruhnya untuk menyudahi kejaran Umar. Dan Umar lekas memukul Maher dengan greget hingga menggigit tangannya sampai memerah.
Teriak Maher pura-pura kesakitan, "Aduh duh duh ..., Ayah menyerah Umar"
"Umar jangan Nak, kasian Yayah kesakitan"
"Gerrrr ...." greget Umar tak melepas gigitan nya.
Pernak-pernik hiasan dinding Ruang Tengah di rumah Mpok Wati, menjadi saksi bisu keceriaan mereka. Tawa serta canda, kian menepi di penghujung mata mereka. Sekedar mencari kebahagian, cukup bagi mereka dengan sesuatu yang sederhana.
"Oia Aminah, kamu tidak ada rencana jalan keluar gitu sama Maher?" Sindir Mpok Wati.
"Hmm ..." gumam Aminah menoleh kepada Maher, "Pura-pura gak denger ah" sambung Maher membuang wajahnya kepada Umar.
"Duh gaya nya si Maher, sok kalem" kata Mpok Wati.
"Jual mahal lah dikit, Mpok" jawabnya sederhana.
"Berapa harganya?"
"Ya, cukup semalaman saja sih" ujar Maher.
Aminah mencibir, "Bilang saja pengen lama-lama sama aku" keluh manja Aminah.
"Hehehe ..."
"Sudah sana pergi, ajak Aminah menikmati hati-hari di luar sana, biar Umar sama Mpok di rumah"
"Jadi ...?" Kata Maher menatap Aminah.
"Hmm ..., gimana ya?" jawab Aminah pura-pura mikir. "Dasar kau ..." kata Maher mencubit hidungnya dengan kuat.
"Aw ..., aw ..., sakit, Maher" Aminah kesakitan.
"Biarin ..."
"Sudah-sudah, jalan sana ..." kata Mpok Wati.
Aminah serta Maher pun bergegas keluar rumah berencana untuk menikmati kencan pertamanya di sore hari. Namun, saat hendak pergi, Arumi dan Robi tiba di rumah Mpok Wati.
"Trong tong tong ..." Vespa Arumi menepi di halaman Rumah Mpok Wati.
"Ya salam ..., yang dua datang lagi!" Keluh Mpok Wati melihat di balik jendela. "Alamat kiamat sudah dekat ini mah" sambung keluh Mpok Wati.
Kehadiran mereka terkadang membuat hari-hari Mpok Wati tidak merasa kesepian. Tapi terkadang, malapetaka baginya, karena keonaran yang di buatnya benar-benar menjengkelkan.
"Hayo mau kemana kalian?" Kata Arumi baru turun dari Vespanya.
Jawab Maher, "Ahh ..., kepo aja urusan orang"
"Cie, cie, cie, ada yang mau alan-alan nih" sindir Robi.
Aminah hanya tertawa, malu untuk mengatakan sesuatu karena akan menjadi bahan ejekan bagi mereka.
Kata Arumi, "ikut lah ...," Robi memecah pembicaraan Arumi. "Hus ..., kalo kita ikut, nanti gak ada film Bollywood lagi" ejeknya.
"Gak apa-apa lah, mereka begitu aja udah kaya artis india kok"
"Iyah sih .." balas Robi sambil merencanakan sesuatu. "Tapi, kayanya enak nih kalo barter Motor, biar jadi india beneran gitu kalo naik Vespa mereka" sambung Robi menyindir untuk tukeran motor.
"Hhmm ..., bisa aja kadal buntung" keluh Maher.
"Hehe ..." tawa Robi.
"Iyah juga sih, kaya nya lebih cocokan kita deh naik motor gede dari pada mereka" Kata Arumi merendahkan Aminah serta Maher.
Maher mencibir kesal, "Set dah ..., dikira kita orang jelek apa." Arumi tertawa tipis atas keluhan Maher yang tidak terima di rendah kan.
"Jadi, kita mau kemana sayang kalo pake motor gede?" Tanya Robi Romantis.
"Kita alan-alan ke Emoll, terus makan di Restoran mewah, kan keren tuh kita kaya orang-orang kaya gitu, iyah gak sayang" jawab Arumi semakin Romantis memeluk Robi.
"Wes ..., jelas itu" balas Robi.
Maher menyinyir jengkel, "Iya, iya, iya ..., gue ngalah dah, kalah gue kalo debat terus sama kaleng rombeng, gak guna juga." dengan wajah kesal.
"Nah gitu dong, aku suka itu" jawab Robi dan lekas memberikan kunci Scooter Vespa milik Arumi.
"Tapi, mogok gak ini entar?" tanya Maher.
Arumi memotong, "Wes ..., kagak lah, Vespa gue kagak mengenal mogok" dengan angkuhnya.
"Awas aja kalo mogok, nanti gue kilo ke tukang rongsokan ni Vespa."
"Sudah-sudah, kita jalan sekarang aja, udah keburu sore nanti" Potong Aminah.
Maher serta Aminah lekas pergi menuju tempat yang di rencanakan Maher tanpa sepengetahuan Aminah.
Sore itu, awal kebahagian di kencan pertama mereka. Dari keduanya mulai menumbuhkan senyum dan tawa di atas Scooter milik Arumi yang mengalir dengan sendirinya. Wajah keduanya terhias manik-manik perhiasan yang sederhana, namun terasa istimewa.
Kata Aminah setiba di parkiran luas di penuhi kendaraan mewah. "Loh, kita ngapain kesini?"
"Sesekali kita makan di Restoran mewah ya" jawab Maher.
"Enggak ah, aku gak biasa makan ditempat seperti ini. Apalagi baju ku jelek sekali, nanti, buat kamu malu lagi" alasan Aminah merasa tidak pantas makan di tempat Restoran Mewah.
"Makanya aku bawa kamu kesini, sesekali menikmati makanan yang mewah! Soal baju mu yang jelek, tidak usah dipikirkan, lagi pula aku yang bawa kamu, bukan mereka. Jadi, ngapain malu kamu."
"Tapi kan ..." keluh Aminah terpotong pembicaraannya oleh Maher.
"Sudah jangan banyak alasan, sebaiknya kita masuk"
Aminah mau tak mau menuruti keinginan Maher untuk makan di Restoran Mewah khas Turki. Restoran ini menyiapkan Steak Daging domba, Wagyu kobe serta Burger Gold. Suasana yang sangat asing bagi Aminah, ia pun menyembunyikan dirinya dari belakang tubuh Maher karena merasa tidak biasa dan malu terhadap dirinya sendiri.
Kata Maher, "Kamu kenapa bersembunyi di belakang ku?"
"Aku malu ..." balasnya.
"Anggap saja mereka patung ..."
Kata Aminah, "Kamu pikir patung bisa makan? Aneh-aneh aja kalo ngomong"
"Hehehe ..." tawa Maher dan lekas mencari meja kosong yang cocok untuk menikmati waktu berduaan.
Sang pelayan membawanya ke lantai atas, yaitu Rooftop. Untuk memberikan Meja yang cocok atas permintaan Maher. Ia merasa cocok dengan meja yang di pesannya berada di Rooftop bernuansa alam kota Jakarta. Selanjutnya, Maher memesan makanan yang paling mewah dan termahal di Restoran ini, yaitu daging steak wagyu kobe serta burger Emas patty wagyu atau Burger Gold.
Kata Maher, "Kamu mau makan apa?" Aminah sedikit bingung dengan menu buku A la carte yang bertuliskan jenis makanan serta harga tiap menu.
Aminah kaget dan kedua bola matanya hampir keluar, "Hah .., harga makan ini mahal sekali?" Batinnya kaget.
Maher melihatnya tersenyum tipis atas wajah panik milik Aminah. "Kenapa dengan muka mu?"
"Harga makanan disini mahal banget loh? Mendingan kita makan di Warteg aja deh, lagi pula uang ku gak cukup untuk bayar makanan ini" Bisik Aminah kepada Maher.
Maher tertawa lucu, "memang siapa yang mau minta kamu untuk bayar makanan ini?"
"Mau di bayarin atau nggak, pokonya aku gak mau ah makan disini, harganya sudah seperti harga sewa kontrakan ku tau" keluh Aminah bernada pelan.
"Minah ku sayang, aku yang bayar semuanya. Jadi, kau pesan saja yang kamu mau" Jelas Maher.
"Hhmm ..." gumam Aminah kebingungan.
"Kenapa diam saja, ayok pesan, kasian pelayannya sudah menunggu lama" kata Maher.
Aminah berbisik, "Masalahnya aku gak tau mana yang mau ku pesan, makanan disini namanya aneh-aneh" seru dalam masalahnya.
Keluh Maher, "hhmm ..., kenapa gak bilang dari tadi, kamu tuh ada-ada saja" jelasnya sambil menertawai atas sikap konyol Aminah yang tak tahu menu makanan disini.
"Ishhh ... Nyebelin kamu" kesal Aminah memerah malu.
Pelayan menyembunyikan tawanya atas perkataan Aminah yang terdengar lucu dan Nora. "Dasar perempuan receh" batin pelayan.
Maher pun lekas memesan menu makanan yang sama dengannya untuk Aminah. Pelayan pun mengiyakannya, lalu pergi untuk menyiapkan menu yang di pesannya.