NovelToon NovelToon
CINTA RAHASIA PAK DOSEN

CINTA RAHASIA PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / CEO / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Dalam keheningan, Nara Wibowo berkembang dari seorang gadis kecil menjadi wanita yang mempesona, yang tak sengaja mencuri hati Gala Wijaya. Gala, yang tak lain adalah sahabat kakak Nara, secara diam-diam telah menaruh cinta yang mendalam terhadap Nara. Selama enam tahun lamanya, dia menyembunyikan rasa itu, sabar menunggu saat Nara mencapai kedewasaan. Namun, ironi memainkan perannya, Nara sama sekali tidak mengingat kedekatannya dengan Gala di masa lalu. Lebih menyakitkan lagi, Gala mengetahui bahwa Nara kini telah memiliki kekasih lain. Rasa cinta yang telah lama terpendam itu kini terasa bagai belenggu yang mengikat perasaannya. Di hadapan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, Gala berdiri di persimpangan jalan. Haruskah dia mengubur dalam-dalam perasaannya yang tak terbalas, atau mempertaruhkan segalanya untuk merebut kembali sang gadis impiannya? Ikuti kisahnya dalam cerita cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH DELAPAN

Pagi setelah salat, Gala langsung ke dapur, untuk membuat sarapan. Suara gemericik air keran menambah hangat suasana dapur.

Gala yang sedang berdiri di depan kompor,tiba tiba menggelengkan kepalanya.

Desiran di tiap aliran darahnya seakan membuat hatinya berdegup kencang. Saat langkah kaki terdengar mendekat, dan Nara muncul berdiri tepat di belakang punggung Gala, dengan piyama paginya yang sederhana.

Gala menoleh, dan sekilas bayangan Nara dalam balutan lingerie seksi menerpa pikirannya kembali, membuat jantungnya semakin berdetak kencang.Nara, yang tidak menyadari kegelisahan Gala,semakin mendekat, Nara ingin kembali kedekatannya kembali seperti sebelumnya, dengan senyum manis, Nara berbisik tepat di telinga pak dosennya itu.

"Wah, wanginya menggugah selera, Prof.."Gala tersentak, mengalihkan pandangannya kembali ke wajan. Sepertinya Nara tengah menciptakan kedekatan pada Gala.

"eeem...kamu sudah lapar?" Suara Gala terdengar serak namun tetap terdengar dingin. Gala berusaha keras untuk fokus pada masakannya, namun setiap gerak gerik Nara, kini terlihat begitu sensual di mata Gala, membuat Gala semakin gugup.

Ditambah lagi posisi Nara yang semakin mendekat dan berdiri di samping Gala, mencoba melihat apa yang sedang dimasak suaminya. "Boleh aku coba?" tanyanya sambil mengambil sendok.Gala mengangguk tanpa menatap Nara, sibuk dengan pikirannya sendiri yang seharusnya tidak terjadi. Ketika Nara mendekat, aroma parfumnya yang lembut tercium kedalam indra penciuman Gala, membangkitkan sahwatnya yang terpendam, menambah gugup pria dewasa itu.

"Em...bisa tolong ambilkan piring" pinta Gala, sengaja mengusir Nara agar tak terlalu dekat dengannya. Karena alaram tubuhnya sedang memperingati, jika Gala sedang dalam tekanan tinggi melawan hawa nafsunya.

"Baik Prof," sahut Nara bergegas mengambil piring yang diminta pak dosennya.Nasi goreng akhirnya selesai, namun Gala tahu rasanya mungkin tidak seenak biasanya. Dia menyajikannya di piring dengan tangan yang masih terasa kaku, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.Nara mengambil sepiring, mencicipinya dan tersenyum. "Enak, prof. Anda memang terbaik!" Puji Nara.Gala hanya mampu tersenyum tipis.

"Makan lah, dan cepat habiskan," bisik Gala.

Nara mengangguk dengan canggung, karena sikap Gala yang tetap dingin responnya pada Nara.

Pagi itu, seusai sarapan, Gala dan Nara bergegas ke kampus. Mereka memasuki lift yang hanya berisi mereka berdua. Ketika lift mulai bergerak ke bawah, tiba-tiba terjadi guncangan tak terduga. Nara kehilangan keseimbangan dan dengan reflek jatuh ke dada Gala. 

Insting Gala sebagai pelindung segera terpicu; tangannya yang besar dengan sigap meraih dan menopang tubuh Nara yang terhuyung. Kedekatan yang tidak terduga itu membuat waktu seolah berhenti.

Nara terpaku dalam dekapan Gala, matanya yang sayu perlahan mendongak, terpaku pada mata hitam yang teduh dan rahang tegas yang mendefinisikan ketegasan suaminya. Di saat yang sama, Gala, terpana oleh kedekatan itu, dengan refleks menundukkan kepalanya, seakan terhipnotis. 

Mata mereka bertemu dalam tatapan yang memikat dan penuh tensi. Pikiran Gala tiba-tiba melayang pada hasrat untuk mencium bibir Nara yang merona itu. Namun, sebuah sentakan kewarasan menghantamnya ketika ia melihat mata Nara yang perlahan terpejam. 

Dalam sekejap, Gala sadar dan segera melepaskan dekapan, memutus kontak fisik mereka. Nara, terkejut dan merasa malu,karena merasa ditolak, Nara berusaha menyembunyikan gugupnya dengan tatapan yang tertunduk. 

"Lain kali, lebih fokus," ucap Gala dengan nada penuh tekanan, yang melahirkan perasaan tak nyaman di hati Nara. Ada getaran dalam suaranya yang menyiratkan sesuatu yang lebih daripada sekadar peringatan.

Nara menelan ludah, menyesali sikapnya yang terlalu berharap. Air mukanya menyimpan rasa malu yang mendalam. Gala mempertahankan wajah datarnya, tak memperlihatkan emosi apa pun, bahkan saat pintu lift terbuka dengan suara yang hampir tak terdengar. Dia melangkah keluar dengan langkah yang tergesa-gesa, menunjukkan keinginan untuk segera menjauh.

Nara hanya bisa memandangi punggung Gala yang menjauh, hatinya dilanda kekecewaan yang berkecamuk, tanpa keberanian untuk menyuarakan perasaannya.

Nara dan Gala, sudah duduk di dalam mobil, siap melaju menuju kampus.Saat mobil melaju menembus butiran embun pagi, ponsel Gala yang terletak di dashboard tiba-tiba terjatuh akibat sebuah lubang di jalan. 

Secara refleks, Gala dan Nara langsung merunduk untuk mengambil ponsel tersebut. Dalam gerakan yang serentak, kepala mereka pun bersentuhan, membuat keduanya terhenti sejenak.Mata Gala dan Nara bertemu dalam jarak yang sangat dekat, dan ada sesuatu yang tidak terucap namun terasa di antara mereka.

Nara bisa merasakan hembusan nafas Gala yang hangat. Wajah mereka berdua memerah, tersipu oleh kedekatan yang tiba-tiba.Dengan sedikit canggung, Gala dengan lembut mengelus kening Nara yang tak sengaja bertabrakan dengan keningnya.

"Sakit?" tanya Gala pelan. Nara menggeleng.

"Sedikit" sahut Nara singkat.

 Nara, yang merasakan jantungnya berdebar lebih kencang, membalas dengan senyuman yang malu-malu. Mereka berdua kemudian tertawa kecil, menyadari posisi mereka yang canggung namun manis.

Gala akhirnya mengambil ponsel tersebut dan menaruhnya kembali di dashboard. Namun, suasana hati di dalam mobil itu telah berubah, terasa lebih hangat dan lebih intim daripada sebelumnya, seakan menampilkan cerita romantis yang baru saja tercipta secara tak sengaja.

Mobil terparkir gagah di parkiran kampus, mobil Rubicon hitam itu menghiasi parkiran, membuat kagum mata yang melihatnya.

Pagi ini, Gala kembali masuk ke kelas Nara.

Gala, dengan postur tegap dan tatapan yang penuh percaya diri, tengah berdiri di depan kelas sambil menjelaskan materi tentang Taktik Operasional di mata kuliah Strategi Bisnis. Suaranya yang berwibawa menggema di ruangan, memikat perhatian para mahasiswa dengan setiap kata yang diucapkannya.

Slide demi slide dipertunjukkan dengan lancar, penuh dengan diagram dan poin-poin penting yang harus dicatat.Namun, di barisan belakang, Nara, mahasiswi sekaligus istri Profesor Gala, tampaknya sedang asyik dengan pikirannya sendiri. Bayangan adegan romantis di mobil tadi membuat Nara terhanyut.

Rambut hitam Nara yang tergerai indah seolah menjadi tirai yang memisahkan dirinya dari realita kelas. Matanya yang sayu menatap ke luar jendela, melamun tentang hal-hal yang jauh dari materi kuliah.

Tiba-tiba, Profesor Gala menghentikan penjelasannya dan memandang langsung ke arah Nara. "Nara, bisakah kamu menjelaskan apa itu 'Just-in-Time Inventory' yang baru saja saya bahas?" tanyanya dengan nada yang lebih tegas.Nara tersentak, matanya yang bulat terkejut.

Dengan gugup, dia mencoba mengingat-ingat apa yang baru saja dijelaskan suaminya, namun hanya keheningan yang tercipta. Kelas menjadi hening, semua mata tertuju padanya.

Gala, dengan kekecewaan tergambar di wajahnya,"Sepertinya kamu lebih tertarik melamun daripada memperhatikan materi, Nara. Sebagai hukuman, kamu akan membersihkan toilet di ruangan saya setelah kelas ini selesai"Nara menundukkan kepala, merasa malu dan kecewa pada Gala, karena Nara merasa Gala sengaja mempermalukan dirinya di depat teman sekelasnya.

Setelah kelas berakhir, Nara, dengan perasaan hancur, mengambil peralatan pembersih dan memulai tugasnya membersihkan toilet di ruangan Gala.

Saat Nara mengetuk pintu ruangan Gala dengan perlengkapan pembersih WC di tangan kirinya, jantungnya berdetak tak menentu. Ada harapan kecil yang Nara sematkan, berharap suaminya—Gala—akan mengucapkan maaf atas tindakan yang membuatnya merasa begitu dipermalukan di kelas tadi.

Ketika Gala membuka suaranya terdengar begitu dingin, "Masuk,"

Nara melangkah masuk, berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Namun, harapannya langsung pupus saat Gala  berbicara, tanpa sedikit pun nada penyesalan. 

"Lain kali jangan kamu ulang, jangan berpikir karena saya suamimu, kamu bersikap seenaknya di jam saya," katanya, tajam dan dingin. Kata-katanya seperti pisau yang mengiris pelan, meninggalkan luka yang tidak terlihat.

Nara tersenyum hambar, ditengah hatinya yang sakit. "Apakah ini memang caranya melihatku? Bukan sebagai istrinya, tetapi hanya sebagai orang lain yang tidak boleh melakukan kesalahan kecil di hadapannya?" pikir Nara sambil mengangguk pelan. Tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya, Nara  melangkah menuju WC di ruangan suaminya, dengan senyuman getir yang masih ia genggam erat di wajah sendunya. 

"Kenapa aku terus berharap pada seseorang yang sepertinya tak pernah benar-benar melihatku?" Nara pun mulai membersihkan WC dengan tangan gemetar, mencoba menahan air mata yang hampir tumpah.

Matanya memanas, rasa kesal atas sikap Gala, membuat Nara semakin kecewa. Seusai membersihkan wc di ruangan Gala, Nara buru buru keluar, saat nara menarik hendel pintu, suara Gala membelah kesunyian.

"Nanti saya tak bisa pulang bersamamu, ada keperluan mendesak di luar, kamu bisa pulang dengan ojek online saja. Biar saya yang memesan untukmu," Gala menyampaikan hal itu dengan nada yang dingin.

Nara tidak menoleh, mata berkaca-kaca sambil berusaha keras menahan isakan.

"Tidak usah Prof, saya bisa pulang dengan Sasa," jawabnya dengan suara parau, sebelum beranjak keluar dari ruangan Gala. Sambil berjalan, ia menyeka air matanya.

"Kamu memang sudah berubah, Prof," gumamnya dengan nada lirih. Namun dalam tangisnya, muncul tekad yang keras.

"Kali ini, aku tidak akan hanya diam. Aku akan mengikuti kemana pun kamu pergi," janji Nara dalam hati sambil tersenyum pahit, hatinya terbakar rasa ingin tahu kemana tujuan suaminya kali ini.

1
Mira Hastati
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!